bagian 34

3.7K 370 17
                                    

Jangan lupa follow and vote
Selamat membaca
.
.
.

Aku meraih kertas yang disodorkan eomma ku lalu membuangnya kelantai. Jungkook sudah berjanji akan tetap bersamaku, aku tau suamiku bukanlah pria yang ingkar janji. Aku tau suamiku mencintaiku dan tak akan pernah meninggalkanku.

"Eomma. Carikan Jungkook untukku. Bawa Jungkook kehadapan ku sekarang. Aku ingin dia, aku ingin pria itu sekarang"

Aku semakin menangis seperti orang stress. Eomma ku sedari tadi berusaha menenangkanku namun aku tak bisa.

Aku ingin menyangkal sekali lagi, tetapi semuanya terlihat jelas memperlihatkan bahwa memang suamiku telah tiada.

Benarkah aku telah kehilangannya? Benarkah aku tidak akan bisa bertemu dengannya lagi? Benarkah aku tidak akan melihat senyumnya lagi?

Tolong kembalikan dia untukku....

"Jungkook telah istirahat. Jangan seperti ini. Dia bisa ikut sedih. Fikirkan bayimu. Ayo bangun dan ambil suratnya"

Aku mendangak menatap eomma ku dengan mata mengabur disebabkan air mata. Wanita yang kupanggil eomma ini setia merangkul bahuku erat mentransfer rasa nyaman yang tak kunjung diterima perasaanku yang kian memburuk.

"Bagaimana bisa. Jungkook telah berjanji tidak akan pergi. Jungkook berjanji akan tetap disini bersamaku. Bukankah ia tidak akan ingkar?"

Aku berbicara dengan suara putus putus, aku menangis terlalu deras hingga suaraku telah lenyap menyisakan keheningan yang terasa memilukan.

Eomma ku membantuku berdiri lalu mengambil surat yang kulempar tadi dan meletakkannya ke tanganku. Dengan langkah gontai aku berjalan menuju kamar kami. Kamar aku dan Jungkook lebih tepatnya.

Sempat menghentikan langkah di ambang pintu menyapukan pandanganku kesetiap sudut ruangan yang menyisakan bau suamiku yang sangat khas. Detik berikutnya aku berjalan menuju ranjang dan duduk di pinggir sekali lagi menatap sebuah surat yang terlihat kusut karna kuremas tadi.

Perasaanku masih belum membaik. Air mataku tak kunjung reda yang pastinya membuat mataku membengkak.

Pelan pelan, aku membuka surat itu yang diawali dengan kata aku mencintaimu istriku. Untuk itu saja dadaku sudah serasa diremas dan tiba tiba seluruh organ tubuhku lupa menjalankan fungsinya.

Aku ingkar. Maaf karna tak bisa menepati janji.

Aku sudah berkali kali mengatakan kalau aku mencintaimu kan. Namun aku merasa belum cukup karna aku tak tau caranya memberitahumu kalau kau sangat berharga bagiku.

Istriku. Jung Soo Yun.

Wanita yang telah membuatku jatuh cinta terlalu dalam. Maaf telah meninggalkanmu sendiri dengan bayi kita.

Jangan menangis. Karna aku sudah tak bisa lagi menghapus air matamu. Jaga bayi kita yah, itu satu satunya yang kutinggalkan untukmu sebagai hadiah spesial sebelum aku pergi. Kau wanita kuat. Aku tau.

Aku merobek kertas itu tak sanggup lagi membaca semua tulisannya yang seperti sudah ia rancang lebih awal untuk menusuk hatiku. Katanya ia baik baik saja? Katanya ia akan sembuh, ternyata ia hanya berusaha terlihat kuat untuk mempersiapkan kepergiannya.

Aku menekan dadaku sejenak karna terasa sangat sesak didalam sana. aku merasa kesulitan bernafas karna tangisku tak kunjung reda. Aku benar telah kehilangannya? Iya... Benar.

💜💜💜

Terhitung satu Minggu sudah sejak kepergiannya. Aku tak pernah mau datang ke makamnya karna aku sungguh tak mampu melihat nama dan fotonya berada terletak diatas tanah.

Aku benci dirinya yang tak bisa menepati janji. Aku kehilangan dirinya dengan akhir yang buruk karena aku tak sempat melihat wajahnya. Jadi inilah maksudnya saat waktu ia memelukku erat dan tak mau melepasku dari pelukannya sepanjang malam.

Pria jahat.

Dirumah mewah suamiku ini, aku ditemani nyonya jeon, eomma ku, ada juga jiwoo, suaminya dan ketiga anaknya. Sementara tuan jeon kembali kerumah karna kesibukannya bertambah mengurus perusahaan suamiku. Satu lagi, tentunya ada juga beberapa pembantu rumah tangga.

Kemarin aku sempat dibawa kerumah sakit karna keadaanku drop sebab tak mau makan. Sejak hari itu sikapku telah berubah menjadi wanita yang jarang bicara dan suka menyendiri. Aku selalu duduk sendiri di dalam ruang kerja suamiku sambil melamun lalu akan menangis lagi. Setelahnya aku akan kembali tersenyum agar semua orang percaya kalau aku sudah tidak apa apa.

"Hati hati yah. Aku sudah menyiapkan bekalmu. kuletakkan di tas kecil didalam mobilmu"

"Terima kasih. Aku berangkat"

Air mataku kembali luruh menyaksikan pemandangan yang sering terjadi diambang pintu rumah ini saat Jungkook masih ada disini.

Melihat Jung Hyun mencium kening jiwoo aku teringat suamiku yang selalu melakukan itu saat akan berangkat kekantor.

Aku rindu. Sungguh, aku rindu padanya yang selalu tersenyum padaku saat bicara. Bisakah ia kembali? Aku sangat menginginkannya.

"Soo Yun aa. Kau sudah makan? Aku sudah memasak bubur untukmu dan susu untuk calon bayinya. Ayo duduk"

Aku tersenyum singkat lalu beranjak duduk di kursi. Meja makan ternyata sudah terisi beberapa makanan, dan aku tak berselera melihat semuanya.

Aku kembali menangis melihat kursi yang selalu diisi Jungkook. Biasanya ia akan mengomel tidak jelas saat aku berusaha memakan makanan tidak sehat.

Terlepas dari marah pada dirinya yang telah ingkar. Aku sungguh lebih marah pada diriku sendiri.

Aku marah karna tak bisa berhenti mencarinya. Aku marah karna tak bisa berhenti menunggunya. Aku marah karna tak bisa berhenti rindu. Aku marah karna tak bisa melupakannya meski sudah kulakukan berkali kali. Aku marah karna segala apa yang kulakukan mengingat dirinya meski semuanya terlihat normal.

Hatiku yang bertumpu pada hidupnya terkadang membuat perasaanku tersiksa, usaha menahan siksaan itu hasilnya malah jauh tak terkendali.

Entahlah....

End

💜💜💜

Nggak deng.

CEO JJK [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang