••••••
•••
"Kenapa dunia semakin kesini semakin menjadi-jadi.""Mayat apa lagi yang sekarang kita teliti?"
"Lebih parah dibandingkan yang dulu."
"Makhluk apa ini?"
"Kau hebat, bisa menjadi profesor diusiamu yang dibilang masih muda."
Suara tepuk tangan dan keributan di dalam laboratorium masih Yedam dengar walaupun kini dirinya sudah duduk diranjang kamarnya. Walaupun dia sudah pulang pikiran penelitian-penelitiannya masih selalu berputar di otaknya.
Beberapa hari yang lalu Yedam menyandang gelar profesor di laboratorium tempatnya bekerja. Kecerdasan Yedam yang berada di atas rata-rata membuatnya dengan mudah mendapatkan gelar itu. Dan lagi nilai akademis dan semua kemampuan hebatnya menjadi tolak ukur dirinya di laboratorium.
Itu yang Yedam cari tapi itu juga yang membuat Yedam harus sering merasakan kepalanya berdenyut sakit saat dia sampai dirumah.
"Kau sudah pulang?" tanya Doyoung yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Yedam yang duduk di atas ranjang hanya mengangguk sembari memijat pangkal hidungnya.
Doyoung seakan tau kalau Yedam lelah. Dia mengalungkan handuk kecilnya dileher kemudian menyusul Yedam duduk di ranjang. Membawa kepala Yedam untuk bersandar dipundaknya. Mengelus tangan Yedam yang kini berada digenggamannya. Tanpa kata-kata Doyoung berhasil meringankan lelah tubuh Yedam.
"Aku pusing." kata si cerdas yang selalu berubah menjadi si manja saat dia bersama pasangannya.
Doyoung tersenyum. Kini tangannya beralih memijat kepala Yedam dengan lembut. "Kau sendiri yang mencari pusing. Lebih baik kau dirumah bersama Hyunsuk Hyung lebih enak." ungkapnya.
Ungkapan itu membuat Yedam mendelik menatap Doyoung. "Aku suka berfikir."
"Ya lalu kau akan menjadi pusing saat kau berfikir bukan? Dan aku yang menjadi sasaran."
"Kau tidak suka memijat kepalaku? Oke." Yedam merajuk dia bangkit menjauhkan tubuhnya dari Doyoung yang malah memancing Doyoung tertawa karenanya.
"Mandilah, aku sudah menyiapkan air hangat." kata Doyoung yang kini beranjak dan tanpa di duga Yedam menarik tangan Doyoung. Membuat Doyoung tak jadi melangkah dan kini berbalik menghadap Yedam.
"Duduk bawah." Perintah Yedam dan Doyoung yang bingung tetap mengikutinya. Yedam mengambil handuk kecil di leher Doyoung. "Kebiasaan. Kalau habis mandi keringkan rambut di kamar mandi. Kau bisa flu dan ini musim dingin apa kau tidak dingin?"
Omelan Yedam mengundang Doyoung tersenyum. Dia melingkarkan tangannya di pinggang Yedam memeluknya sembari Yedam mengeringkan rambutnya dan mengomelinya.
"Kenapa kau selalu diam saat aku memarahimu?" tanya Yedam tiba-tiba.
"Aku suka."
"Suka aku mengomel?"
"Ya. Lucu, kau selalu menjadi pendiam saat bersama yang lainnya dan kau menjadi cerewet saat bersamaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Shadow [Treasure] ✅
FanfictionMusuh abadi yang sedang dipermainkan oleh takdir Takdir yang membuat semua sejarah itu menghilang begitu saja. Takdir yang mencoba menyatukan mereka membentuk suatu kekuatan yang besar. Tapi takdir yang juga membuat mereka kembali mengikuti sejarah...