"Woo, beneran enggak ikut makrab?"
"Enggak, Hwan. Gue enggak berani. Acara Makrab itu barengan dengan jadwal heat gue."
Junghwan meringis, "Ayolah... Ini acara setahun sekali lo, kapan lagi bisa kumpul sama anggota UKM."
Jeongwoo diam sesaat, ia sesekali menganduk asal milkshake strawberrynya.
Dua sekawan itu tengah berada di kantin kampus, kelas sudah usai senjak tadi kurang lebih dua puluh menit lalu. Kebetulan keduanya enggan kembali langsung, maka berakhirlah di kantin kampus yang ramai.
"Pakai supresan bisa?"
"Bisa sih, yaudah nanti gue chat Kak Yedam lagi."
Junghwan menjentikkan jarinya, "Nah gitu dong. Nanti balik mau langsung beli barang-barang enggak? Udah agak mepet ini."
Jeongwoo menganggukkan kepalanya kemudian menyeruput minuman berasa strawberry tersebut.
"Boleh, nanti gue izin dulu ke Haruto ya. Biar pulang dia enggak jemput gue."
"He'em." Setelah itu, Junghwan pun langsung mengeluarkan ponselnya untuk mencari suatu hal yang menarik. Sama halnya dengan Junghwan, Jeongwoo pun mengeluarkan ponselnya.
"Eh, Woo. Anterin gue ke toilet bentar yuk."
Baru saja ingin mengirim pesan ke Haruto, suara ajakan Junghwan membuat pemuda Park tersebut mendongak.
"Yaudah, bentar gue habisin dulu es gue."
Benar saja, dalam sekali seruput es yang tidak seperempat itu sudah habis. Junghwan pun bangkit dari duduknya disusul oleh Jeongwoo kemudian.
Sesampainya di toilet, Junghwan langsung masuk ke bilik. Berbeda dengan Jeongwoo yang memilih untuk membasuh muka terlebih dahulu dengan air mengalir keran.
"Aishh." Gerutu Jeongwoo tatkala air keran dibuka terlalu besar dan berakhir mengenai kemeja. Basah sudah pakaian atasnya, sial setelah ini harus keluar lagi padahal.
"Udah, nih. Yuk Woo."
"Bentar, baju gue basah Hwan. Kayanya gue harus balik, deh."
Junghwan lantas melirik Jeongwoo, benar saja pakaian pemuda Park tersebut terlihat basah di sebagian wilayah bajunya.
Dengan inisiatif, Junghwan melepas hoodie birunya dan memberikan ke Jeongwoo saat itu juga. Pemuda So itu membiarkan dirinya hanya mengenakan kaus putih.
Jeongwoo tentu bingung karena perilaku Junghwan secara tiba-tiba.
"Pakai, enggak enak kemeja lo kena air basah jadi napak dalamnya." Ujar Junghwan dengan memandang arah lain.
Tanpa banyak bicara lagi, Jeongwoo pun mengangguk pelan dan masuk ke dalam bilik toilet untuk mengenakan hoodie Junghwan.
"Udah." Ucap Jeongwoo sembari keluar dari bilik toilet, pun tak lupa memasuki baju lembabnya ke dalam tas.
"Jadi beli perlengkapan makrab?" Tanya Junghwan sekali lagi untuk memastikan.
Jeongwoo terdiam sejenak, sepertinya akan lebih baik pergi bersama Haruto karena belakangan ini dirinya jarang menghabiskan waktu bersama.
"Kayanya enggak deh, gue nanti aja ada yang mau dikerjakan."
Junghwan lantas hanya mengangguk kepala, "Yaudah ayo balik, betah banget di toilet."
Keduanya terkekeh sesaat sebelum benar-benar keluar dari toilet tersebut.
***
"Lho, mau kemana?"
Jeongwoo baru saja memasuki apartemen dikejutkan dengan Haruto yang tengah merapihkan tali sepatu.
Haruto mendongakkan kepalanya kemudian berdiri, "Katanya mau pergi sama Junghwan tadi."
Jeongwoo menggelengkan kepala cepat, "Enggak jadi." Jawab Jeongwoo singkat.
"Oh yaudah, terus---bentar."
Haruto mendekati Jeongwoo, pemuda itu menatap dari atas hingga bawah membuat Jeongwoo merasa tidak enak.
"Apasih?"
"Hoodie siapa?"
"Junghwan. Dah gue mau masuk ganti baju." Jeongwoo melesat melewati Haruto, namun dengan cepat tangannya di tahan oleh pemuda Jepang tersebut.
"Pheromone. Ada pheromone di tubuh lo, Woo."
Jeongwoo mendelik ke Haruto, maksudnya apa? Padahal dia tidak melakukan hal aneh selama di kampus.
"Perasaan lo aja kali."
"Serius, lo habis ngapain sama Junghwan?"
Ditepis lengan Haruto yang menggenggam lengan dirinya. Jeongwoo menatap Haruto tajam.
"Gue enggak ada apa-apa sama Junghwan dan kalimat lo seolah menuduh gue dan Junghwan habis melakukan hal aneh."
Haruto berdecak, "Bukannya begitu? Kenapa ada pheromone lain di tubuh lo?"
Jeongwoo tertawa renyah, "Gue benci kenyataan. Kenapa lo terkesan merendahkan gue banget? Gue muak!"
Jeongwoo kali ini melesat keluar apartemen, meninggalkan Haruto yang masih tak bergeming di tempat.
Namun, Jeongwoo memberhentikan langkahnya kala di ambang pintu.
"Seharusnya gue yang bertanya, siapa yang lo rangkul di toko kue waktu itu. Sepertinya mesra banget."
"Jeongwoo!"
Belum sempat menyusul, Jeongwoo sudah melesat cepat meninggalkan lokasi. Membiarkan Haruto di lorong apartemen menggusar wajahnya kasar.
"Sial, kenapa jadi kacau begini."
️
️
️
️
️️
️
️
️
️
Nangees makin enggak jelas hiks.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reality - HAJEONGWOO.
Fanfiction[DISCONTINUE] "Gue benci kenyataan." Dari awal, Jeongwoo sudah membenci akan kenyataan tentang derajat kasta di kotanya. Sekarang ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya Omega, membuat kebenciannya terhadap kenyataan semakin besar. ━━━━━━━━━ • • •...