Tidak.
Jika kalian mengatakan aku luluh dengan Seokjin hanya dengan perlakuannya yang tiba-tiba manis itu salah besar. Ketika aku ingin menuruni tangga ingin bertanya menu makan malam aku mendengar sedikit pembicaraan Seokjin dengan seseorang. Ia mengatakan ia akan pergi setelah aku tidur. Itu membuatku sedikit curiga. Bukan karena aku cemburu karena dia akan pergi menemui wanita lain. Tapi jika itu benar, dia dengan berengseknya akan mempermainkan aku begitu dengan mudahnya? Heol, itu tidak akan terjadi.
Jadi, aku memintanya menemaniku pergi setelah makan. Kemana saja. Asal, aku ingin ia membatalkan rencananya yang akan pergi setelah aku tidur itu.
"Kau ingin aku ditertawakan? Kenapa pakai jas?" Aku mendengkus melihatnya turun dengan kemeja dan jas yang melingkupi badannya. Padahal biasanya jika dia di rumah, dia hanya pakai kaos bermereknya itu.
"Kenapa? Pergi seperti ini memangnya membuatmu malu hm?"
"Tentu saja!" Aku menggerutu. Mengucapkan sumpah serapah dan makian. Lalu kugandeng dirinya untuk naik ke kamarnya lagi.
Aku menarik dasinya hingga membuat ia mencondongkan badannya. Aku menyuruhnya menatap dirinya di cermin besar. "Lihat. Kau dan aku akan terlihat seperti paman dan keponakan. Setidaknya kau pakai baju kasual jika pergi dengan kekasihmu ini."
Ia malah tersenyam-senyum. Tanpa sadar malah memeluk bahuku dan menatap ke cermin. "Sudah mengakuiku sebagai kekasih? Aku sangat senang, lho."
Menutupi wajah memerahku, aku mendecak kesal. "Bagaimana, sih? Kau kan yang meminta. Heol, cepat ganti bajumu."
"Tidak boleh mengumpat seperti itu, Sayang." Ia mencium cekungan leherku. Membuatku seketika merinding. "Kalau begitu, pilihkan baju untukku yang menurutmu cocok."
Shit. Aku melupakan fakta kalau aku sekarang memang benar-benar bertingkah seperti kekasihnya. Well, aku memang harus menerima fakta itu. Tak masalah mempunyai kekasih lagi dalam waktu yang singkat, bukan? Toh, Kim Seokjin bukan pria yang buruk. Buruk dalam arti sifatnya. Pria dengan otak mesum itu memang tidak dapat dipisahkan jadi jika Seokjin seperti itu untuk apa aku menganggapnya serius.
"Aku ada di depanmu. Tidak usah memikirkan aku sampai seperti itu."
Aku berusaha tidak menghiraukannya ketika ia berbicara seperti itu padaku. Entahlah, kurasa ia seperti bisa membaca semua pikuranku. Aku lalu mengambil pakaian satu set kasualnya dari walk in closet dan memberikannya padanya.
"Bergantilah dan aku akan menunggu di depan."
"Aku ingin kau menungguku di sini."
Seokjin menaikkan satu alis, entah kenapa aku baru melihatnya menyeringai tipis. Degup jantungku mulai berdebar kencang, menyelimuti perasaanku yang mulai tidak enak. Apakah ia akan membukanya di depan mataku?
"Putar badan. Atau, kau ingin melihatku?"
Membuat semburat merah di pipiku menjalar ketika ia menggodaku dengan perkataannya seperti itu dan menyeringai puas ketika melihat ekspresiku. Sialan. Aku sudah memikirkan yang tidak-tidak namun jelas saja itu jebakannya. Mengapa kau sangat bodoh sekali Shin Yuna?
Setelah beberapa menit kemudian, Seokjin sudah selesai dengan pakaiannya, hingga kami memutuskan untuk segera pergi agar tidak memakan cukup banyak waktu untuk sampai ke bioskop. Baiklah, ini pertama kalinya aku ke bioskop bersama pria lain selain Jungkook dan Taehyung. Akan tetapi, aku memang butuh sedikit hiburan untuk menghilangkan beban masalah yang kualami akhir-akhir ini.
Belum sempat kami menaiki mobil, aku melihat Jungkook baru saja melepas helm dan turun dari motor besarnya ketika kami keluar dari rumah. Sorot matanya yang begitu tajam ke arah tanganku yang tak sadar aku menggandeng Seokjin, dengan cepat aku melepaskannya. Namun, aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, mengapa aku terlihat begitu panik? Lalu, apa yang ingin Jungkook lakukan datang ke rumahku?
"Kalian ingin kemana?"
Aku tak sempat menjawab karena aku masih mematung melihat kedatangannya. Hingga Seokjin menutupi keberadaanku dan menghadang Jungkook ketika pria itu ingin mendatangiku.
"Tentu saja kencan. Apa yang kau lakukan di sini?"
"K-kencan?" Jungkook beralih menatapku dengan melongok menatap diriku yang sudah sadar dan sekarang aku memasang raut wajah datar. Aku tak boleh terbawa perasaan. Jungkook sudah bukan siapa-siapaku. Namun, aku sama sekali tidak ingin ia mengetahui bahwa Seokjin adalah kekasihku sekarang. Meski ini permintaan sepihak darinya. Lalu, aku menyetujuinya karena aku menjadikan hal ini seperti pelarian.
"Apakah itu benar, Yuna?"
Yuna kembali menggandeng Seokjin kembali. "Itu benar. Dan, apa yang kau lakukan di sini, Jungkook? Harga dirimu masih tidak jatuh setelah aku menolakmu berulang kali?"
Jungkook terdiam. Lantas kulihat ia menyeringai kecil. "Oh." Jungkook tak terlihat cemburu atau apapun. Entah kenapa, itu membuatku sakit hati lantaran aku masih ingin tahu apa reaksinya dan sekarang aku sendiri yang merasa kecewa melihat tidak ada guratan marah sedikitpun dari wajahnya. Secepat itukah dia membalikkan perasaan?
"Maaf. Tapi kita teman, bukan? Kau sendiri sudah menerimaku untuk menjadi temanmu. Aku tadinya hanya ingin mengajakmu jalan-jalan saja, menonton mungkin."
Aku menggigit bibir, merasa mencelos mendengar perkataannya, menusuk dalam hati. Well, kita sekarang hanya teman. Cih, Yuna ada apa dengan dirimu? Ini yang kau inginkan. Namun, aku tak tahu bahwa Jungkook akan secepat ini memutarbalikkan perasaannya dengan mudah.
"Tidak bisa. Aku sudah punya rencana menonton dengan Seokjin-ssi." Jungkook melihat ke arah pria di sampingku dan aku baru tahu bahwa Seokjin sedari tadi sedang mengintimidasi Jungkook. Apa yang sedang di pikirannya?
"Oh. Itu ide yang bagus jika menonton bertiga. Benar 'kan Seokjin-ssi?"
Tidak. Aku memandang Seokjin yang hanya terdiam. Walaupun aku tidak menyukai segala hal keputusan yang ia inginkan dalam daftar perjanjiannya denganku, aku ingin dia menolak Jungkook. Aku tidak ingin pertahananku runtuh hanya karena ini.
"Tentu saja." Pria itu balik menyeringai tipis. "Kekasihku ini tidak akan keberatan bukan? Jika mantan kekasihnya ikut?"
Bagai tersambar petir, aku langsung stagnan, begitu juga Jungkook. Hal yang aku tak sangka bahwa Seokjin akan mengeluarkan kata keramat itu untuk membalasnya. Bukan penolakan, namun menunjukkan fakta hingga aku sendiri tak bisa menyangkalnya.
Walau begitu reaksi Jungkook setelahnya hanya membuatku naik pitam.
"Oh, selamat. Ternyata kau begitu murahan, ya, Yuna."
---oOo---
Walau sempat terjadi perkelahian antara Jungkook dan Seokjin, setelah Jungkook mengatakan diriku adalah perempuan murahan, kami tetap pergi bersama untuk menonton. Aku yang melihat mereka berdua babak belur hanya meringis. Padahal, aku yang marah. Namun, Seokjin duluan yang menghajarnya.
Itu memang terdengar menyakitkan, namun itu adalah fakta. Setelah aku putus dengan Jungkook, aku berpacaran dengan Seokjin walaupun bukan keinginanku.
Lalu, ketika menonton, mereka tidak bisa diam. Mereka seperti teman sebaya yang merebutkan aku seperti barang. Seperti ketika aku ingin memakan popcorn, mereka berdua memberikanku popcorn mereka secara bersamaan. Lalu juga ketika aku terdiam fokus, tiba-tiba Jungkook memberikanku kecupan di pipi tanpa sadar yang mana itu diketahui Seokjin hingga pria itu berteriak hingga mengalihkan atensi. Dan masih banyak hal lain hingga aku muak.
"Oh, fuck. Aku benci kalian." Aku berjalan duluan meninggalkan mereka ketika keluar dari bioskop. Membiarkan mereka melakukan apapun yang mereka inginkan. Aku tidak peduli. Rencanaku sudah gagal.
Sayup-sayup aku masih mendengar suara Jungkook. "Sampai jumpa di sekolah!"
Tidak tahu bahwa apa yang dibicarakan Seokjin dengan Jungkook akan membawa hubungan mereka lebih runyam lagi.[]
Dua nak kembar beda lima tahun ini memang tidak akan pernah akur. HAHAHAHA
Ig. Its.yourscrittlare
Juni 20, 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
Rule Breaker
Fanfiction[Croire Cluster Project] Too bad at the romance between the two of them is against of rules. Ranked at; #14 in suspense 22/08/2019 #9 in suspense 13/04/2020 Started at 06/30/2019 End at - Copyright ©2019 By Scrittlare