Piw, aku double up.
️️ ️️️️ ️️
ㅤ ️️
️️ ️️
Apalah arti kasur luas jikalau dua orang itu saling mendekatkan diri satu sama lain. Di bawah selimut yang sama, kedua saling berbagi pelukan.
Haruto yang membuka mata terlebih dahulu lantas tersenyum kecil kala melihat wajah tenang Jeongwoo yang tertidur.
Suara ponsel menggema nyaring, membuat Haruto dengan cepat meraih benda tipis tersebut yang berada di atas meja.
"Halo?"
"Haruto bangst balikin adek gue, lo apain dia selama empat hari kaga balik hah?!"
Deg. Empat hari? Mendengar hal itu membuat Haruto melihat tanggal yang tertera di ponselnya. Menyadari hal itu, Haruto langsung memijat keningnya.
"Dia bantu gue, tenang anaknya aman, lagi tidur."
"Wih, To. Gimana rasanya Rut ada yang bantu? Asik 'kan?"
Suara itu, Haruto tahu betul pemiliknya. Siapa lagi kalau bukan Jaehyuk?
"Bajeng, ada Jaehyuk juga di sana? Pasti ide lo suruh Jeongwoo kesini. Lagi pada apasih?"
"Biasa kumpul. Mending lo urus masa Rut lo dan urus adek gue. Adek gue nangis kita duel as Alpha, ingat itu."
Piip.
Panggilan diputuskan secara sepihak. Haruto hanya menghela nafas pelan, namun detik selanjutnya ia tersenyum kecil sembari merapikan helaian rambut Jeongwoo yang menutupi wajah sang empu.
Selanjutnya, Haruto melirik sekilas leher Jeongwoo yang tertanda jelas gigitannya. Mulai sekarang, Jeongwoo milik dirinya, seutuhnya milik Watanabe Haruto.
"Hngg---" Erangan pelan terdengar dibarengin oleh kebukanya kelopak mata milik Jeongwoo. Dua pasang manik kita saling berseteru dengan jarak dekat.
"Pagi, Woo."
Jeongwoo tersenyum kecil, "Pagi juga, gimana keadaan lo?"
"Seharusnya gue yang menanyakan hal itu ke lo."
Jeongwoo tak menjawab, ia justru menundukkan wajahnya. Malu.
"Gue akan siapkan air untuk lo mandi."
Haruto lantas ingin bangkit, namun tangannya terlebih dahulu tertahan oleh Jeongwoo.
"Haru... Bagian bawah gue sakit, kalau gue minta gendong boleh?"
What the hell, Watanabe Haruto. Apa yang sudah lo lakukan selama empat hari ini? Bercinta? Bahkan dirinya sendiri tidak ingat sepenuhnya.
***
"Jeongwoo!" Pekik Jihoon tatkala melihat sang adik datang dengan keadaan digendong pada punggung Haruto. Tak lupa, Jihoon dengan cepat menghampiri keduanya.
Ya, Haruto mengantarkan kembali Jeongwoo kerumahnya. Ternyata di sana sedang ramai, ada kawan lain. Lebih tepatnya para anggota UKM seni.
"Hust, jangan berisik, lagi tidur anaknya." Ucap Haruto sembari melirik Jeongwoo yang tertidur di pundaknya.
Jihoon mendelik ke arah Haruto, "Lo main kasar ya?"
Deg.
Tak menjawab, Haruto hanya terdiam dengan beribu kemungkinan.
"Wakakakakak bilang terimakasih dong ke gue. Kan berkat gue Rut lo kali ini ada yang bantu, enggak minum obat terus."
Siapa lagi kalau bukan Jaehyuk yang berucap seperti itu sembari tertawa puas? Namun detik selanjutnya, pemuda Yoon itu mendapatkan cubitan di pinggangnya dari Sang Mate.
"Jahil banget lo."
"Aduh---ampun, niat gue kan baik. Biar si Haruto enggak karatan hadapi rut sendirian, yang."
Asahi, selaku Mate dari Jaehyuk hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sudahlah, dia mau tidak peduli saja.
Doyoung yang sendari tadi diam, kini bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Haruto, Jeongwoo, dan Jihoon yang masih berdiri di ambang pintu.
"Mending lo taruh dulu itu Jeongwoo di kamar, kasihan dia gue lihat lelah banget."
Jihoon yang setuju akan perkataan Doyoung pun langsung mengangguk setuju. Lantas, tanpa membuang waktu lagi Haruto pun langsung kembali melangkah menuju ke atas, dimana kamar Jeongwoo berada.
"Haruto!" Baru saja ingin menaiki anak tangga, pekikan Jihoon kembali menggema dimana berhasil membuat Haruto langsung memberhentikan langkah.
"Lo sudah marking adik gue?" Pertanyaan itu terlontar, tampak jelas wajah serius Jihoon tatkala menatap Haruto.
Haruto menganggukkan kepalanya pelan, "Iya, malam itu. Malam kedua gue memutuskan untuk marking." Jawabnya, sembari melirik sekilas Jeongwoo.
Jihoon hanya menggelengkan kepala pelan, "Lo gegabah, To. Tau lo mau miliki adik gue, tapi---marking harus ada persetujuan dua pihak kelompok."
Damn. Haruto melupakan hal itu. Seketika dirinya berkutat pada pikirannya.
"Sejujurnya gue setuju saja, tapi enggak tau orangtua gue. Lo tau kan bagaimana mereka membenci kaum dominan kek lo?"
Jihoon menjeda kalimatnya, ia menatap adiknya yang masih memejamkan mata di punggung Haruto.
"Adik gue juga sebenarnya benci kenyataan dirinya sebagai Omega. Jangan salah paham dulu, bisa aja dia bantu lo bukan sepenuhnya dia memiliki rasa tertarik sama lo, tapi dia punya hutang sama lo karena sudah bantu dia dalam masa heat."
Setelah itu, Jihoon memilih untuk meninggalkan keduanya. Ia memilih untuk bergabung dengan kawan lainnya.
"Ah satu lagi." Jihoon berbalik arah, "semua yang dilakukan tanpa sadar itu tidak baik."
️
️
️
️
️️
️
️
️
️
Marking : Penandaan Alpha kepada Omega/Beta bahwasanya kini Omega/Beta tersebut sudah menjadi miliknya (mate).
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality - HAJEONGWOO.
Fanfic[DISCONTINUE] "Gue benci kenyataan." Dari awal, Jeongwoo sudah membenci akan kenyataan tentang derajat kasta di kotanya. Sekarang ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya Omega, membuat kebenciannya terhadap kenyataan semakin besar. ━━━━━━━━━ • • •...