RB09 - An offer

1.5K 181 37
                                        

“Kau membohongiku.”

Jungkook mengerucutkan bibirnya kesal. Aku hanya melengkungkan bingkai bibirku. Tas kugeletakkan di atas meja belajarnya, lalu aku duduk di sisi meja. Lucu sekali mengerjainya. Tetapi tetap saja, memikirkan Jooeun yang mengincar Jungkook membuatku muak. Apa kuberikan saja ya, pria ini kepadanya? Takutnya Jungkook yang tidak ingin.

“Kau jika berurusan dengan seks saja senang sekali, Brengsek. Main saja sana bersama jalang.”

Jungkook yang rebahkan diri di atas ranjang, lantas menolehkan atensinya padaku, tampak raut wajahnya melihatku dengan serius. “Aku hanya ingin kau, Sweety.”

Layangkan senyum sinis, aku beranjak dari meja dan menghampirinya.

“Bullshit sekali.”

Jungkook mengubah posisinya menjadi duduk ketika aku sudah berada di dekatnya, jongkok di antara kakinya. Aku mengarahkan tanganku pada pusat tubuhnya, sedikit meremasnya. “Jika dipegang oleh jalang seperti ini, kau juga tetap mau kan?”

Tatapan berkabut itu, ia memandang ku seperti itu, sembari meringis nikmat. Segera aku lepaskan, lalu mengulas senyum remeh. Aku membelakanginya dengan melipat tangan di depan dada.

“Katakan padaku, aku beberapa hari ini melihat Jooeun menatapmu terus. Seperti mengincarmu. Apa yang kau lakukan padanya? Dia takkan begitu jika kau tak memberi umpan.”

Tanganku tiba-tiba ditarik, siapa lagi jika bukan Jungkook pelakunya. Ia buat diriku duduk di atas pangkuannya. Memelukku dan meletakkan dagunya di atas bahuku.

“Masih berpikir Jooeun, ya?”

Aku bergumam. Pelukannya tambah mengetat di sekitar perutku.

“Aku sangaaat mencintaimu, Sweety.” Suaranya terdengar sangat tulus, tapi aku tahu bahwa dia sedang menyembunyikan sesuatu. “Bermain bersama jalang sama saja menghianatimu.”

“Oh, ya?”

Aku merasakan ia mengangguk di bahuku. Kelinci mesum ini takkan tergoda ketika disuguhi wortel telanjang sekalipun? Yang benar saja. Menahan segala hasrat ketika denganku saja seperti membutuhkan tenaga ekstra. Apalagi yang dikasih dengan cuma-cuma. Harusnya, tak akan tahan.

“Kalau kau jujur, aku takkan marah.”

“Benar, Sweety. Kau segalanya. Aku tak pernah ... menghianatimu, sekalipun.”

Jungkook menggeram di bawahku, ia sibuk mencari kepuasan di antara kakinya, dan masih menenggelamkan wajahnya di ceruk leherku untuk memberi banyak kecupan di sana. Aku menahan napas.

Hah, baiklah. Aku akan percaya. Setidaknya ia juga menaruh rasa percayanya padaku walau aku menghianatinya ... sedikit. Sudah kubilang, hubungan kita sangat toxic.

Bunyi kotak interkom di depan membuyarkan lamunan, pun dengan Jungkook yang langsung menghentikan pergerakannya. “Ah, siapa yang mengganggu?”

Aku menyibak poniku ke belakang, menjadi gerah beberapa menit yang lalu karena ulah Jungkook. Ia berisyarat untuk aku beranjak dari pangkuannya, ia berdesis kesal sebelum berjalan ke depan untuk membuka pintu.

“Namjoon hyung?”

***

Seokjin tak begitu saja melepas tanggungjawabnya untuk menjaga Yuna. Walaupun ia berada di luar kota, mengurus bisnis properti yang mengalami penurunan penjualan menjadi hanya tinggal 80% dari realisasi pada bulan-bulan sebelumnya. Bahkan akhir-akhir ini, sektor properti mendapatkan masalah baik dari sisi supplai, permintaan, maupun kebijakan.

Rule BreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang