Prolog.

253 16 0
                                    

Seberkas sinar matahari keluar dari jendela kamar sebuah apartemen.

Ray membuka matanya yang masih terasa berat.

Sarapan apa ya, pagi ini?

Pikir Ray sambil menggosok gigi.

Setelah siap dengan setelah jasnya, Ray melihat lihat bahan makanan yang ada di kulkas.

Roti bakar aja mungkin

Ray mengeluarkan sebungkus besar roti tawar, sekaleng selai coklat, dan sekotak susu dari kulkas.

Setelah memakai celemek, Ray mengeluarkan beberapa roti tawar, memipihkannya, mengoleskan selai coklat, dan melipatnya.

Setelah membuat beberapa roti isi. Ray menuangkan susu ke teko dan memanaskannya. Kemudian sambil menunggu susu panas, ia memanggang roti.

Ray, membawa sarapannya ke rumah depan. Lalu menyalakan laptopnya, melihat jadwal kerjanya pagi ini.

"Meeting hari ini banyak banget." Ray menggerutu.

Ray mulai memakan roti bakarnya.

Dan meminum susunya. "Aw... panas." Ray merasa lidahnya mati rasa.

Bruk.

Sebuah portal mendadak muncul di langit langit dan menjatuhkan seorang berjubah hitam.

Ray mematung dengan lidah yang masih terasa kelu.

"Akh... Kenapa ramuanku berubah jadi portal. Gimana nilai ujianku?!" Orang itu bermonolog.

Portal? Jubah hitam? Orang Jahat? Syuting film? Halusinasi?.....

Banyak pertanyaan terlintas di pikirannya.

Mimpi.

Ray mengambil kesimpulan.

"Em... Siapa?" Ray bertanya dengan ragu.

Orang itu menoleh ke arah Ray.
"Eh, maaf. Hehehe, Selamat Pagi." Orang itu meringis.

Ia bangun dan mengibaskan jubah hitamnya, terlihat pakaian seperti seragam didalam jubah.

"Namaku Tomy, dari kelas penyihir Magical Academy." Tomy berkata ramah.

"Penyihir?" Ray bingung.

"Kamu nggak tahu apa itu penyihir? Apa kamu dari desa? Eh... ngomong omong ini dimana ya?" Tomy mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Tempat yang aneh." Tomy berkomentar.

"Ini apartemenku. Dan ini di kota, bukan desa."

"Apartemen?" Tomy membeo.

Ray menghela nafas.

"Kau mau sarapan?" Ray menawarkan roti bakarnya.

"Apa itu? Terlihat enak." Mata Tomy berbinar. Mengambil sebuah, ragu ragu memakannya.

"Makanlah, itu tidak beracun." Ray melihat wajah ragu Tomy.

Tomy menggigit separuh roti bakar.

"Apa ini?! Rasanya luar biasa. Enak!" Tomy memakan setengah sisanya dengan cepat.

"Lagi?" Ray menyodorkan piringnya.

"Boleh?" Tomy dengan air liur menetes.'kiasan'

"Ambillah." Ray bangkit dari tempat duduknya.

"Akan ku ambilkan minum." Pergi ke dapur.

Ray berusaha menenangkan pikirannya. Ia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Ray Taylor and Another World (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang