Aku tak tahu bahwa Kakak Jungkook, NamJoon akan membawaku ke butik dan membelikanku sebuah baju. Ia mengatakan untuk menemaninya dan berbincang dengan kencan dengan leluasa aku harus mengganti pakaianku. Well, memang itu berpengaruh sekali melihat aku memakai pakaian sekolah dan disanding dengan pria sepertinya yang memakai jas mahal, itu pasti mengganggu pemandangan sekitar. Sebelum berganti pakaian dan dirias seperti wanita elegan dan berkelas, aku memberitahu Seokjin terlebih dahulu bahwa aku sudah dalam perjalanan pulang dengan teman namun mampir di tempat lain. Berhubung aku tidak bisa mengatakan bahwa aku sekarang bersama Namjoon yang akan menjadi perihal rumit jika ia tahu, lebih baik aku mengatakan aku sedang mampir berbelanja. Lalu mematikan ponselku sebelum dicecar pertanyaan ini dan itu.
Selagi dirias, penata riasnya tersenyum-senyum memandangku. Tatapan mereka pada tertuju pada leher dan bahuku membuatku terperanjat. Aku baru menyadari bahwa bekas yang ditinggalkan Seokjin masih terlihat walaupun sudah tidak terlalu kentara.
"A-ah, ini tidak sepertiㅡ" Aku mendadak terdiam. Untuk apa aku menjelaskan hal ini, mereka tidak akan mencoba mengerti dan peduli. "Igeo, mohon ditutupi agar tidak terlihat."
Mereka mengangguk-angguk seolah mengerti, membuatku tambah ingin mengubur diriku hidup-hidup. Aku lupa, tentang hal ini. Menyebalkan!
---oOo---
Seokjin yang semulanya sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba ia mencemaskan Yuna. Bisa saja itu hanya perasaannya. Bagaimanapun Yuna memang sering membuatnya cemas. Apapun yang sang puan lakukan, Seokjin tahu bahwa sang puan suka bertindak sendiri.
Layar ponselnya menyala seiring suara notifikasi berdering. Benar dugaannya, Yuna berpamitan pulang sendiri dan ia mampir untuk berbelanja. Pun ia segera menghubungi Aeri, karena belum ada kabar dari wanita itu.
Ia masih berpikir positif, mungkin saja Yuna sudah bertemu dengan Aeri.
"Apa kau sudah bersama Yuna?"
Yang terdengar malah suara makian. "Ya! Apa kau menipuku? Dia sudah tidak ada di sekolah."
Seokjin pun terkejut. Ini benar firasat buruk. Jemarinya mengetuk-ngetuk meja, giginya saling bergemeletukkan.
"Kau yakin? Aku minta tolong bisa minta lihat cctv di area gerbang sekolah? Seharusnya dia tidak pulang sendiri."
"Kau gila? Sudahlah. Mungkin dia memang sudah pulang dan memesan taksi online. Tidak usah cemas. Dia pasti merasa kesal karena dijemput oleh saingannya."
Aeri menutup teleponnya sepihak. Berbeda dengan Seokjin yang masih dilanda kecemasan, pria itu tahu bahwa ini tak mungkin hanya sebatas rasa cemburu. Firasatnya berkata lain.
---oOo---
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah merias diriku dan memakai pakaian yang dibelikan NamJoon untukku. Aku melihat diriku sendiri di cermin, aku tak menyangka bahwa aku bisa menjadi seperti seorang wanita dewasa sungguhan. Walaupun usiaku sudah bisa dikatakan legal atau usia dewasa muda. Pakaian ini benar-benar membuatku berbeda.