'Itu.... Aku?'
Boruto menatap nanar pada anak laki laki itu. Ia tak bisa berkata apa apa lagi.
Krekk..!!
(Anggap aja bunyi balon retak 😅)
Balon yang menutupi tubuh Boruto kini mulai retak. Perlahan lahan genjutsu yang ada dalam balon itu juga ikutan lenyap, menyisakan Boruto yang kini masih menekuk lututnya.
"Hah...?!!"
Boruto tersadar dari genjutsu. Ia mengerjapkan matanya dan mengedarkan pandangannya.
Safir biru laut itu terlihat sembab, seperti habis menangis. Ia mencoba berenang menuju Code dan Eida yang berada dalam satu balon.
Ia memukul mukul balon itu dengan sisa sisa tenaganya hingga retak.
Setelah balon itu retak, kesadaran Code dan Eida kembali. Mereka mengerjap kaget ketika melihat Boruto yang pingsan didekatnya.
Mungkin, Boruto kehabisan chakra.
"Choju giga!"
Sai dan Inojin sekarang berada di hutan yang lebat. Mereka sama sama mengeluarkan Choju giga untuk menguji apakah milik Inojin sudah cukup kuat.
Inojin mengeluarkan burung besar yang berwarna warni sedangkan Sai mengeluarkan sejenis kaki seribu namun dengan dua kali lipat lebih besar dari milik Inojin.
Mereka sama sama mengadu kedua jutsu mereka. Kaki seribu itu menyerang dengan gerakan cepat sehingga burung itu tak semoat mengindar. Burung itu langsung hancur menjadi cat yang jatuh ke tanah.
Inojin menghela nafas berat, sudah berkali kali ia melatih Choju giga miliknya. Namun kekuatannya masih jauh di bawah.
Inojin sekarang lebih tinggi, ia kini memakai pakaian khas milik Sai yang diberikan untuknya. Ia juga digemari oleh para wanita wanita dikonoha karen ketampanannya
"Sepertinya cukup sampai sini saja latihannya." Sai berjalan santai menuju Inojin yang duduk di tanah.Ia menepuk pelan kepala Inojin sambil tersenyum.
"Kau sudah berkerja keras!" Sai menyemangati Inojin sambil terus tersenyum. Inojin yang disemangati langsung tersenyum senang.
"Aku akan langsung pulang." Inojin bangkit dari duduknya dan menggambar burung besar. Ia menaikinya dan melambai pada Sai.
Di sisi lain, Boruto, Code dan Eida sudah berjalan keluar dari gua itu. Pakaian mereka sama sekali tak basah.
Boruto kini melamun, ia mencoba mengingat apa yang tadi ia lakukan. Namun tak bisa, ingatannya seperti di hapus begitu saja.
"Jubahmu Boruto." Suruh Eida ketika melihat Boruto yang tak menutup kepalanya menggunakan jubah.
"Ha'i Ha'i" Boruto menurut, ia menutup kepalanya dengan jubah miliknya.
Tanpa mereka sadari, sebuah burung besar terbang melalui mereka.
Inojin yang berada di atas burung itu memasang wajah masam karena baginya latihan tadi tak mengasah kemampuannya sama sekali.
Netranya bertemu dengan tiga orang asing yang terlihat sedikit mencurigakan. Ia mengernyit heran ketika melihat salah satu dari mereka memiliki dua cakaran di wajahnya seperti milik hokage ketujuh. Ditambah dengan surai kuningnya yang sedikit berterbangan meskipun tertutup jubah.
'Boruto?' Batin Inojin.
Tapi, Inojin hanya mengabaikannya. Ia kembali melaju dengan cepat menuju konoha.
Inojin turun di depan gerbang konoha. Ia sedikit berbincang dengan salah satu penjaga disana lalu kembali berjalan masuk.
Ia langsung melesat ke arah thunder burger. Sedari tadi perutnya terus berbunyi minta diisi.
Ia mengabaikan pandangan kagum dari para gadis gadis yang dilaluinya. Itulah susahnya menjadi pria tampan.
"Yo! Inojin!" Inojin menoleh menatap seorang laki laki tinggi yang melambai di hadapannya.
Kawaki berjalan santai menuju Inojin yang menatapnya masam. Biasanya Kawaki akan melakukan tindakan jahil padanya, makanya ia sering menghindar dari Kawaki.
"Ada apa? Jika kau ingin melakukan sesuatu yang mengesalkan maka jauh jauh sana." Tanya Inojin kesal, ia tahu bahwa Kawaki pasti merencanakan sesuatu.
"Heh? Tidak ada apa apa kok. Aku hanya kebetulan sedang berjalan jalan disekitar sini." Jawab Kawaki jujur dengan cengiran khasnya.
Mereka berdua berjalan beriringan bersama.
"Ne, Kawaki..." Inojin menggantung kata katanya. Ia jadi kepikiran dengan pria mirip Boruto yang tadi ia temui.
Kawaki yang merasa terpanggil berhenti berjalan dan menatap Inojin yang berada didepannya. Inojin ikutan berhenti berjalan juga, Ia terlihat berpikir keras.
"Apa hanya Nanadaime, Boruto dan Hima saja yang memiliki sesuatu seperti cakaran diwajahnya?" Lanjut Inojin, ia penasaran apakah ada orang lain yang memiliki cakaran di wajah seperti itu.
"Kenapa kau menanyakan itu?" Bukannya menjawab, Kawaki malah balik nanya.
Inojin memajukan bibirnya sedikit karena kesal. Padahal ia hanya butuh jawaban bukan malah ditanya balik.
"Jawab saja!" Inojin memukul lengan Kawaki dengan keras.
"Aww!! Mengapa kau malah memukulku?! Aku juga tak tau tentang yang kau tanyakan itu!" Kawaki mendengus kesal sambil terus mengelus lengannya yang memerah.
"Jangan membentak Inojin-kun!" Beberapa Gadis menatap Kawaki marah. Kawaki yang melihatnya langsung sweetdrop.
Inojin yang melihatnya ikutan tersenyum kikuk. Susah sekali ketika ia terlalu tampan dan memiliki penggemar.
"Makanya, jangan berjalan dengan orang tampan." Inojin menepuk pelan bahu Kawaki sambil tersenyum kikuk.
Wajah Kawaki sudah masam. Ia merasa kesal pada fangirl Inojin yang sepertinya sudah gila.
'Apa apaan! Padahal masih tampan aku dari padanya!' batin Kawaki kesal.
Ia menghentak hentakkan kakinya seperti anak kecil dan berjalan menuju rumah keluarga Uzumaki dengan kesal.
Sebelum itu, makasih banyak untuk yang udah baca dan support cerita ini.
Gak nyangka aja udah 1K pembaca dan 100 vote.
Tetap tunggu upadate nya oke? 😉
To Be Continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth [Boruto : Naruto Next Generation]
FantasyMeskipun pada akhirnya aku mengingat semuanya, akankah ada yang berubah? "Mengapa harus aku yang mengalami takdir sialan ini!" Start : 06/05/20 End : -