bagian 24

5.8K 469 5
                                    

Follow akun wp Ku yah
.
.
.

Pagi ini aku bangun lebih awal dari Jungkook, untuk pertama kalinya aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku, Maksudku dengan sosoknya sebagai suamiku. Aku tersenyum singkat, selagi sibuk dengan masakanku fikiranku tak bisa berhenti mengingat betapa nakalnya kami semalam.

Menjauhkan kalimat berantakan, sebab ternyata Jungkook jauh lebih seksi dipagi hari, yang kulihat selama ini adalah dirinya yang selalu rapi dengan pakaian kantornya, hanya bertemu dimeja makan itupun jika dia tidak memilih untuk makan di kantor saja. Akan tetapi kurasa mulai sekarang aku bisa bertemu dengannya jika aku mau, meluangkan waktu lebih banyak memandangi wajahnya dipagi hari lebih lama, aku rasa itu pembayaran yang impas setelah kerinduan yang ia ciptakan tanpa bertanggung jawab selama ini.

Mertuaku juga eomma ku sudah pulang kerumah masing masing tanpa pamit dulu padaku, sebelum mandi tadi mereka menelfon hampir bersamaan hanya untuk mengatakan maaf. Aku tau mereka orang yang sibuk jadi kubiarkan meski sempat melempar candaan dengan marah pada mereka.

"Eomma sudah pulang?"

Aku menoleh, Jungkook melangkah mendekat padaku dengan rambut yang masih begitu basah. Menggunakan celana kantornya namun masih bertelanjang dada, pemandangan yang indah di pagi hari, cukup untuk mataku yang bahkan masih bersih sebab yang kulihat semalam sudah lebih dari cukup.

"Iya. Tadi mereka menelfon dan meminta maaf karna tidak sempat pamit"

Dia hanya mengangguk, kemudian duduk disalah satu kursi untuk sarapan terlebih dahulu. Untuk ini, aku berfikir sejenak. Pernahkah Jungkook seterbuka ini padaku. Jawabannya tidak, semua ini adalah awal dan kuharap tetap seperti ini sampai kapanpun.

Aku meninggalkannya kekamar. selagi ia sarapan, aku ingin menyiapkan jas juga kemejanya. Beberapa menit setelahnya, ia menyusulku kekamar dengan rambut yang sudah lumayan kering.

"Kenapa tidak pakai baju?"

Aku yang sedang membereskan kasur harus terhenti melihatnya yang malah duduk di sofa kamar, ini sudah jam delapan dan ia harus segera kekantor. Jas dan kemejanya juga sudah kusiapkan, namun ia seakan enggan memakainya.

"Pakaikan"

Aku memutar bola mataku, aku juga ingin mengatakan kalau itu untuk pertama kalinya aku melakukan hal itu dihadapannya. Aku tidak berfikir memiliki suami yang manja, tiba tiba saja sikapnya membuatku ingin menerjangnya kembali kalau seperti ini. Ahh tunggu dulu, Bukan aku yang menerjangnya, dia yang menerjangku.

Aku mendekat kearahnya, meraih jas dan kemejanya lalu menyuruhnya untuk berdiri. Jarak yang lumayan dekat membuat jantungku kembali seperti habis maraton, apa aku ada penyakit jantung? Maksudku aku sudah bercinta dengannya semalam, mengapa aku masih saja seperti anak remaja yang baru saja berpacaran.

Aku semakin berperan batin saat mataku menelusuri perutnya yang bergelombang untuk mengancingkan kemejanya, meski tak menatap langsung kematanya aku bisa melihat jika pandangannya menetap padaku, menatapku dengan intens sama seperti semalam saat menggagahiku dengan jantannya.

Aku mengerjapkan mataku, setelah kejadian semalam fikiranku selalu kotor dan begitu nakal.

Selesai dengan kemejanya aku beralih memakaikan jas nya, setelahnya aku beralih lagi memasangkan dasinya. Semuanya kulakukan begitu telaten, diakhir aku merapikan kerah bajunya lalu memberanikan diri menatap matanya dan melempar senyum padanya.

"Tidak usah bekerja yah"

Sebenarnya aku enggan untuk membahas ini lagi. Terhitung sudah berapa kali ia mengatakan itu sejak semalam, aku meminta izin padanya untuk bekerja saja di tokoh kosmetik yang sebelumnya kutempati namun ia melarang. Katanya ia tak mau aku bekerja sebab itu bukanlah tugasku melainkan tugasnya. Sama persis seperti appa nya, aku mengakui tuhan membuat foto copy an yang sempurna.

CEO JJK [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang