CHAPTER 49

5.2K 300 13
                                    

Happy Reading!

***

Svetla memutuskan untuk pulang ke apartemen Orion. Dia akan berbicara lagi dengan suaminya itu. Menyelesaikan permasalahan ini tanpa perlu bertengkar. Ketika gadis itu baru membuka pintu apartemen, kepalanya menggeleng tidak percaya. Ruangan ini seperti sudah lama tidak berpenghuni. Lampunya mati seperti tidak ada listrik, setiap sudut ruangannya pun berantakan. Juga, ada beberapa botol alkohol yang sudah kosong tergeletak di lantai dapur. Svetla geleng-geleng kepala. Ia menaruh tasnya di atas meja makan dan mulai merapihkan setiap sudut apartemen ini hingga semuanya bersih dan kinclong.

Gadis itu mengusap peluh di dahi. Karena capek, ia jadi duduk di sofa dan tanpa sadar ketiduran dengan waktu dua jam lamanya. Svetla bangun dalam keadaan tubuhnya yang terbaring di atas ranjang. Gadis itu bangun, mengubah posisinya menjadi duduk sambil bersandar. Keningnya mengernyit samar bingung mengapa ia bisa berada di dalam kamar, padahal seingatnya Svetla tidur di sofa ruang tengah. Ketika mendengar suara gaduh yang berasal dari dapur, ia buru-buru menghampiri untuk mengecek keadaan dapur. Dan Svetla dibuat kaget oleh Orion. Cowok itu sedang membiarkan telapak tangan kirinya diguyur air di wastafel. Selain itu, di lantai terdapat panci yang sudah tergeletak menumpahkan sayur sop yang baru saja matang.

Tidak menunggu lama, Svetla bergerak untuk mengobati suaminya itu. Ia memeganng tangan Orion, mengeceknya dengan hati-hati.

"Duduk di sini dulu, sebentar." Svetla memaksa cowok itu duduk. Ia mengambil kotak P3K, mencari salep. Dengan lembut gadis itu mulai mengoleskannya pada tangan Orion yang sudah memerah.

"Hati-hati makanya." Ujar Svetla saat Orion meringis perih.

Cowok itu tidak terlalu peduli tentang luka pada tangannya, ia ingin memastikan sesuatu mengapa Svetla dengan sendirinya pulang kesini. Orion menatap Svetla lurus. Dari matanya sudah terlihat jelas ada rasa kangen yang besar kepada gadisnya itu.

"Veta," Orion memanggil namanya pelan. Svetla mendongak, membalas tatapan cowok itu.

"Kalo lo pulang cuma buat ucap selamat tinggal, gue rasa setelahnya gue gak akan kuat lagi." Tatapan Orion melemah. "Gue boleh egois gak?" Karena pada dasarnya tanpa Svetla, Orion tidak punya harapan lagi. Walau ia akan sibuk dengan pendidikannya setelah ini, percuma kalau dijalani tanpa ada Svetla yang mendampinginya. Orionyang sejak awal tidak kenal dengan gadis itu, lalu takdir yang mempertemukan mereka, bahkan ke jenjang pernikahan. Sekarang Orion sudah jatuh cinta kepada gadis itu. Svetlana Hernandez. Namanya saja terus berada di dalam pikiran Orion setiap harinya.

Svetla tertawa pelan.

"Iya tau Ve, gue terlihat menyedihkan banget. Tapi jangan langsung lo ketawatin gitu lah, tambah sedih entar gue."

Tawa gadis itu berhenti. Sekarang ia saling tatap dengan Orion. Dua menit lamanya beradu pandang tanpa ada pembicaraan. Lalu tanpa aba-aba, Svetla mencondongkan tubuhnya dan mengecup bibir Orion cepat. Tentu saja hal itu membuat Orion terkejut. Cowok itu bengong, telapak tangannya memegang bibirnya sendiri. Otaknya masih terus mencerna hal barusan.

"Ve?"

"Kok, lo lucu?" Svetla tertawa geli.

"Veta," Orion mengerjab. "Lo emang udah gak marah?"

"Gue mau ngomong serius." Ujar Svetla. Raut wajahnya berubah serius juga.

"Tunggu sebentar Ve, gue siapin mental dulu."

"Ngomong tanpa emosi, Orion. Gue gak mau berantem lagi."

"Iya, gue siapin mental dulu. Takutnya yang mau lo omongin itu ucapan perpisahan baik-baik tanpa emosi." Wajah cowok itu menunduk. Dia menghela napas dalam.

SVETLARION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang