Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kim Seokjin itu bukan pewaris tahta, bukan pula si miskin yang menjadi gelandangan di ibu kota. Di kota Seoul ia terkenal dengan sosok misterius namun berwibawa. Pun keturunan Kim bukanlah keluarga agung, tapi cukup mempunyai harta yang menggunung. Kekayaan keluarga Kim sama seperti sosoknya, tidak diketahui dan jarang sekali diperlihatkan. Dan itu membuat opini-opini negatif maupun positif beredar di masyarakat.
Tetapi, ayahku cukup berteman baik dengannya. Walaupun bukan sebaya, tapi mereka sering sekali saling bertukarpaham selain masalah pekerjaan namun tentang pribadi jua. Sebenarnya tampan, tapi di usia ke 28-nya sangat berbanding jauh denganku yang berusia 18 tahun. Aku tidak ingin akrab dengan orang yang sudah tua. Lagipula aku sudah mempunyai kekasih, yaitu Jeon Jungkook. Aku hanya penasaran dengan kehidupannya? Walaupun berteman lama dengan ayah, ia jarang sekali terlihat seperti orang yang sibuk, malah terlalu santai jika dikatakan ia sosok yang berpengaruh di kota Seoul yang luas ini. Tapi melihat bagaimana cara berpakaian dan apa kendaraan yang ia tumpangi juga membuat bingung.
"Shin Yuna." Aku berjengit dan buyarnya lamunanku terganti sosok ayahku, Shin Jae berada di hadapanku dengan menatapku terheran. Ah, manusia seperti Jin-ssi akhir-akhir ini selalu singgah di pikiranku hingga aku tejerumus dan melamun. Sejemang aku menengok ke belakang ayah, mengintip sedikit keberadaan Jin yang berada di sofa tamu barusanㅡah, dia datang lagi setelah rasa penasaran berkecamuk tiada henti menghinggap di hatiku karena ia juga menghilang secara misterius. Bahkan ayah tidak ada curiga ataupun yang membuatnya ingin tahu dimana pria itu.
"Appa, dia masih menjadi manusia? Kukira dia sudah jadi zombie karena ditelan bumi."
Ayah menoleh sekilas ke arahnya, bibirnya hanya menyunggingkan senyum khas kebapakan, tanpa jawaban yang pasti;ㅡkurasa ada yang salah saat ini. Beliau lalu menggamit tanganku dan menuntunku pada presensi pria yang belum lama kulamunkan itu, Kim Seokjin. Ya, kulihat lekuk wajahnya, tetap saja tampan. Ia hanya pakai kaos t-shirt sederhana tapi aku yakin dari merk-nya itu bukanlah sekedar kaos biasa.
Whoa, baru kali ini tatapan kami bertemu dan itu membuatku terkagum pada bibir tebal merahnya. Sangat penuh, dan itu cocok dengan postur wajahnya yang gila ... berkali-kali lipat tampan sebenarnya. Hanya saja aura yang ia pancarkan sama sekali tak tahu apa yang diinginkan dari sorotan iris hitam legamnya. Tatapannya nyaris membuai dan membuatku meledak-ledak.
Tolong, hormon seksualku ... bertahanlah.
Berhasil tatapan kami berdua terputus karena ayah mengucapkan sesuatu yang tak terduga. "Yuna, karena ayah mendadak ada tugas dari kantor ayah di luar kota, ayah menitipkanmu pada Seokjin. Karena ayah percaya padanya, kau hanya harus patuh pada aturan-aturan yang ia miliki. Ayah harap kau menuruti kata-katanya. Dan kau jaga tingkah lakumu padanya. Mengerti?" []