4 | Melepas Belenggu

5.1K 1.1K 37
                                    

Sembari menyetir mobil Ninda yang masih aku pinjam, berkali-kali aku melirik wajah Azzam. Memastikan apa jagoan kecilku itu gugup atau mungkin takut di hari pertamanya pergi ke daycare. Ajaibnya, tidak ada raut keresahan di wajah Azzam. Jagoan kecilku itu terlihat sangat santai. Justru malah aku yang merasa cemas berlebihan di hari pertama menitipkannya di daycare ini.

"Azzam sayang, Azzam gak apa-apa kan seharian ini di daycare?" tanyaku padanya.

Azzam menoleh padaku dan mengangguk. "Di daycare kayak di TK kan, Ma? Nanti banyak teman-teman dan mainan kan?"

Karena di Fun Daycare tempatku menitipkan Azzam ini memiliki program edukasi jadi ya salah satu dari kegiatan hariannya memang ada sesi 'belajar' namun tidak seformal seperti di Taman Kanak-kanak atau Bimba. Dan dari diskusiku bersama dengan admin juga salah seorang caregiver di sana, selain program edukasi mereka juga menyisipkan 'pembentukan karakter' lewat rangkaian kegiatan harian mereka. Konsep kegiatan mereka yang seperti itulah yang membuatku yakin untuk menitipkan Azzam di sana.

"Iya, tapi waktunya lebih lama dibanding waktu TK. Azzam nanti di daycare sampai sore setiap hari Senin sampai Jum'at. Gak apa-apa kan?"

Azzam tampak diam sejenak sebelum kemudian ia mengangguk. "Gak apa-apa, Ma," jawabnya.

Aku tersenyum dan mengusap singkat puncak kepalanya. Aku sangat bersyukur memiliki putra yang sangat pengertian seperti Azzam. Meski usianya baru enam tahun, putraku ini cukup baik untuk diajak berdiskusi dan berkompromi akan banyak hal. Ada kalanya kadang Azzam lebih terasa seperti sahabatku dibandingkan anakku.

"Pintar banget sih anak Mama. Kalau ada apa-apa di daycare, Azzam bilang sama Mama ya," pesanku. Aku harus menitipkan Azzam di daycare selama beberapa waktu. Setidaknya sampai pendaftaran sekolah dasar dibuka dan aku dapat mendaftarkan Azzam. Untuk itu kuharap Azzam nyaman berada di daycare karena itu akan menjadi rumah keduanya dimana ia akan menghabiskan sebagian besar waktunya di sana.

Begitu sampai di daycare dan memarkirkan mobilku, aku berjalan masuk dan menemui seseorang yang waktu itu membantuku melakukan pendaftaran. Miss Shifa namanya. Semua tenaga kerja wanita di sini disapa dengan panggilan Miss atau Ma'am.

"Pagi, Miss," sapaku seraya menggandeng Azzam mendekat ke meja administrasi.

"Pagi, selamat datang, Bu Raya," sapanya padaku. Aku dan Miss Shifa telah bertukar nomor ponsel sebelumnya untukku menggali informasi tentang daycare ini. Jadi bukan hal yang aneh jika Miss Shifa mengingatku apalagi aku sering menghubunginya untuk berdiskusi mengenai segala sistematika yang diterapkan di Fun Daycare ini.

"Gak terlambat kan ya, Miss?" tanyaku.

"Sedikit, but it's okay namanya juga hari pertama," ujarnya. Pandangan matanya kemudian turun menatap Azzam. "Yang ganteng ini pasti Azzam ya? Halo, Sayang," sapanya pada putraku sembari mengulurkan tangannya untuk menyalami Azzam.

Aku tersenyum menatap Azzam yang melihat ke arahku seolah meminta persetujuanku apakah ia boleh membalas salam Miss Shifa. Aku pun mengangguk dan setelahnya Azzam menyambut uluran tangan Miss Shifa dan mengecup punggung tangannya.

"Pintar sekali. Anak yang sopan ya," puji Miss Shifa lagi. Tadi sudah penampilan Azzam yang dipuji, kini sikapnya. Terlepas dari Miss Shifa mengatakan itu hanya sebagai basa-basi untuk membangun kedekatan dengan Azzam atau karena ia benar-benar serius, tapi putraku Azzam memang mewakili lagu Gita Gutawa banget, alias sempurnaaaa. Hehe maaf ibu-ibu emang suka berlebihan kalau banggain anak.

"Bu Raya, saya ajak Azzam masuk ke dalam ya."

Aku mengangguk pada Miss Shifa. Sebelum membiarkan Azzam pergi dengan Miss Shifa, aku berjongkok di hadapan Azzam. "Sayang, main di dalam ya. Kenalan sama teman-teman. Mama tinggal dulu, nanti sore Mama jemput Azzam lagi," kataku.

Jalan Raya [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang