Hold my hand, sugar

4.7K 192 5
                                    

Suara high heels 5 cm itu terdengar tak sabaran. menggandeng pria berkemeja yang tak lagi rapi disampingnya, wanita pemilik sepatu itu memasang wajah cemas.

"Kamar berapa sih, ron?" Tanya friska kurang tenang. sepertinya bukan kurang lagi. ia memang tidak tenang, setelah mendapat sms dari rahman kalau riana masuk rumah sakit.

"Aduh, sayang, tenang aja. riana masih di UGD kata rahman" aron menenangkan istrinya yang gelisah itu, tapi malah dengan cepat friska menyeret suaminya berbalik ke UGD.

"Rahman! Aduuhh lo apain sahabat gue?" Friska mendadak nyolot, membuat kening rahman berkerut.
"Gak aku apa apain kok. dia istri aku, fris. aku yang jaga dia. lo gimana sih!" Rahman mulai nyolot. setiap bertemu ibu hamil itu, ia selalu saja kena marah. padahal pada kenyataannya kini, dia justru yang paling merasa tertekan. ayolah, bidadarinya sedang pingsan didalam sana, dan dia tak tau karena apa.

"Terus siapa yang periksa riana di dalam?" Friska kini menyilangkan tangan di dada, masih bersikap angkuh.

"Dek koas" jawab rahman santai, lalu dibalas friska yangmentoyoli kepala sahabatnya itu.

"Lo tuh ya! Gak ada gunanya juara dari SD, gak ada gunanya lo kuliah jauh jauh ke negeri orang kalo gini! Lo kasih bini lo ke dek koas?" Oke friska makin gemas karena rahman justru mengangguk mantap. friska memang terkenal sebagai kepala perawat killer bagi anak koas -co assistant- atau calon dokter-- di flynn hospital, yang biasanya berasal dari flynn medical university.

"Fris, gue pernah jadi dek koas juga. lo harus tau kalo kami profesional juga pada saat itu. rasis banget sih lo" rahman menjawab santaie, namun kena ke hati sepertinya.

"Ya tapi kan ada dokter emergency medis man. kenapa lo gak kasih ke mereka aja--" perkataan friska terputus dengan keluarnya dua orang anak koas dari dalam ruangan UGD.

"Permisi dok"

"Ya, bagaimana, dokter Cello, dokter azizah?" Rahman bersahaja, namun tetap menghargai adik tingkatnya.

"Menurut diagnosa kami, dokter ariana.." dokter muda itu menggantung kalimatnya.

"Kenapa dokter riana?" Friska mulai ingin tahu.

"Dokter riana hamil dok" suara dokter muda cello terdengar pelan.

"Hmm, sudah ku duga" rahman menundukkan kepala, merenung lagi.

"Eh, apa?! Riana hamillll??!!!" Mendadak, rahman sadar dengan kata kata dokter muda itu.

"Iyaa dok. selamat ya dok" merekabberdua ikut tersenyum bahagia sambil menyalami dokter pembimbing mereka di stase bedah plastik bulan lalu itu.

"Ya, sama sama, dok" ujar rahman dengan kebahagiaan tak terkira. ia mengalihkan pandangan ke arah friska.

"Udah gue bilang kan, fris? Gak perlu honeymoon" rahman bertanya dengan nada usil, dan dibelakang friska aaron bertingkah seakan akan mengibarkan bendera putih pada rahman.

"Ya apa kata lo aja deh man. tapi selamat ya, gue seneng banget sumpah riana hamil" sungut friska berubah jadi senyum bahagia.

Mereka pun masuk ke ruang UGD, tempat riana masih terbaring lemah disana, tapi wanita itu sudah mulai sadar.

"Rahman..." suara kecil itu keluar dari bibir mungil istrinya. rahman mendekat, mencium lembut bibir pink istrinya itu, lalu pindah ke dahi istrinya.

"Loh, sayang, tadi kita kan di rumah mama papa, kok bisa di sini?" Riana menatap sekeliling, lalu menatap keheranan kepada suaminya. rahman menyelipkan jari jarinya disela sela jari riana. riana menggenggamnya lebih erat, seakan memohon penjelasan.
"Yang pasti kamu sekarang lagi di bed UGD, sugar, jadi ga mungkin kamu lagi kerja" rahman membantu riana membenarkan letak jilbabnya yang mulai turun akibat posisi berbaring.

she's my love doctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang