bagian 33

3.9K 386 14
                                    

Jangan lupa vote and follow
Selamat membaca
.
.
.

Aku tetap berusaha baik baik saja setelah hari itu. Benarnya, setelah aku mendengar kalau park aeri ingin aku pisah dengan Jungkook.

Aku tak berniat untuk memberitau Jungkook kalau aku sudah tau apa yang sebenarnya terjadi. Melihat seberapa jahat suamiku yang terlihat baik baik saja padahal dirinya sedang sakit.

Aku merasa jahat dalam satu waktu. Yang hanya mengetahui kalau ia sakit tapi tak dapat kurasakan. Rasanya aku sudah pernah mengatakan ini juga kalau aku mau sakitnya berpindah saja padaku. Karna sekali lagi, lebih baik aku yang meninggalkan dari pada ditinggalkan.

Semuanya berlalu hampir dua bulan. Perutku mulai menimbulkan sedikit tanda tanda adanya bayi disana. Setiap hari tak pernah lepas dari rasa kekhawatiran karna Park Aeri tak ingin memberikan jantungnya jika aku tak ingin pisah dengan Jungkook. Bukan itu yang menjadi point utama, sebab aku juga tak ingin mengorbankan nyawa orang lain hanya karna keuntunganku sendiri. Tapi Pertanyaanku adalah, mengapa Park Aeri sebegitu inginnya agar aku dan Jungkook Tidak bersama.

"Soo Yun aaa. Bisa tolong pasangkan dasi untukku?"

Aku menoleh pada Jungkook yang baru saja keluar dari kamar lalu berjalan menghampiriku yang tengah duduk di kursi bar sembari memakan buah melon. Hari ini katanya, ia harus kekantor karna ada rapat mendadak. Beberapa bulan ini juga ia pergi kekantor hanya 4 kali dalam satu Minggu, dan sesekali sekertarisnya datang kesini.

Tidak lagi merasa cemburu, aku mulai berteman dengan Yuna sekertarisnya itu sejak wanita itu mulai datang kesini. Yang ternyata temannya jisoo juga. Aku baru tau satu bulan yang lalu, waktu itu mereka datang bersamaan kerumah suamiku dan akhirnya berakhir mengobrol bertiga.

"Pulang nanti belikan buah apel. Persediaan dikulkas sudah habis"

Kataku sembari mulai memasangkan dasinya. Aku masih pada posisiku, sementara Jungkook berdiri di antara pahaku. Dia hanya mengangguk menanggapiku dengan terus mengelus pipiku seperti kebiasaannya saat kupasangkan dasi.

"Jangan terlalu lelah. Dan jangan lembur. Terakhir kali kau lembur berakhir demam"

Dia mengangguk lagi layaknya anak laki laki yang patuh pada perkataan ibunya. Tapi aku mau dengar suaranya, susah sekali membuatnya bicara.

"Owh iya. Kau mentransfer uang lagi ke rekeningku. Seharusnya kau beri pada ajhumma ajhumma"

Beberapa pembantu rumah memang sering kupanggil ajhumma.

"Aku juga memberi mereka"

"Uangnya jadi bertambah banyak. Aku bahkan masih pusing menghabiskannya untuk apa. Sementara ajhumma sudah membeli persediaan makanan"

"Gunakan untuk membeli apa saja yang kau inginkan"

"Yasudah. Sekarang kau harus berangkat"

Aku tidak mau berdebat dengannya. Biarkan ia melakukan sesuka hatinya. Hah, bisa kau bayangkan betapa kayanya suamiku? Aku bahkan tidak pernah berani menggambarkan rumahnya ini saking besarnya.

Jungkook mencium bibirku meninggalkan sedikit lumatan disana. Beralih mencium keningku sebelum akhirnya ia pergi kekantor.

Aku juga bersiap untuk pergi menemui park aeri. LAGI. meski aku tak mau tapi aku harus melakukannya. Entah apa tujuan ku, hanya saja rasanya aku ingin bertemu dan bicara padanya.

CEO JJK [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang