~ 16

3.2K 573 67
                                        

Hari telah berganti dan sialnya Jeongwoo mendapatkan kelas pagi hari ini. Semalam dihabiskan dengan menangis di pelukan Haruto, membuat matanya kini seperti panda.

Berakhir kini Jeongwoo menggunakan kacamata hitam saat ke kampus. Hal itu berhasil menjadi pusat perhatian mahasiswa lainnya.

"Jeongwoo!"

Suara itu, Jeongwoo tahu betul si pemilik suara. Siapa lagi kalau bukan kawan karibnya So Junghwan.

Junghwan datang dan langsung merangkul Jeongwoo yang tengah berjalan di koridor.

"Tumben pakai kacamata."

"Lagi sakit mata gue." Jelas Jeongwoo berbohong dan tentu Junghwan langsung menganggukkan kepalanya mendengar jawaban dari Jeongwoo.

"Nanti habis kelas temani gue ke toko buku bisa?"

Jeongwoo mendelik, "Tumben, mau cari buku apa?"

Junghwan mendesus pesan, bisa-bisanya dikatakan tumben, "Buat jurnal, kan tugas itu. Lo lupa?"

Ah iya, Jeongwoo memukul keningnya pelan. Bisa-bisanya ia melupakan tugas.

"Okedeh, gue kabarin ke Haruto dulu biar nanti gue enggak perlu dijemput."

Lantas Jeongwoo mengeluarkan ponselnya, detik selanjutnya ia mulai mengirimkan pesan singkat ke pemuda Watanabe tersebut.

"Dah, ayo ke kelas." Ucap Jeongwoo sembari mempercepat langkah, hal itu membuat Junghwan harus sedikit berlari karena tertinggal di belakang.

***

Lagi-lagi Jeongwoo menginjakkan kakinya di pusat perbelanjaan. Kali ini tujuannya toko buku, dimana ia dan Junghwan akan mencari buku yang berkaitan dengan tugas mereka.

Keduanya tengah sibuk menyelusuri lorong dan rak-rak buku. Jeongwoo yang notabenya jahil, sesekali membuka plastik buku tersebut.

"Woo anjir, jahil banget lo."

Jeongwoo terkekeh pelan, "gue mau baca sekilas, kalau bagus gue beli."

Junghwan hanya merotasikan kedua netranya. Kelakuan temannya ini benar-benar maluin.

Beberapa waktu sudah dihabiskan oleh keduanya, tak ingin terlalu lama akhirnya mereka keluar juga dengan menenteng masing-masing plastik berisikan buku.

"Wan."

"Apa?"

"Orang selingkuh tuh bilang atau enggak?"

Junghwan mendelik sembari melangkah, pertanyaan aneh menurutnya.

"Ya kaga lah, aneh banget. Ibaratnya nih ya, lo mau maling tapi bilang. Kan enggak masuk akal."

Jeongwoo hanya menganggukkan kepalanya pelan, yang dikatakan Junghwan benar pertanyaan dirinya memang aneh.

"Daripada mikir begitu, mending temani gue beli donat dulu."

Jeongwoo tak menjawab, ia hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah Junghwan.

Pusat perbelanjaan memang tak pernah sepi, padahal hari ini weekday. Sesungguhnya Jeongwoo mulai merasa lelah karena sendari tadi terus mengitari pusat keramaian tersebut.

"Wan gue tuh capek mau pu---" Ucapannya seketika terpotong, tak jauh di sana manik coklat melihat sosok yang tidak asing. Di dalam toko kue, Jeongwoo melihat sosok Haruto bersama---orang lain.

Junghwan yang bingung kenapa Jeongwoo membeku, lantas ia melihat arah pandang pemuda Park tersebut. Tak kalah terkejutnya, Junghwan pun di buat bungkam.

Dapat dilihat Haruto tertawa bersama dengan mata yang tak lepas dari etalase kaca kue dan orang itu.

Junghwan melirik kawannya yang masih membeku. Tak ingin membuat sang Kawan samakin sakit, dengan cepat Junghwan menarik sang Empu agak menjauh dari sana.

Persetan dengan donat, Junghwan jadi ikut tersulut emosi saat melihatnya tadi.

Harus kah dirinya yang maju dan memberi pelajaran ke Haruto bangs*t itu?

Berakhirlah keduanya kembali ke parkiran, Junghwan membawa masuk Jeongwoo ke dalam mobilnya. Saat itu Juga, Junghwan langsung mengendarai mobil tuk pergi.

"Sekarang mau kemana?" Tanya Jeongwoo dengan tatapan kosong melihat keluar.

"Lo mau kemana? Untuk hari ini gue turutin, mau sekalian jauh juga ayo."

Jeongwoo tersenyum getir, jujur ia pun tak tahu ingin kemana. Pikirannya kosong, mungkin semalam ia bisa sedikit menyangkal apa yang dikatakan Kak Yedam, tetapi hari ini ia melihat langsung.

"Enggak tau." Jawab singkat Jeongwoo membuat Junghwan yang mengemudikan mobil meloloskan hela nafas.

"Yaudah gue bawa lo ke---"

"Wan." Jeongwoo memotong pembicaraan Junghwan, "Ternyata gue itu bodoh ya?"

"Kenapa lo bilang begitu? Haruto aja yang kek enggak adab." Balas Junghwan dengan pandangan masih fokus mengendarai.

Tahu apa balasan Jeongwoo? Pemuda itu terkekeh, lebih tepatnya seperti tawa yang dibuat-buat.

"Gue bodoh, gue sama Haruto sebenarnya belum kenal lama tetapi gue sudah jadi mate dia? Enggak logis, sepertinya gue cuman jadi teman tidur dia."

Mendengar ucapan itu, Junghwan langsung menginjak rem secara mendadak. Untung saja keduanya menggunakan seatbelt.

"Jaga ucapan lo Park Jeongwoo, gue akan balas perbuatan Watanabe Bangs*t Haruto setelah ini."

Jeongwoo dapat melihat tatapan Junghwan yang menyala, tidak ada bercandaan tersirat di sana. Junghwan benar-benar serius akan ucapannya.

Reality - HAJEONGWOO.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang