Riana merasa badannya melayang. tangannya digenggam erat dan ditarik oleh imamnya, Rahman. fikirannya kosong, kacau. Hari ini? ia harus sakit hati? dunia terasa sangat tak adil. ini ulang tahun pertama Riana sebagai istri Rahman, dan dengan santainya Adam datang kembali untuk menghancurkannya.
Hati Riana terasa ditusuk ribuan paku. kini ditarik paksa oleh Adam paku itu, kini hatinya penuh lubang yang tak mampu disembuhkan. ia bingung, sungguh ia takut kalau Rahman menanyakan kepadanya apa yang ia lakukan dengan Adam dulu.
sungguh jika kau bertanya tentang kejujurannya, ia akan jujur bahwasanya ia malu. malu dengan hamparan mawar yang kini dilewatinya. malu dengan mereka yang sulit dijammah. sulit diraih, sulit didapatkan. memang wujudnya indah, semua mata tertuju pada mawar-mawar itu. namun saat mendekat dan hendak memetiknya, orang itu akan berfikir dua kali. duri dibadannya itu akan membuat orang orang segan akan dirinya, bahkan hanya untuk sekedar menyentuh saja orang takkan berani.
ia masih bingung kenapa rahman tak kunjung berkutik. ia hanya diam. kali ini serius, ia tak tau apa isi fikiran suaminya itu. Rahman hanya diam, namun diam tak selamanya berarti baik, bukan?
cello membukakan pintu mobil untuk Riana dan Rahman, sedangkan Lyde dipangku dibelakang oleh bibinya, Alexa. Rahman hanya menatap ke arah jendela sejak masuk mobil tadi, membuat Riana tak berani menatap balik ke arahnya. wanita itu hanya menunduk, hatinya kini penuh sesak dan rasa bersalah. kadarnya tinggi. betul betul penuh asam yang membuatnya terpekik dalam diam.
Alexa bertanya tanya dalam hati. apakah secepat itu Allah membolak balik hati manusia? ketika datang penuh cinta, namun ketika pulang, semua rasa cinta itu seakan pudar, menghilang dan tertinggal bersama jejak yang ditapaki tadi.
memang tak ada jaminan untuk selalu bahagia. tapi apa salahnya, jika kebahagiaan tersebut masih dapat dipertahankan?
mobil yang ditumpangi mereka memasuki kawasan masjid yang sangat besar di daerah puncak. udara berhembus meresapkan dingin ke dalam rusuk. hembus angin menerbangkan sayup kecil sisi kiri dari jilbab Ariana, membuat matanya sedikit menyipit karena dinginnya udara. bayinya mungkin tak bisa dibawa turun dalam kondisi seperti ini. wanita itu menghadap ke adiknya, lalu dengan wajah sedikit cemas ia berkata,
"Ale, kakak shalat dulu ya, Ale di mobil dulu jagain Lyde, ya?" Gadis yang ada dibelakang itu hanya mengangguk meniyakan. ia tahu, kakaknya itu ingin mengadu pada Allah tentang segala yang terjadi padanya hari ini. Lyde tertidur dalam dekapan Alexa. Gadis itu menatap ke arah keponakannya dan memasangkan topi hangat di kepalanya. cello kembali masuk ke dalam mobil setelah tadi membukakan pintu untuk yang ingin turun. sementara itu danar dan dua kembar itu pergi turun dan mencari oleh oleh juga minuman yang bisa menghangatkan badan. pak darto sudah tertidur sejak mobil berhenti tadi. pria paruh abad itu tampak begitu lelah. cello dapat menanggkap sinyal kecemasan dalam wajah putih merona Alexa. ia mendekat dan duduk di samping alexa, lalu memberi isyarat pada alexa kalau ia ingin bergantian menggendong Lyde.alexa memberikan keponakannya itu dan sepertinya bayi mungil itu makin nyaman saja dalam pelukan Celo. mungkin saja, karena cello memakai jaket hangat? Atau mungkin karena cello memang cocok menjadi ayah? Sebenarnya Alexa bertanya lain. apa nyaman berada dalam dekapan cello? Tapi, astaghfirullah. gadis itu segera menghapus lamunannya.
"Ale, masih kefikiran kejadian tadi?" Cello mulai bersuara. alexa menarap kearahnya, lalu menatap ke arah lyde dengan senyuman terisi beban.
"Em, cell, menurut kamu, apa itu pernikahan?" Alexa menanyakan pertanyaan yang berhasil membuat dahi lelaki yang ada tak jauh disampingnya itu berkerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
she's my love doctor
Roman d'amourArti cinta sebenarnya. Itu yang mungkin dapat digambarkan jelas dari cerita ini. Jika biasanya kau melihat cinta itu samar, tapi dua sejoli rahman dan riana ini membuktikan, cinta dapat bertahan dalam suatu keselarasan. Bagaikan rythme denyut nadi y...