~ O6

4.5K 789 87
                                    

Jeongwoo akhirnya masuk kampus kembali setelah sekian jadwal ia bolos dengan alasan sakit. Untung saja Junghwan dapat diandalkan, buktinya kini pemuda So itu memberikan rangkuman materi ke Jeongwoo.

"Nih, bilang apa sama gue?"

Jeongwoo menyengir hingga menunjukkan deretan giginya, "Makasih So Junghwan ganteng banget deh lo."

Junghwan yang mendengar hal itu justru bergidik ngeri. Giliran begini saja Jeongwoo memujinya.

Namun menit selanjutnya Junghwan melihat keadaan kelas. Oke sepi, tandanya aman.

"Woo, mau nanya."

"Hm?" Sahut Jeongwoo sembari menyatat rangkuman yang diberikan oleh Junghwan.

"Lo Omega?"

Deg. Seketika Jeongwoo memberhentikan kegiatannya, ia melirik sekilas ke arah Junghwan yang kini menatapnya serius.

Jeongwoo pun menghela nafas, "kalau iya kenapa?"

Junghwan membulatkan matanya dan lengannya menutupi mulutnya yang menganga. Hiperbola memang Junghwan ini, sampai segitunya terkejut.

"Gak usah lebay lo!" Celetuk Jeongwoo sembari memukul sang kawan dengan tumpukan kertas.

Junghwan hanya mendesus pelan, dia kan hanya ingin memastikan justru dikatakan lebay.

"Oh iya lupa!"

"Apaan?!"

Jeongwoo bangkit dari duduknya, tak lupa dirinya merapihkan segala benda yang ada di atas meja.

"Hari ini pertemuan pertama ukm seni. Gue hampir lupa, bye Hwan besok catatan lo gue balikin!" Seru Jeongwoo sembari berlari keluar dari ruangannya menuju titik ruang kumpul UKMnya berada.

Benar saja, sesampainya di lokasi ternyata para anggota lain sudah berkumpul. Ada yang duduk di lantai, ada yang duduk di atas meja, ada pula yang memilih untuk berdiri saja.

Tanpa membuang waktu lagi, Jeongwoo pun memilih untuk berdiri di dekat pintu masuk. Ia menyenderkan tubuhnya di dinding ruangan itu. Kemudian Jeongwoo mengeluarkan ponsel dan memainkannya sembari menunggu pembahasan di mulai.

Di satu sisi, satu orang tengah memperhatikan Jeongwoo dari sudut lain ruangan itu. Ia tersenyum kecil, pertemuan keduanya tidak buruk juga.

"Heh! Liatin siapa lo?"

"Duh anjir!"

Bagaimana tidak mengaduh, Doyoung baru saja menyikut perut Haruto dengan sikunya dengan kencang. Detik selanjutnya, pemuda Kim itu mengikuti arah pandang Haruto yang tepat melihat seseorang tengah bermain ponselnya.

"Siapa tuh? Kok lo liatin dia mulu?"

Haruto mendelik sesaat lalu ia mengangkat bahunya, tanda dirinya juga tidak tahu nama pemuda itu. Pasalnya, baru ia saja yang memperkenalkan diri.

"Gue enggak tau namanya, tapi---" Haruto menjeda kalimatnya, hal itu berhasil membuat Doyoung penasaran.

Bukannya menyambungkan kalimat langsung, Haruto justru mengeluarkan permen karet rasa stroberi dari saku celananya.

"Harum dia persis kaya permen karet ini, jadi gue sebut dia My Strawberry Gum."

Doyoung terdiam, ia berusaha mencerna kalimat yang diucapkan oleh Haruto.

Satu menit. Dua menit. Doyoung masih saja loading

Haruto sudah mengunyah permen karetnya dengan santai, bahkan pemuda itu memilih meninggalkan Doyoung dan berjalan menuju dimana Jeongwoo berada.

Hingga Doyoung akhirnya menyadari suatu hal, "Anjir?! Harum itu maksudnya pheromone? Jangan bilang---wah harus gue kasih tau Jaehyuk nih."

Doyoung pun melesat, ia langsung mencari sosok pemuda Yoon tersebut yang entah ada dimana sekarang.

Sedangkan kini Haruto sudah di dekat Jeongwoo, tepatnya di hadapan pemuda Park tersebut. Jeongwoo belum menyadari keberadaan Haruto karena terlalu fokus pada layar ponselnya.

"Fokus banget mainin hpnya, hoodie gue lo bawa enggak?"

Mendengar suara itu, Jeongwoo lantas langsung mengangkat kepalanya. Sedikit terkejut karena hadapannya kini ada Haruto yang tengah memperhatikannya.

"Anjir! Ngagetin aja lo." Protes Jeongwoo sembari memasuki ponselnya dalam saku jaketnya.

Haruto beralih menjadi ke sisi kanan Jeongwoo, ia memilih untuk ikut bersandar di dinding.

"Udah selesai masa itu lo?"

Jeongwoo yang paham akan maksud pertanyaan Haruto hanya menganggukkan kepalanya pelan, ada sedikit rasa canggung. Ya bagaimana tidak, datang-datang langsung nanya begitu.

"Terimakasih ya, terus Maaf gue kabur dari apartemen lo."

Haruto tak menjawab, pemuda Watanabe tersebut justru fokus mengunyah permen karetnya.

"Gue khawatir sama lo malahan, bisa-bisanya lo balik tanpa pakai formula supresan. Lo amankan?"

"A-aman kok." Jelas Jeongwoo menjawab bohong, nyatanya ia jauh dari kata aman malam itu jikalau Junghwan tidak datang menolongnya.

"Syukurlah."

Canggung lagi. Keduanya saling diam dengan pikirannya masing-masing. Bahkan tanpa sadar Jeongwoo menggigit bibir bawahnya saking ragu ingin tanya atau tidak.

"Jangan gigit bibir bawah lo, nanti berdarah."

"Eh iya..." Lantas Jeongwoo pun memberhentikan kegiatan itu.

"Haruto nama lo kan?" Tanya Jeongwoo yang dibalas anggukan kepala oleh Haruto.

"Gue Jeongwoo, gue belum sebut nama tapi gue terimakasih karena lo tolong gue di toilet dan sempat khawatir sama gue. Terus---"
️️ ️️

️️ ️️

ㅤ ️️

️️ ️️
Jeongwoo menjeda kalimatnya, dirinya bahkan sampai menelan liur sendiri saking sulitnya untuk melanjutkan kalimat.

"Maaf kalau gue repotin lo malam itu."

Reality - HAJEONGWOO.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang