Ji Hoon duduk bersandar pada kepala tempat tidur dengan tangan bergerak aktif mengusap pucuk kepala Daehwi yang kini terlelap dengan tangan yang melingkar diperut miliknya itu.
Sudah lewat 30 menit sejak pria imut itu tertidur dalam posisi memeluk Ji Hoon setelah sebelumnya mereka sempat berbicara ini dan itu termasuk pembicaraan kecil mengenai bagaimana pendapat Park Ji Hoon tentang Park Woojin.
Pembicaraan yang singkat, namun cukup membekas untuk Ji Hoon. Sebab pembicaraan itu memunculkan suatu kecenderungan aneh yang sulit untuk ia pahami. Ia tak pernah memikirkan hal seperti itu sebelumnya. Yah, pasalnya memang tak pernah ada yang bertanya.
Bagaimana Woojin, atau apa pendapat Ji Hoon tentang Woojin. Tak pernah ada yang penasaran atau bertanya. Tentang mereka berdua, hanya asumsi buruk milik orang - orang yang sering Ji Hoon dengar. Tak pernah ada yang memastikan apa yang sebenarnya Ji Hoon pikirkan tentang Woojin.
Baginya Woojin adalah pria dan sahabat yang baik. Sosok pertama yang ia cari saat sedih maupun senang. Sesuatu yang sangat penting yang selalu ada disisinya.
Dia seperti rumah ..
Rumah untuk Ji Hoon pulang.
Tempat dimana Ji Hoon bisa benar - benar diterima. Dia seberharga itu bagi Ji Hoon.
Harusnya ia bisa menjawab pertanyaan Daehwi tadi bukan?
Tapi, ketika ditanya ..
Kenapa ia malah bingung dan tergagap ketika menjelaskan pada Daehwi pendapatnya tentang Woojin?
Apa masalahnya? Kenapa menjelaskan hal semudah itu malah terasa rumit baginya? Ada hal lain yang ingin ia ungkapkan lebih dari pemikirannya. Ada yang bergejolak yang membuatnya cekat tak tahu harus berkata apa.
Ada perasaan memburu namun tertampik kuat oleh kewarasan yang hampir rusak setengahnya.
Matanya melirik kearah jam kecil yang terletak diatas nakas samping tempat tidurnya. Sudah pukul 3.15 hampir pagi, namun belum sedetikpun ia menutup mata berniat untuk tidur dan beristirahat mengingat perjalanan 4 jam nya menuju Seoul besok pagi.
Kamar dengan nuansa lampu tidur cahaya temaram itupun belum mampu untuk membuat sepasang mata cantik itu terlelap menuju dunia mimpi. Malah rasanya ruangan yang sebelumnya terasa nyaman membuatnya merasa sesak tanpa alasan.
Ia butuh udara segar. Berjalan atau duduk dipekarangan villa mungkin akan membantunya menghirup lebih banyak oksigen dingin di malam menjelang pagi ini.
Perlahan ia memindahkan tangan Daehwi kesisi tubuhnya tanpa membangunkan sikecil yang sudah nyenyak dimimpinya itu. Ia membawa tubuhnya turun dari tempat tidur dengan sangat sangat pelan. Khawatir sedikit pergerakan dari tubuhnya membangunkan lelap Daehwi yang ada disampingnya.
Aman!
Daehwi masih sangat lelap dan Ji Hoon sudah berhasil keluar dari kamarnya.
Baru saja ia hendak melangkah menuju pekarangan matanya malah disambut dengan pemandangan seekor burung besar yang kini sedang tidur diatas sofa.
Yah, Park burung yang ada disana. Ia tertidur dengan setengah tubuh terutup dengan selimut dan setengahnya lagi terbuka.
Sebuah senyum tertarik disudut bibir Ji Hoon.
Diusirkah? Atau, Woojin yang memang tidak nyaman jika tidur bersama Jinyoung? Begitulah kira - kira yang dipikirkan oleh Ji Hoon melihat Woojin yang kini nampak lelah dalam tidurnya.
Ia melangkahkan kakinya perlahan tanpa mengeluarkan bunyi sedikit pun. Ditariknya selimut yang hanya menutup kaki Woojin lalu dibentangkannya agar benar - benar menutup seluruh tubuh Woojin dan hanya menyisakan kepalanya saja.
