17. Come To You

123 22 32
                                    

"Appa .. m-maafkan aku .."

Isak tangis samar-samar mulai terdengar nyaring mengisi sebuah ruangan sepi dengan pencahayaan yang diatur seminim mungkin didalam sana. Sepasang mata yang sedari tadi terjaga memandangi indah pemandangan malam kota melalui dinding kaca kini teralih perhatiannya pada sosok yang tengah menangis sesegukan tanpa membuka mata.

Rautnya cemas, namun langkahnya masih tenang menghampiri seorang yang ia bawa dengan tampilan penuh lebam dan luka, sekarat lalu ambruk dalam pelukannya. Terlalu klise dalam drama, tapi realitanya ia bersyukur untuk kali kedua dapat menyelamatkan sosok manis yang terbaring lemah diatas tempat tidurnya.

"M-maaf .. hikss .. a-aku bersalah .." lirihnya beriringan dengan bulir bening yang jatuh disudut mata.

"Aku tidak bisa mengatakan keadaannya baik - baik saja, keadaannya cukup parah, aku tidak bisa memastikan kondisinya hanya dengan melihat luka luarnya saja. Dia perlu melakukan serangkaian pemeriksaan seperti CT Scan dan MRI untuk tahap tindakan pemeriksaan lanjutan .."

"Khawatirnya ada luka yang lebih parah didalam tubuhnya akibat benturan secara keras dibeberapa bagian vital yang terkena pukulan .. emm, kalau kulihat dari luka dan lebam yang ia dapatkan .. sepertinya ini tidakan kekerasan .."

"Kenapa kau tidak membawanya langsung kerumah sakit, Guanlin-ah...?"

Sepersekian detik pikirannya kembali pada pembicaraan dengan dokter yang satu jam lalu sudah meninggalkan apartemennya setelah selesai melakukan pemeriksaan kecil pada Ji Hoon yang ia temukan hampir terkapar dipinggir jalan sebelum ia kembali pulang ke apartemen ini.

"Hyung .. haruskah aku membawamu kerumah sakit malam ini? Dokter Hwang bilang kau harus diperiksa secara menyeluruh .." lirih Guanlin pelan lalu meraih bulir yang hampir jatuh mengalir disudut mata Ji Hoon yang terlihat sangat kesakitan.

"J-jangan bawa a-aku kerumah sakit .."

Kata yang membuat Guanlin datang keapartemennya bukannya rumah sakit. Kata yang Ji Hoon ucapkan sebelum ia benar-benar lemah tak sadarkan diri didalam taksi menuju tempat yang harusnya rumah sakit. Kata yang membuat Guanlin meminta supir memutar arah keapartemennya saat ini.

Seperti yang dikatakan dokter Hwang. Dari luka dan lebam yang ada ditubuh Ji Hoon saat ini sangat jelas akibat dari tindak kekerasan. Dan lukanya cukup parah jika hanya diperiksa seadanya. Tapi, rasanya Ji Hoon pasti punya alasan mengapa ia tak mau kerumah sakit bahkan ketika dirinya jelas kesakitan.

"Emh .." lenguhan kecil diiringi netra caramel yang membuka perlahan. Jejak air mata masih tersisa dengan pusing yang menjalar diseluruh kepala. Ji Hoon baru saja tersadar dari tidur atau pingsan lebih tepatnya.

Matanya membuka lemah. Tempatnya terlalu asing untuk kamar yang pernah dikunjunginya. Pandangannya masih belum begitu jelas untuk memastikan siapa yang berdiri disampingnya saat ini.

"Hyung .."

"G-guanlinie?"

"Hmm, ini aku .. kau sudah sadar? Apa kau bisa melihatku dengan baik?"

Perlu waktu, tapi kini pandangannya cukup jelas untuk melihat wajah seseorang yang berdiri disamping tempat tidur. Sepertinya ini kamar Guanlin. Ada rasa syukur karena pria itu tidak membawanya kerumah sakit malam ini.

Ji Hoon mencoba bangkit namun rasa sakit kuat menjalar seluruh kepalanya.

"Akh .." rintihnya kesakitan.

"Tidak perlu memaksa bangun, berbaring saja"

"I-ini dimana?"

"Ah, ini apartemenku hyung .."

To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang