1. Hidden Wounds

319 29 13
                                        

Deru rintik hujan mengalir deras mengisi penuh hening malam kota Seoul. Malam semakin larut, banyak pasang mata yang kini sudah terpejam rapat seolah enggan membuka sebab nyamannya suara deru rintik hujan yang menyentuh atap dan tanah. Suara yang seolah mengalun lembut seperti lullaby penghantar tidur bagi jiwa yang lelah beraktifitas seharian.

"Hiks .. eomma .. hiks .."

Sebuah tangisan kecil diiringi gerakan asing dari atas tempat tidur yang sama seolah mengusik sepasang mata yang tadinya juga tertutup rapat sejak beberapa jam lalu.

"M-mianhae .. eomma .. hiks.."

Pria yang tadinya sedang asik dengan bunga tidurnya sendiri itu, kini berlonjak bangkit dari tempat tidurnya. Matanya langsung tertuju pada pria manis yang berbaring disebelahnya dengan mata tertutup dan air mata yang mengalir dari sudut matanya.

Mimpi buruk lagi ..

"Hoon-ah, gwaenchana .. aku ada disini .." ucap pria bersorot mata tajam itu mencoba menenangkan si manis yang menangis dalam tidurnya.

Ia menarik si manis itu dalam rengkuhannya. Mengusap kepalanya lembut sampai simanis bangun dari tidurnya.

"Woojin-ah .."

"Hmm, tidak papa .. aku ada disini .."

"Aku merindukan ibuku .." lirih nya pelan dalam dekapan Woojin.

"Aku tahu, apa kau ingin kita menemuinya nanti?"

Ji Hoon menggeleng pelan dalam dekapan Woojin.

"Tidak boleh, ayah akan memarahiku jika aku menemui ibuku, aku akan menelponnya saja nanti .."

"Baiklah, sekarang tidurlah, besok kita harus berangkat sekolah pagi - pagi" ucap Woojin melonggarkan pelukannya. Ia baru saja ingin kembali keposisi nyamannya, namun tangan Ji Hoon kini menahan bajunya.

"Begini saja, apa tidak bisa?" Lirih Ji Hoon pelan kembali merapatkan tubuhnya dan Woojin menghabiskan jarak diantara mereka.

Degh!

Debaran halus dengan tempo cepat mulai mengisi penuh bagian rongga dada Woojin. Ada perasaan berdesir yang mengalir disetiap sudut tubuh Woojin. Perasaan yang tentunya ingin ia tolak mentah - mentah karna memang perasaan gila itu tak boleh ada.

Ji Hoon itu sahabatnya, ia tahu Ji Hoon pria normal yang menyukai wanita. Begitupun dirinya yang juga sama normalnya. Pelukan tadi bukan apa - apa. Itu karna ia tahu luka seperti apa yang dimiliki oleh Park Ji Hoon. Pelukan tadi hanya pelukan menenangkan. Bukan pelukan aneh dengan maksud terselubung didalamnya.

Woojin itu bukan orang mesum. Jadi ia tidak akan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk memeluk Ji Hoon seperti tadi. Ia hanya mencoba menenangkan sahabat yang selalu bersamanya sejak lama itu.

"Hoon-ah aku .."

"Hanya untuk malam ini Woojin-ah, jangan lepaskan pelukanmu, aku membutuhkanmu Woojin-ah .." lirih Ji Hoon diambang tangis. Suaranya bergetar hebat entah apa yang ia pendam saat ini.

Woojin akhirnya menurut dan menampik seluruh perasaan omong kosong yang entah sejak kapan ia rasakan pada Ji Hoon. Ia tak peduli apa yang akan ia rasakan nantinya. Sekalipun jika rasa itu akan menjadi luka untuk dirinya nanti. Yang ia tahu, Ji Hoon nya membutuhkannya. Dan itu artinya ia harus ada disana.

"Apa terjadi sesuatu?" Ucap Woojin lembut dengan suara bariton khas milik seorang Park Woojin.

"Tidak ada .."

"Kau yakin? Apa jangan - jangan ada anak - anak yang mengganggumu lagi tanpa sepengetahuanku?"

"Kau pikir ada yang berani bertingkah seperti itu jika kau bersamaku?"

To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang