"Kau itu... Eghh, anak dari Uzumaki Naruto. Si brengsek yang membunuh dewaku."
Prangg!!
Gelas yang dipegang Boruto jatuh dan pecah begitu saja ke lantai. Ia tak peduli lagi dengan air panas yang menyentuh permukaan kulit kakinya.
Rasanya seperti jantungnya dihantam beribu panah tak kasat mata. Kenyataan pahit apa ini? Dia anak dari Uzumaki Naruto? Pak tua itu?
Nafas Boruto menjadi sedikit terengah-engah, ia mundur kebelakang dan menabrak kursi hingga ia jatuh ke lantai.
"Ah, benar juga. Aku kelupaan dengan si bangsat Toneri itu!" Code kembali meracau dan meminum segelas alkohol dengan sekali tegukan.
"Toneri itu.. Eghh.. Pria yang sangaaaat licik!" Lanjut Code, ia kembali menuangkan alkohol ke gelasnya.
Boruto mengabaikan setiap perkataan yang dilontarkan Code. Dadanya terasa sesak dan kepalanya menjadi sangat pusing.
'Aku punya... Tou-chan?'
Jantung Boruto terasa diremukkan. Selama ini, ia berpikir ia memanglah keponakan Toneri. Toneri juga tak pernah bilang bahwa dia mempunyai orang tua.
Boruto berpikir jika menanyakan hal itu mungkin akan menyakiti Toneri, jadi dia tak ingin bertanya siapa kedua orang tuanya pada Toneri.
'Kau percaya dengannya? Lebih baik jangan.'
Boruto mengingat kembali ucapan Momoshiki ketika mereka pertama kali bertemu lagi.
Momoshiki sudah tahu, tentang segala yang ia alami. Mungkin saja selama ini, Momoshiki berusaha berkomunikasi dengan Boruto agar Boruto menyadari kebohongan dari Toneri.
Boruto menggelengkan kepalanya berkali-kali. Tidak! Toneri bukan orang yang seperti itu! Boruto percaya Toneri orang yang baik, ia yakin.
Namun, semua asumsi-asumsi di kepalanya membuat keyakinan dan kepercayaannya pada Toneri memudar. Semuanya kebenaran dan fakta-fakta ini membuat kepala Boruto semakin pusing.
Tapi, apa kau tahu hal yang paling membuat Boruto muak dan marah? Dia muak dan marah dengan semua orang yang membohonginya. Toneri, Code bahkan Eida. Ia muak dibohongi dan diperlakukan seperti kugutsu tanpa benang.
"Kau tahuuu? Dia menculikmu, mengambil ingatanmu. Eghh... Lalu berpura-pura sebagai pamanmu hahaha... Benar-benar menggelikan!" Code kembali meracau dengan mata tertutup dan wajah yang semakin memerah.
Boruto kembali menoleh pada Code, nafasnya terengah-engah dan telinganya tak berhenti berdengung.
Code memutar badannya bersama kursinya lalu menunjuk sesuatu. Boruto menoleh ke arah yang ditunjuk Code.
Itu sebuah pintu besar berwarna biru pekat. Boruto ingat, itu sebuah ruangan yang tidak boleh Boruto masuki. Meskipun penasaran, Boruto tetap menuruti perintah Toneri yang melarangnya memasuki ruangan itu.
"Diaa... Menyimpan ingatanmu disana. Eghhh...." Code tak bisa berhenti cegukan, jadi ia meneguk alkohol langsung dari botolnya.
Boruto yang mendengarnya langsung saja bangkit dari lantai, ia tergopoh-gopoh menuju pintu itu. Bahkan sempat tersandung. Boruto membuka pintu besar itu sekuat tenaga.
Serius, pintu itu sangat berat untuk dibuka dan chakra Boruto masih belum pulih sepenuhnya. Hingga akhirnya, pintu itu mengeluarkan bunyi seperti kunci dibuka.
Setelah bunyi itu, pintunya jadi lebih ringan dan gampang dibuka.
Krieet...
Boruto membuka pintu itu dengan gerakan pelan. Masih tak berani melihat isi di dalamnya. Namun, setelah melihat isi di dalamnya. Boruto bernafas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth [Boruto : Naruto Next Generation]
FantasyMeskipun pada akhirnya aku mengingat semuanya, akankah ada yang berubah? "Mengapa harus aku yang mengalami takdir sialan ini!" Start : 06/05/20 End : -