"Boruto?"
Boruto langsung menepis tangan Sarada yang menyentuh bahunya.
"Siapa yang mengizinkanmu menyentuhku?!" Boruto menatap tajam pada Sarada.
"M-maaf."
Naruto menyodorkan sebuah baju dan celana berwarna hitam. Baju itu memiliki lambang pusaran angin berwarna merah dibelakangnya dengan garis merah di lengan.
Butuh waktu yang cukup lama untuk menyuruh Boruto memakai baju tadi. Boruto, tak suka memakai baju yang bukan buatan kugutsu kastil. Tapi, akhirnya setelah diancam Sarada. Boruto baru mau memakainya.
Sarada harus pergi duluan ke gerbang karena tiba tiba Mitsuki mengajaknya bertemu. Kawaki juga harus pulang duluan untuk menjemput Himawari yang ngambek di rumah keluarga Hyuga.
Tinggallah Naruto dan Boruto dalam suasana canggung di koridor rumah sakit. Tak ada yang mau memulai obrolan karena nggak ada topik.
Boruto sedikit risih melihat pandangan para warga yang di lewatinya. Para warga konoha tentu kaget melihat sosok 'Boruto' yang sudah lama hilang itu
"Abaikan saja." Suruh Naruto pelan, ia berjalan mendahului Boruto.
Boruto meletakkan kedua yangannya di saku, mata kanannya yang tersayat tertutupi oleh poninya yang sudah panjang.
"Oi! Pak tua! Kemana kau akan membawaku -ttebasa?" Tanya Boruto, ia terus terusan merasa risih di jalanan.
Sedangkan Naruto hanya tersenyum simpul. "Ke rumah."
Boruto berhenti berjalan, ia menatap Naruto dengan pandangan jengkel. Namun, ia menghela nafas sebentar mencoba sabar.
Naruto menatap Boruto dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Tatapan kerinduan seorang ayah pada anaknya.
Naruto berjalan menuju Boruto dan mendorong Boruto untuk terus berjalan. Sedangkan, Boruto hanya bisa diam di dorong dorong begitu.
"Boruto?"
Boruto mengernyit heran ketika seorang pemuda yang berumur sekitar 14 tahunan memanggilnya. Pemuda itu berlari menuju Boruto dan menatap intens dirinya.
Pemuda itu dengan lancang menyentuh wajah Boruto, mengucel-ngucel pipinya, memutar kepalanya berkali-kali dan menyentil dahinya.
Grebb!!
"Sialan! Kau pikir kau siapa -ttebasa?" Boruto mengenggam erat tangan pemuda itu sebelum pemuda itu kembali mengganggu wajahnya. Sangking eratnya sampai pemuda itu meringis kesakitan.
Boruto kelewat emosi hingga tangan pemuda itu memerah karenanya. Bagi Boruto, hanya Code dan Eida yang boleh menyentuhnya.
"Tuan muda!" Teriakan seorang pria membuat atensi Boruto teralihkan.
Boruto melepas lengan pemuda itu dengan kasar. Menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam dan mencekam hingga orang-orang yang berada di sekitar sana merinding.
"Tuan muda, tuan tak boleh berkeliaran tanpa pengawasan." Pria tua itu berhenti disamping pemuda itu dengan nafasnya yang terengah-engah.
Pemuda itu menatap sebal pada pria tua itu. Pria tua itu adalah pengawas yang mengawasinya selama 3 tahun belakangan. Tapi, ia lebih suka pengawasnya yang dulu.
Sayangnya, pengawasnya yang dulu sudah tewas karena ulah ketua geng bandit Mujina.
Atensi pemuda itu kembali pada Boruto. Matanya berbinar ketika melihat sosok yang ia kagumi itu kembali setelah 3 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth [Boruto : Naruto Next Generation]
FantasyMeskipun pada akhirnya aku mengingat semuanya, akankah ada yang berubah? "Mengapa harus aku yang mengalami takdir sialan ini!" Start : 06/05/20 End : -