~ 13

3.6K 605 66
                                        

Aku double up! Anggap saja permohonan maaf akibat hold cerita ini sebulan. 😔








"Nyesal kan lo sekarang? Makanya, kalau suka tuh bilang dari dulu, sekarang sudah jadi mate orang lo nyesal?"

Decakan lolos dari bilah bibir orang itu, "Gue menunggu waktu yang tepat."

"Oh ya? Tapi sayang sekali, lo kalah cepat."

"Shut up your mouth!"

Dobrakan meja dilakukan, sang lawan bicara tidak terkejut justru malah tersenyum menyeringai di pojok ruangan dengan santai menyenderkan tubuhnya di dinding ruangan itu.

"Rencana lo apa lagi kali ini?"

️️ ️️

️️ ️️

ㅤ ️️

️️ ️️

Memilih untuk mengatur nafas terlebih dahulu, "Simple saja. Mate bisa digantikan jika salah satunya meninggal kan?"

"Damn, you are really crazy?!"

"Gue sadar hal itu. Jangan halangi gue dan tetap mainkan peran lo."

***

"Woo."

"Apa?"

"Jeongwoo."

"Iya apa?"

"Park Jeongwoo."

"Kenapa, sih?"

Mulai sebal, pasalnya Haruto terus memanggilnya tidak jelas. Jeongwoo yang tengah mengetik di laptopnya menjadi jengkel.

"Watanabe Jeongwoo."

"Marga gue Park, bukan Watanabe."

Jeongwoo berbalik, memiringkan tubuhnya guna menatap Haruto yang tengah terduduk juga di sebelahnya.

"But, you soon to be Watanabe Jeongwoo."

Dug. Satu buku cukup tebal melayang tepat di kepala Haruto. Jelas Jeongwoo lah yang berani melakukan hal itu.

"Ngalus terus."

Haruto hanya bisa meringis, tentu dilebih-lebihkan membuat Jeongwoo mendesus sebal.

"Aneh banget." Celetuk Jeongwoo kemudian kembali mengetik, Haruto melihat itu lantas ikut sebal, bahkan ia sampai bibirnya dibuat cemberut.

"Apa cemberut-cemberut?"

"Mau dicium."

Jeongwoo menghela nafasnya, kemudian melanjutkan mengetik tugasnya. Tahu tidak akan diberikan, Haruto memilih bangkit dari duduknya.

Baru saja bangkit, tangannya sudah ditarik kembali oleh Jeongwoo. Membuat Haruto mau tak mau terduduk kembali. Saat itu juga...

Chup.

Satu kecupan melayang pada ranum milik Haruto dengan cepat. Cepat hanya sedetik mungkin, setelahnya Jeongwoo langsung melanjutkan tugasnya.

"Lunas, gue mau nugas, gara-gara kemarin gue absen kelas mulu tugas gue jadi numpuk."

Penjelasan Jeongwoo membuat menganggukkan kepalanya dan tersenyum kecil. Tak apa hanya kecupan, itu sudah cukup.

"Gue mau beli makanan di luar, mau nitip enggak?"

"Mau! Spicy chicken ya."

Haruto bangkit dari duduknya, tak lupa dia mengacungkan ibu jarinya.

"Siap bos!"

Jeongwoo hanya menggelengkan kepalanya, tanpa disadari dirinya tersenyum atas perilaku Haruto barusan. Tak buruk juga menjadi pasangan Haruto.

Setelah itu suara pintu tertutup menggema pada ruang tengah, dimana baru saja Haruto keluar dari kediamannya.

"Bentar---kenapa perasaan gue tidak enak, ya." Celetuk Jeongwoo, tetapi pemuda itu berusaha untuk tidak peduli dan melanjutkan kegiatan mengetik.

Lagi, decakan lolos dari bilah bibir Jeongwoo kala melihat ponsel milik Haruto tergeletak di atas meja.

"Kebiasaan enggak bawa hp deh."

***

Di minimarket, Haruto berniat mampir sesaat untuk membeli beberapa keperluan dapur.

Rak berisikan minuman tepat di hadapannya, Haruto mengambil beberapa minuman kaleng dan susu kotak.

"Eh?"

Tanpa sengaja manik hitamnya menangkap sosok tidak asing, membuat Haruto melangkahkan tungkainya menuju sosok itu.

"Lho Kak Junkyu?"

"Haruto? Ih beneran lo ternyata!" Junkyu, pemuda dengan nama lengkap Kim Junkyu itu langsung menepuk pundak Haruto.

"Iyalah, siapa lagi emangnya?"

"Eh ayo ngobrol dulu."

"Tapi Kak gue---" Ucapan Haruto terpotong, pasalnya pemuda jangkung tersebut sudah ditarik terlebih dahulu oleh Junkyu menuju bagian depan minimarket, dimana terdapat tempat kursi dan meja yang telah disediakan.

Ah, mungkin mengobrol sesaat dengan Junkyu si kawan lamanya tidak masalah. Toh, dirinya dan dia juga baru ketemu lagi setelah sekian lama tak berjumpa.

Itulah pemikiran Haruto kala tubuhnya mengikuti langkah milik Junkyu. Ya semoga saja hanya sesaat, karena Haruto sadar bahwa Jeongwoo tengah menunggu dirinya.

Reality - HAJEONGWOO.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang