Dua hari sudah Jeongwoo hanya menghabiskan waktu di kamar, tak lupa dirinya pun selalu mengonsumsi pil supresan dari Jihoon jikalau tanda-tanda heat-nya mulai keluar.
Helaan nafas lega lolos tatkala pemuda Park itu usai membasuh tubuhnya. Ada rasa lebih baik dari hari sebelum-sebelumnya, bisa dikatakan sekarang Jeongwoo merasa lebih fresh.
Dilirik lah hoodie hitam serta celana kain milik Haruto yang kini tergantung sempurna di depan lemarinya.
"Aish, iya juga. Gue harus balikin tapi gue enggak tahu dia jurusan apa, susah juga." Celetuk Jeongwoo sembari berdecak sebal.
Daripada lebih pusing, akhirnya Jeongwoo memilih untuk meraih ponselnya dan duduk di tepi kasurnya.
Ponsel yang sebelumnya mati kini perlahan kembali menyala, kurang lebih dua hari sudah Jeongwoo tak menyentuh ponsel. Pasti setelah ini notif grup angkatan akan ramai.
Sekian waktu, akhirnya ponsel itu menyala sempurna. Jeongwoo yang awalnya biasa saja terkejut saat menyadari suatu hal.
Dengan cepat Jeongwoo langsung berlari keluar kamar, ia berniat untuk bertanya ke Sang Kakak. Tak butuh waktu untuk menemukan Jihoon, karena pemuda tersebut seperti biasa ada di ruang tengah untuk menonton film.
"HOON!"
"Uhuk--!"
Pekikan Jeongwoo membuat Jihoon terkejut dan nyaris tersedak jus jeruk, bagaimana tidak? Adiknya itu baru saja merasa lebih baik tetapi sudah teriak-teriak kembali.
"Apaan? Bisa enggak sih enggak usah gedebak-gedebuk. Gue kaget njir!" Protes yang lebih tua, sedangkan yang lebih muda hanya menyengir seolah tak bersalah.
"Eh iya!" Dengan cepat, Jeongwoo mengambil posisi untuk duduk di sebelah Jihoon.
"Jujur sama gue."
"He'em."
"Berapa lama gue enggak balik ke rumah?"
Mendengar pertanyaan Jeongwoo, lantas membuat Jihoon memainkan jarinya; ia melakukan kegiatan seolah menghitung dengan jari.
"Tiga hari, lo kaga balik ke rumah tiga hari. Sekalinya balik lo udah shock."
Mendengar jawaban Jihoon, Jeongwoo hanya mematung. Satu sisi lainnya, Jihoon justru santai menonton film yang kini ditayangkan di televisi.
"Yang bener aje?!"
"Njir, jangan teriak-teriak dong!"
Jeongwoo frustasi, tanpa sadar lengannya terangkat guna mengacak rambut hitamnya.
Tiga hari... Dan Jeongwoo tak ingat apapun selama tiga hari tersebut.
"Sebenarnya Woo---gue bisa cium aroma pheromone dua alpha menempel di tubuh lo saat balik ke rumah lusa kemarin. Kemungkinan satu dari alpha gila di gang sebelah yang dihajar sama Junghwan."
Jihoon menjeda kalimatnya, ia sengaja memilih untuk mendekati Jeongwoo dan menatap jahil sang adik.
"Satu lagi siapa? Lo bisa jelasin enggak selama tiga hari itu lo dimana?"
Deg.
Jeongwoo mematung kembali, pasalnya ia tidak ingat sama sekali apa yang terjadi selama tiga hari tersebut. Bahkan ia juga tidak sadar ada dua aroma lain di tubuhnya hari itu.
"Eng--nggak tahu, sumpah..." Jawab Jeongwoo pelan, membuat Jihoon terkekeh sesaat.
"Wajar."
"Ha?"
"Wajar, biasanya heat pertama sisi omega ambil alih seluruh kesadaran sampai diri lo enggak ingat sama sekali apa yang telah terjadi."
Jeongwoo berdecak, kata itu lagi yang terucap, suasana hatinya pun seketika turun. Jihoon yang menyadari dari raut wajah Jeongwoo hanya bisa menghela nafas dan menepuk pundak Sang Adik.
"You need someone to protect you."
Mendengar kalimat itu dari Jihoon membuat Jeongwoo hanya terdiam sesaat. Melindungi dirinya? Untuk apa?
"Buat apa? Gue enggak butuh, gue bisa sendiri."
Jihoon memilih bangkit dari duduknya, kemudian tubuhnya ia sedikit regangkan karena sendari tadi hanya duduk dan menatap layar lcd TV.
"Suatu saat lo paham kenapa begitu. Enggak mungkin selamanya lo akan sendirian, kan?" Jihoon memilih untuk melangkah tungkainya ke dapur, ia membiarkan Jeongwoo masih terdiam di tempatnya dengan berbagai pertanyaan.
"Dua pheromone... Satu dari orang di gang, satu lagi..."
"Masa iya si Haruto? Haruto Alpha juga?"
Jeongwoo menjatuhkan tubuhnya di atas sofa panjang kemudian menutupi wajahnya dengan bantal sofa tersebut.
"Gue tiga hari di kamar dia dong?? Apa yang terjadi sebenarnya? Akhhh! Mamah!!" Frustasi sudah, Jeongwoo hanya berguling-guling di atas sofa hingga tubuhnya terjatuh.
Jihoon yang melihat hal itu dari ambang tangga hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Dasar, Omega baru puber."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality - HAJEONGWOO.
Fanfiction[DISCONTINUE] "Gue benci kenyataan." Dari awal, Jeongwoo sudah membenci akan kenyataan tentang derajat kasta di kotanya. Sekarang ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya Omega, membuat kebenciannya terhadap kenyataan semakin besar. ━━━━━━━━━ • • •...