Greenconia.

108 19 0
                                    

"Em.... Sara, apa kita sudah sampai?." Ray merasa mereka sudah melewati gerbang depan Kota.

"Belum."

"Apa kita ak_"

"Ssst...." Telunjuk Sara menempel pada mulut Ray. Ada seorang penjaga lewat.

"Eh! Ma... maaf." Sara salting lalu menarik jarinya.

Kenapa ia seolah tidak ingin ketahuan penjaga~ Ray.

"Sara."

"Ya, Ray?"

"Kamu.....

Bukan penjahat kan?"

"Te... tentu saja bukan! Ke... kenapa kamu bilang begitu?😅"

"Hanya saja, sedari tadi kamu seolah menghindari penjaga."

"Eh apa iya?." Tomy tidak sadar.

Nggak heran gue~ Ray melirik Tomy.

""Em... Itu...." Sara gugup.

"Nona Sara!" Tiba tiba seorang penjaga gerbang belakang muncul.

"Non dari mana saja. Tuan udah sadar Nona pergi, terus penjaga yang lain mulai mencari Nona." Penjaga itu khawatir.

"Hehehe." Sara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Buruan ganti baju Non, nanti bapak bisa kena marah." Penjaga itu masih panik.

"Iya pak." Sara masuk kedalam bilik penjaga untuk mengganti pakaiannya.

"Eh, kalian siapa?" Penjaga itu baru menyadari keberadaan Ray dan Tomy.

Yaelah, baru sadar pak😑~ Ray dan Tomy.

"Mereka teman saya pak." Sara keluar dari bilik.

Bukan lagi dengan penampilan seperti sebelumnya. Tapi kini ia mengenakan gaun yang indah.

"Oh, temannya Non Sara. Apa kalian punya kartu identitas?" Pak penjaga itu bertanya.

"Saya ada pak." Tomy mengeluarkan kartu identitasnya.

"Maaf pak saya tidak punya." Ray merasa tidak enak.

"Em, begitu ya. Tapi peraturan kota ini pendatang asing yang tidak punya kartu identitas harus membayar satu koin perak." Jelas pak penjaga.

Gue bener bener nyesel nggak bawa uang dari dunia lama gue 😓~ Ray.

"Em... itu..." Ray menggaruk pipinya.

"Ini pak, satu koin perak." Sara mengeluarkan koin perak dari kantung kecil.

"Eh, tapi Non." Penjaga itu bingung.

"Yuk masuk." Sara mengajak Ray dan Tomy.

"Makasih buat yang tadi." Ray berkata pelan.

"Ah, bukan masalah besar. Anggap saja balas budi karena tadi sudah menolongku." Sara tersenyum.

Mereka pun menyusuri jalan jalan kota. Melewati banyak gang ramai dengan banyak orang yang sibuk.

"Kota yang indah." Ray bergumam.

"Hei, Sara. Apa gang ini tempat pertunjukan seni." Tomy memperhatikan gang dengan beberapa orang yang memainkan alat musik.

"Ya, tempat ini merupakan salah satu kebanggaan kota kami." Sara benar benar memainkan perannya sebagai pemandu.

"Apa kamu bisa main gitar Ray?" Sara menujuk gitar yang menggantung di punggung Ray.

"Ya... Aku tidak terlalu mahir."

"Bisakah kamu bernyanyi untukku?" Sara meminta.

"Gue juga pengen denger." Tomy menyaut.

Ray Taylor and Another World (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang