First Hunter.

98 17 1
                                    


"Hah, hah, hah." Ray mencoba mengatur nafasnya.

"Skill Detection memang luar biasa. Tapi apa ini tidak terlalu banyak? 10 ekor red wolf, mereka datang seolah dipanggil seseorang."

"Kurasa cukup untuk hari ini, aku akan dalam bahaya jika kehabisan mana di tengah jalan." Ray menyimpan bangkai red wolf di Inventory.

Ray memperhatikan sekelilingnya, kemudian menyadari ada sebuah gubuk kosong tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Karena penasaran, Ray mendekati gubuk itu dari dekat untuk melihat isinya.

Dari jendela yang sudah sangat rusak, Ray bisa melihat bagian dalam gubuk yang sangat berantakan. Ada sebuah meja tua berdebu, 3 kursi yang dalam posisi tidak teratur dengan salah satu kursi hancur seperti dipukul sesuatu.

"Aku penasaran apa sebelumnya ini adalah markas bandit. Bau bekas alkohol ini masih sangat baru." Ray menajamkan indra penciumannya.

"Tapi melupakan tentang itu, pondasi gubuk ini terlihat masih bagus dan ukuran sesuai dengan rumah sederhana minimalis yang pernah kubayangkan waktu SMP." Ray tersenyum senang, berfikir mungkin ia bisa memperbaiki gubuk ini mejadi rumah yang nyaman untuk ia tinggali.

"Eh, tapi kan ada hewan buas sama monster dihutan." Ray tersenyum kecut karena rencananya gagal bahkan sebelum dimulai.

"Oh iya, aku lupa. Kalau nggak salah ada jenis sihir pelindung dibuku yang ku beli kemarin." Ray mengeluarkan buku dari tasnya, ia belum memindahkan semua barangnya ke dalam Inventory karena akan terlihat aneh berpergian atau berpetualang tanpa membawa barang bawaan.

"Ini dia! Sihir penghalang, tapi polanya rumit banget ya(・-・;)ゞ" Ray mencermati bentuk pola kompleks pada buku. "Aku akan coba dulu" Ray menutup bukunya dan mulai bereksperimen.

***

Setelah hampir seratus kali menulis, menghapus, dan mengubah pola yang ia gambar disekeliling gubuk. Akhirnya Ray berhasil membuat pola persis dengan yang ada di buku. Sebagai bonus, ia juga mendapat skill baru.

'Skill pantang menyerah diperoleh'
'Skill pembuat lingkaran sihir diperoleh' Ray lagi-lagi heran dengan nama skill yang makin aneh.

Sorry, authornya bingung nama skillnya. Yang punya ide nama skill sihir, boleh komen di bawah.( ╹▽╹ ).

"Mulai sekarang aku akan merenovasi gubuk ini sedikit demi sedikit, sampai sewa penginapanku habis." Ray menatap puas hasil pola yang digambarkannya. Padahal ia dasarnya memang tidak terlalu bakat dalam seni menggambar.

Ray terkejut sejenak karena ternyata langit sudah hampir gelap. "Astaga, aku lupa waktu. Harus cepat balik." Ray memutuskan untuk terbang demi menyingkat waktu perjalanan.

"Aku lelah...." Ini cukup langka mengingat Ray belum merasa lelah sedikitpun semenjak tinggal disini.

"Tiba-tiba aku merindukan kasur jerami di penginapan, ayo bergegas." Ray berbicara pada dirinya sendiri.

***

"Bagaimana, kalian berhasil melakukannya?" Sosok berjubah hitam dan seorang yang berpakaian seperti assassin. "Sejauh ini tidak ada masalah, seharusnya dalam waktu beberapa hari lagi, gelombang serangan monster akan datang." Si assassin melapor. "Bagus, bagus. Dan rencana cadangan untuk penanggulangannya? Aku tidak ingin rencana ini gagal, karena kerugian yang ku dapat tidak sedikit. Kalian paham kan?" Si pria berjubah memastikan. "Tentu Tuan." Sang assassin menjawab yakin. "Baiklah ini bayaranmu. Kerja bagus." Menyerahkan sekantong besar koin emas.

***

"Em, rasanya ada yang janggal. Seolah sesuatu yang berbahaya akan terjadi." Rei berguman ketika berada di gerbang masuk kota.

Vote and Komen ^_^

Ray Taylor and Another World (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang