3 | Hidup Baru

5.3K 1K 26
                                    

Dering suara yang berasal dari alarm ponselku berhasil membuatku terjaga. Dengan mata yang masih tertutup sebelah karena kantuk, jemariku meraba meja di sisi tempat tidurku. Meraih ponselku lalu mematikan bunyi alarmnya.

Dengan perlahan aku menegakkan tubuhku. Menyandarkan punggung dan kepalaku pada sandaran ranjang. Kedua mataku kembali terpejam namun aku sudah sepenuhnya terjaga dari tidur. Saat ini di dalam kepalaku tengah penuh dengan skema rencana kegiatanku hari ini.

Aku sudah menandainya sejak jauh-jauh hari jadi aku tak mungkin lupa. Hari ini adalah hari pertama Azzam akan berkegiatan di daycare. Memang sih Tante Kinan masih menginap di sini dan aku pun masih ada sisa cuti satu hari lagi sebelum besok aku kembali berkutat dengan pekerjaanku. Namun aku ingin Azzam mulai membiasakan diri dari sekarang. Aku ingin Azzam dapat segera beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Meregangkan sedikit otot-otot tubuhku, aku kemudian membuka mata dengan sempurna. Kakiku lantas beringsut turun dari kasur. Tanganku kemudian mengambil remot TV dan mematikannya. Sepertinya lain kali aku harus memasang timer supaya televisiku mati sendiri ketika aku sudah terlelap. Mungkin sekitar pukul satu atau dua malam.

Kenapa tidak kumatikan saja televisinya sebelum tidur? Sayang sekali aku tak bisa tidur bila hening. Telingaku harus mendengarkan sesuatu agar otakku sibuk sehingga tak ada celah untukku memikirkan kembali sesuatu yang tengah aku coba lupakan. Untuk itu aku menyiasatinya dengan menonton televisi sampai kemudian aku tertidur dengan sendirinya.

Ribet ya hidupku? Memang. Aku juga tak memungkiri itu. Tante Kinan juga sampai heran kenapa aku harus selalu menyalakan TV tiap kali mau tidur. Kalau memang butuh suara yang menenangkan, kenapa gak sambil dengar musik dari ponsel saja ya kan? Sayangnya aku gak bisa. Kalau mendengarkan musik, alih-alih merasa tenang lalu tidur, aku malah jadi ikutan bernyanyi dalam hati. Kalau sudah begitu yang ada malah jadi tambah kurang tidur. Paling aman buatku ya memang mendengarkan suara yang berasal dari televisi karena program dan iklan yang muncul di televisi kan tak bisa terprediksi. Jadi otakku tak perlu serius menghayati suaranya.

Usai meletakkan kembali remot TV di tempatnya, aku kemudian mengambil pakaianku dari dalam lemari dan meletakkannya di atas kasur untuk kukenakan nanti. Setelahnya aku pun bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri agar aku bisa segera memasak sarapan.

***

Tak butuh waktu lama bagiku untuk mandi, berpakaian lengkap, dan berdandan seadanya. Keluar dari kamar, aku memilih untuk langsung ke dapur namun dahiku sedikit dibuat mengerut karena dapurku sudah terang benderang. Bahkan terdengar jelas ada suara-suara dari sana.

Melangkah lebih jauh untuk memastikan apa yang terjadi, pupil mataku dibuat membesar saat melihat meja makan telah terisi dengan nasi dan lauk-pauk. Sudah tentu tiada yang lain, Tante Kinan pasti pelakunya. Asumsiku semakin kuat manakala Tante Kinan keluar dari dapur dengan satu teko air putih di tangannya.

"Tuh, kan! Tante mah pakai repot-repot segala," tegurku. Padahal aku sudah melarangnya untuk melakukan pekerjaan rumah selama ia menginap di sini tapi tetap saja ia melakukannya.

"Cuma masak kok, Ya, gak repot. Azzam udah kamu bangunin?" tanyanya sembari menarik kursi untuknya duduk.

Aku menggeleng sembari mendekat ke meja makan. "Tadi Raya niatnya mau masak dulu eh udah keduluan sama Tante. Oh iya, Tan, gimana tidurnya semalam? Azzam tidurnya rusuh gak?" tanyaku.

Iya, Tante Kinan tidur sekamar dengan Azzam soalnya aku tak memiliki kamar tamu di rumah ini. Sedangkan jika tidur bersamaku, ukuran kasurku lebih kecil dari kasur Azzam jadi gak nyaman bila dipakai tidur berdua. Maka dari itu Tante Kinan tidur bersama Azzam. Masalahnya, Azzam itu kadang tidurnya kayak gangsing, muter terus. Bantal yang semula di kepala saja bisa ada di kaki. Selimut yang semula menutupi tubuhnya, bisa tahu-tahu tergeletak di lantai.

"Lumayan gerak-gerak mulu sih, tapi gak separah kayak dulu ah kayaknya. Mungkin karena kasur baru kali ya?"

Aku hanya tertawa mendengar dugaan Tante Kinan. Apa iya kasur baru bisa merubah kebiasaan tidur seseorang? Tapi kalau iya wah lumayan juga Azzam tidurnya bisa lebih kalem.

"Raya bangunin Azzam dulu deh kalau gitu," ujarku. Baru saja aku hendak berbalik untuk pergi ke kamar Azzam, tangan Tante Kinan menahanku.

"Coba duduk sini dulu bentar, Ya," pintanya seraya menarik kursi di sebelahnya untuk aku duduki.

"Kenapa, Tan?" tanyaku begitu aku duduk.

"Kamu yakin gak mau ambil mobil itu? Nanti kamu butuh loh, Ya, buat kalau pergi-pergi sama Azzam."

Aku terdiam. Mobil 'itu' yang dimaksud oleh Tante Kinan adalah mobil pemberian mantan suamiku yang masih tersimpan dalam garasi tempat tinggal lamaku. Perkara mobil, kalau dibilang butuh sih ya butuh-butuh-enggak tapi... aku benar-benar tak ingin membawa apapun yang dapat membangkitkan kenangan pahit masa laluku. Sedangkan mobil itu sungguh memiliki banyak kenangan tak menyenangkan di dalamnya.

"InsyaAllah motor Raya aja udah cukup kok, Tan, kalau untuk pergi-pergi. Mobil itu nanti mau Raya kembalikan lewat Mbak Nadira," tuturku. Jangankan mobil, properti dan perabot rumah tangga saja tidak ada yang kubawa. Aku menjual tempat itu bersama keseluruhan isinya. Beruntung ada orang yang berminat untuk membelinya dengan harga yang sepadan. Dari hasil penjualan itulah aku bisa membeli dan mengisi rumah baruku yang sekarang lalu sisanya kusimpan untuk keperluan Azzam kelak.

Tante Kinan tampak menyayangkan keputusanku itu namun aku rasa ia juga paham keadaanku. Aku ingin hidup tenang tanpa ada masa lalu yang membayangiku lagi. Aku ingin sepenuhnya menikmati kehidupan baruku.

"Kapan kamu mau kembalikan mobil itu?" tanya Tante Kinan.

"Rencananya hari ini, Tan. Jadi habis dari daycare, Raya ke sana bentar buat ketemuan sama Mbak Nadira. Sekalian Raya juga mau serahin kunci rumah dan kunci lainnya ke penghuni baru tempat itu. Raya mau hari ini semuanya selesai karena besok kan Raya udah mulai masuk kerja."

Helaan napas panjang keluar dari bibir Tante Kinan. Tangannya kemudian terulur untuk menepuk lembut bahuku. "Kalau kamu sudah yakin akan keputusanmu itu, Tante sepenuhnya mendukung kamu," katanya.

Aku tersenyum tipis dan merentangkan kedua tanganku untuk memeluknya. "Makasih, Tan," gumamku pelan. Aku sangat yakin dengan keputusanku ini dan semoga memang ini jalan yang terbaik.

"Oh iya, Raya bangunin Azzam dulu ya kalau gitu." Aku mengurai pelukan kami lalu kemudian pergi menuju kamar Azzam.

Aku tersenyum mendapati jagoan kecilku yang masih tertidur lelap di atas ranjangnya. Berjalan mendekatinya, aku kemudian duduk di tepian ranjangnya dan mengusap rambut hitamnya. "Kita benar-benar akan memulai hidup baru kita sekarang, Sayang. Mama hanya butuh kamu di sisi Mama. Keberadaanmu saja sudah lebih dari cukup. Semoga kelak kamu bertumbuh dewasa tanpa sedikit pun mewarisi sifat dari pria itu, meskipun ada darahnya yang mengalir dalam tubuhmu."

***

To be continue
================================

Ada yang bisa nebak Azzam bakal pergi ke daycare mana? Yang sudah baca 'Kepingan Dirham' pasti tahu nama daycarenya😉

Thanks for reading!

Much love,

Asty K

Follow me on instagram: @atyampela

Jalan Raya [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang