Jungkook selalu tak mempedulikan perkataanku. Bahkan makanan yang kubeli di minimarket kutinggal begitu saja karena Jungkook membawaku ke apartemen-nya dengan paksa. Aku duduk di meja makan kecilnya yang dulu pernah ku duduki bersama dengannya. Aku ingat, terakhir kalinya adalah ketika kakaknya, Namjoon berkunjung kemari.
Aku melihat Jungkook yang menyiapkan makanan cepat saji yang ia beli tadi di piring. Ada ceker pedas, kimchi, dan kimbab. Awalnya dia mengajakku mampir ke supermarket untuk membeli daging, sayuran, dan beberapa bumbu penyedap yang habis, katanya. Aku sudah terbiasa dengan dia yang pintar memasak juga. Tidak lebih sama seperti Seokjin. Namun, hubungan kami yang sekarang membuatku tidak biasa.
“Makanlah.”
Aku mendengkus. Benar-benar tidak menyukai keadaan yang seperti ini. Namun, tanpa mengelak lagi, aku mengambil sumpit dan menyumpit kimbab tuna yang sudah berjejer rapi. Mengunyah pelan, lalu mataku melirik ke arah ceker pedas untuk mengambilnya juga.
Perhatianku teralih ketika melihat Jungkook terkekeh pelan. Aku mengernyit. “Apa?”
Jungkook menggeleng. “Tidak apa-apa. Menginap di sini saja, ya?”
Aku yang baru saja memasukkan satu buah ceker pedas ke dalam mulut, dengan cepat menggeleng. Untuk apa? Hei, hubungan kita hanya sebatas teman saja sekarang. Tidak akan pernah berubah.
“Kau yang memaksaku kemari, kau harus menghormati apa yang kuinginkan sekarang.”
“Kau di rumah sendiri. Aku takut terjadi apa-apa denganmu.”
Aku meletakkan sumpitku setelah merasa tidak nafsu makan lagi. Mungkin sejak tadi. Namun, aku menghargai makanan yang dibeli Jungkook untukku. “Tapi kau lihat 'kan sampai sekarang aku tidak apa-apa?”
Entah aku yang salah lihat atau bagaimana, ekspresinya benar-benar terlihat cemas. Baiklah mungkin aku merasa dia berlebihan, tapi memangnya ada apa? Selama ini aku baik-baik saja. Aku menghela napas, pelan.
“Untuk malam ini saja. Sekarang, aku sudah selesai makan.”
“Aku yang akan membereskannya. Jadi, tunggu dulu. Aku akan menyiapkan sesuatu.”
Jungkook tersenyum. Ia beranjak dari meja makan, lalu ia masuk ke dalam kamar. Aku tidak tahu dia ingin melakukan apa, namun rasanya sekarang aku malah lega. Apa karena aku menuruti perasaanku daripada logikaku? Aku mengacak-acak surai panjangku karena merasa rumit pada diriku sendiri.
“Hei. Apa yang kau lakukan? Oh, ya. Aku sudah menyiapkan pakaian untukmu jika kau ingin mandi. Jangan lupa, lilin aromaterapinya ada di dekat wastafel seperti biㅡ”
“Sst!” Aku mengacungkan jari tengah dan menatapnya sinis. “Berisik. Aku akan membunuhmu kalau kau cerewet lagi.”
Aku malu.
Ya, aku terlalu malu karena tidak bisa menghindar dari pria berengsek ini.
---oOo---
“Terima kasih, Tuan Kim. Saya sangat senang bekerja sama dengan Anda.”Seokjin memandang pria yang sedang berbicaranya dengan seksama. Perawakannya tinggi sama sepertinya, menggunakan kacamata, dan terakhir ketika menyunggingkan senyum, terlihat sekali lesung pipinya yang memukau mata. Jeon Namjoon, namanya.
Seokjin membalasnya dengan senyum tipis. Kepalanya terus berkelebatan berbagai pertanyaan, namun Seokjin adalah orang yang profesional. “Begitupun dengan saya. Saya sangat suka resort yang Anda kembangkan di pulau Jeju ini. Liburan akan menyenangkan jika resort Anda sudah sepenuhnya jadi.”
![](https://img.wattpad.com/cover/191715613-288-k588828.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rule Breaker
Fanfiction[Croire Cluster Project] Too bad at the romance between the two of them is against of rules. Ranked at; #14 in suspense 22/08/2019 #9 in suspense 13/04/2020 Started at 06/30/2019 End at - Copyright ©2019 By Scrittlare