Warning!!
Aku enggak tau apa yang akan aku tulis di chapter ini... Ya warning aja, sih. *Tkut tpi ttp percaya dri*
️️ ️️
️
️ ️️
️️ ️️
ㅤ ️️
️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️️️ ️️
️️ ️️
ㅤ ️️
️️ ️️
️️ ️️
ㅤ ️️
️️ ️️
Sebenarnya tanpa alamat dari Jaehyuk pun Jeongwoo masih ingat letak unit apartemen Haruto. Namun setidaknya alamat dari Jaehyuk dapat berguna kala ia sedikit lupa.
Kini dirinya sudah berdiri tepat di ambang pintu kediaman pemuda Watanabe. Entah kenapa, baru sampai depan pintu saja Jeongwoo merasakan aura aneh.
Tangan yang sendari tadi diam, kini mulai terangkat untuk mengetik beberapa angka sebagai kode masuk. Jangan tanya Jeongwoo tahu dari mana, jelas dari pesan Jaehyuk juga.
Pintu terbuka, dengan perlahan Jeongwoo pun memasuki unit tersebut. Pemandangan pertama yang dilihat Jeongwoo adalah ruangan gelap, seperti tidak ada orang di dalamnya.
"Haru?" Sapa Jeongwoo sembari melepaskan sepatu. Namun nihil, tak ada sahutan dari si pemilik kediaman.
Jeongwoo mengitari unit tersebut, sekarang tujuannya satu, yakni mencari sosok Haruto yang entah berada di ruang mana.
Sampailah pada salah satu ruangan yang belum juga Jeongwoo telusuri, ruang kamar.
Hembusan nafas panjang dilakukan oleh Jeongwoo sebelum kuasanya terangkat kembali guna membuka pintu kayu tersebut.
Di atas kasur sana, Jeongwoo dapat melihat jelas keadaan Haruto yang mengenaskan. Rambutnya kini sudah basah akibat keringat, begitu pula dengan tubuhnya. Wadah pil dan banyak suntikan berserakan di kamar itu.
Jeongwoo ingin mengambil langkah mundur awalnya, tetapi saat melihat Haruto terjatuh dari kasur membuat dirinya spontan mendekati pemuda Jepang tersebut.
"Haruto!"
Seharusnya Omega seperti Jeongwoo tidak berurusan dengan seorang Alpha yang kini tengah di masa rut.
Dengan cepat, salah satu lengan Jeongwoo ditarik paksa oleh Haruto membuat Jeongwoo dalam sekejap hilang keseimbangan. Pemuda Park itu jatuh tepat di atas tubuh Haruto, namun detik selanjutnya Haruto membalikkan tubuhnya membuat kini Jeongwoo berada di bawah kukungan seorang Haruto.
Dahaga yang kering dipaksa menelan air liur sendiri, itulah keadaan Jeongwoo saat dapat melihat perubahan mata Haruto sempurna menjadi kuning keemasan.
Sang Alpha.
Suatu hal yang Jeongwoo ketahui, sisi Alpha pada Haruto telah menguasai kesadaran sang empu.
"Haruto sadar!" Pekikan Jeongwoo bagaikan angin lalu bagi Haruto, sekuat apapun Jeongwoo berteriak dan memberontak---itu adalah perbuatan sia-sia.
"Har---umhh." Ranum kedua pemuda itu kini bertautan. Jeongwoo hanya bisa membulatkan mata dan dengan cepat lengannya bergerak memukul dada Haruto. Namun satu sisi, Haruto dengan hilang akal sehatnya terus melumat bibir Jeongwoo tanpa henti.
Permainan semakin panas, suara-suara kecapan mulut mulai menggema di ruangan itu. Tak jarang jua suara laknat pun ikut adil di dalamnya.
Pundak Haruto diremas kuat oleh Jeongwoo, memberikan tanda bahwa dirinya sudah kehabisan oksigen.
Haruto yang sadar akan hal itu lantas melepaskan tautan keduanya secara perlahan. Entah berapa lama dilakukan, tapi tampak jelas benang saliva tercipta tatkala keduanya saling melepaskan ciuman.
Mata kuning keemasan Haruto perlahan berubah menjadi hitam, sedangkan Jeongwoo memilih untuk meraup oksigen yang ada dengan cepat.
"Jeongwoo?"
Mendengar namanya disebut, membuat Jeongwoo segera menatap kembali Haruto yang kini berada di atasnya. Tak langsung menjawab, Jeongwoo masih terdiam dengan seribu pemikirannya.
"Siapa yang suruh lo kesini?"
Perlukah Jeongwoo menjawab Jaehyuk?
Namun entah setan mana yang merasuki Jeongwoo, pemuda park itu justru menggelengkan kepalanya.
"Enggak ada, gue kesini sendiri." Jawab Jeongwoo sembari memainkan rambut basah Haruto. Diusaplah kepala si Alpha dengan pelan, sebelum usapan itu berubah menjadi menangkup wajah Haruto.
"Haru, pasti tersiksa ya? Berapa banyak supresan yang kamu pakai hari ini untuk menahan?"
Tak ada jawaban, Haruto justru memandang arah lain karena ---damn--- seorang Park Jeongwoo entah kenapa begitu indah di lihat dari atas. Ditambah kini penampilan dia sedikit berantakan akibat perbuatan dirinya tanpa sadar.
"I know the feeling, so..." Jeongwoo mengarahkan wajah Haruto untuk menatapnya.
"I will help you, Alpha." Kalimat terakhir sebelum dua ranum pemuda itu kembali bercumbu. Kali ini Jeongwoo lah yang memulainya, membuat Haruto saat itu juga terkejut. Namun menit selanjutnya, Haruto memejamkan mata begitupun dengan Jeongwoo.
Katakan Lust telah menang karena membuat dua pemuda itu perlahan larut dalam suasana panasnya.
Haruto yang dasarnya adalah seorang Alpha Dominan pun seketika merasa mendapatkan lampu hijau. Senyuman kecil di sela ciuman terbentuk sebelum dirinya melepaskan perlahan tautan tersebut.
Jeongwoo sempat bingung awalnya kenapa Haruto melepaskan ciuman tersebut, namun pikirnya dibuang karena tubuhnya diangkat ala bridal style menuju kasur.
Diletakan Jeongwoo di atas sana, tak lupa Haruto mengunci kedua lengan pemuda Park itu di sampingnya.
"Will you not regret it?"
Jeongwoo menggelengkan kepalanya cepat, walaupun dalam hatinya ia sedikit takut---Apa yang terjadi kedepannya saat bersama Alpha Rut itu tidak bisa ditebak.
"Oke babe, let's begin." Tanpa membuang waktu lagi, Haruto kini kembali menyatukan kedua bibir mereka. Tangan yang sendari tadi hanya menahan lengan Jeongwoo kini beralih melepaskan satu-persatu pakaian milik Jeongwoo.
Selanjutnya? Hanya mereka yang tahu dengan apa telah terjadi. Biarkan hari itu diisi oleh keduanya, di dalam satu ruang kamar.
️
️
️
️
️
️
️
️
️
️
️
️
️
️
️
️
️
️
️
️
UDAH LAH, AKU ENGGAK AHLI NULIS BEGINI EMANG. T____T
Then... Karena aku tahu Hjw masih underage, makanya aku tidak tulis full. Xixixi,,,,
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality - HAJEONGWOO.
Fanfiction[DISCONTINUE] "Gue benci kenyataan." Dari awal, Jeongwoo sudah membenci akan kenyataan tentang derajat kasta di kotanya. Sekarang ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya Omega, membuat kebenciannya terhadap kenyataan semakin besar. ━━━━━━━━━ • • •...
