YUNA
Sekarang jam pelajaran olahraga. Tapi satu angkatan, bukan satu kelas. Aku baru tahu kalo sekolah ini terkadang mengadakan pertandingan olahraga dadakan hanya untuk kesenangan muridnya.
Seperti sekarang, karena materi yang sedang dipelajari adalah voli, kelasku dan kelas sebelas lain dari angkatan mengadakan pertandingan voli. Lapangan menjadi sangat ramai. Semua murid menyemangati perwakilan kelasnya masing-masing. Malah tak sedikit juga anak kelas sepuluh maupun dua belas ikut menonton karena penasaran.
Pertandingan berlangsung ricuh dan seru. Hingga tersisa dua perwakilan kelas pada final, yaitu kelasku dan kelas 11-D. Ada Clyde dan Jean disana. Sedari tadi aku menyemangati mereka berdua. Semoga saja kelasku menang. Karena katanya kelas yang menang dapat nilai di atas KKM dan tidak perlu remedial jika nilai ujian akhirnya rendah. Haha, agak aneh memang. Tapi itu menjadi motivasi kelas kami untuk menang.
Skor sekarang adalah 5-7, kelasku memimpin. Tapi kami tidak boleh lengah karena mereka bisa saja menyusul. Sudah dua babak dan ini adalah babak penentuan. Kedua kelas berpoin sama dan sama kuatnya.
Sekarang banyak murid menonton di kursi penonton, menyemangati jagoannya masing-masing. Termasuk aku, Sophia, dan Bianca. Kita duduk di tempat strategis, paling depan dan para pemain dengan jelas terlihat.
"Sophia, kau lebih mendukung John bukan daripada kelas kita?" goda Bianca.
Ya, yang bertanding melawan kelas kami adalah kelas John dan John sendiri menjadi pemainnya.
"Kalau secara personel tentu saja aku mendukung John. Tapi kalau secara tim aku mendukung kelas kita. Hahahaha," sahut Sophia sambil tertawa.
Aku ikut terkekeh melihatnya.
"Mana bisa seperti itu?" balas Bianca.
"Bisa saja. Kenapa tidak?" balas Sophia tak mau kalah.
"Huuuuuu lebih baik pindah kelas saja sana!" seru Bianca.
"Nanti kau merindukanku, hm?" goda Sophia.
"Dih. Untuk apa merindukanmu? Setiap hari sudah bertemu. Bosan tahu mendengar celotehan mu terus!" balas Bianca lagi.
"Kau pikir aku tidak kesal memiliki teman jahil sepertimu?!" balas Sophia.
"Kau yang terlalu feminin. Bertingkah sok seperti gadis remaja baru puber. Katakan saja kalau kau menyukainya!" balas Bianca lagi.
"Ya! Kau menyebalkan sekali. Kemari kau!"
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Setiap hari tidak ada hari tanpa perdebatan sepele mereka. Nantinya mereka akan bermusuhan, tapi pada akhirnya belum sampai lima menit sudah mengobrol lagi. Persis seperti Tom n Jerry. Terus saja seperti itu.
Aku lanjut menonton pertandingan tanpa mempedulikan mereka.
Bianca tiba-tiba nampak mengecek ponselnya lalu mengernyit.
"Ada apa, Bian?" tanyaku.
"Morvin memintaku untuk membelikannya minum," jawab Bianca. "Cih, menang saja tidak. Sok-sokan menyuruhku membelikannya. Memang dia siapa, huh? Merepotkan,".
Aku terkekeh. Bianca memang memiliki satu orang sahabat laki-laki sejak kecil. Dia berada di kelas lain angkatan kami. Dia juga anak voli dan ikut bertanding sebagai perwakilan kelasnya tadi. Mereka sangat dekat dan.... Romantis. Jujur bagiku mereka romantis. Walau lebih sering Morvin yang menunjukkan perhatiannya pada Bianca. Kalian tahu sendiri, Bianca itu Tsundere.
"Bianca, lihat! Morvin melambai ke arahmu!" seru Sophia sambil menunjuk Morvin di pinggir lapangan.
Aku dan Bianca mengikuti arah tunjuk Sophia. Lalu aku tertawa saat melihat Morvin sedang melambaikan tangannya sambil menyengir ke arah Bianca. Bianca nampak menunjukkan wajah pura-pura kesalnya sementara Morvin terlihat semakin senang meledeki Bianca. Ya Tuhan... Kenapa mereka lucu sekali?
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us [Ayuna - Angela]
Hayran KurguIni kisah antara Yuna dan Angel. Mereka tidaklah berhubungan. Bahkan bertemu saja tidak pernah. Yuna tidak pernah tahu siapa Angel, begitupun sebaliknya. Angel tidak pernah tahu siapa Yuna. Hingga sesuatu terjadi. Mereka berdua menyadari bahwa merek...