Riana mengkerutkan dahinya saat melihat air mata suaminya mengalir di pipi pria itu. Rahman gak pernh nangis, sekarang kenapa dia baper?
Rahman menangis sambil menatap pintu verlos kameer alias ruang bersalin. Entah apa yang menyedihkan bagi riana, sehingga suaminy itu harus nangis.
"Kamu kenapa nangis sih man?" Riana mengelus punggung rhman. Kejadian yang sungguh aneh, ketika ngelihat seorang laki laki bertubuh besar menangis tersedu sedu.
Rahman terdiam. Kenapa dia nangis? Belum dijawab olehnya peranyaan riana, ia segera pergi meninggalkan istrinya itu.
------------------------------
Rahman duduk bersama hendri dan Rafan, dokter anestesi yang biasanya selalu menganestesi pasien yang akan ia tangani. Mereka bertiga hanya menatap jadwal operasi yang berderet sampai pagi yang tertempel di dinding dengan wajah kumal.Rafan menghela nafas panjang. "hari ini aja udah 3 kali gue gebius anak orang, Man. gila aja, ini buat besok? letihh gueeee... mana istri gue lagi diluar kota lagi.. gue nginap disini aja deh, nanggung juga, udah jam 11 gini" Rahman menataptemannya itu sambil melipat tangan didepan dadanya. sepertinya ia dapat ide!
"gue juga! gue tidur di kamar jaga aja deh malam ini, bareng kalian berdua" ujar rahman sambil cengengesan. Rafan dan Hendri saling melempar tatapan. apa? seorang rahman yang terkenal super cinta sama istri males pulang? it looks like something wrong happen.
"Dok, gak mau kabarin dokter riana dulu? Biasanya langsung nelpon habis liat jadwal. mana mau nginap lagi, gak mau kabarin dulu dok?" mata hendri masih ke arah jadwal operasi, namun mulutnya berbicara ke arah rahman.
"Nggak ah, lagi malas" hendri yang mendengar jawaban dari rahman itu langsung menatap rafan yang juga kebingungan seperti dirinya. Sejak kapan rahman malas menelfon riana?
"Bro, lo kenapa? Tumben kadar cinta lo rendah ke riana? Kenapa nih? Lu butuh obat anestesi gue biar pas ngeliat lo riana berasa liat afgan? ada nih, lo mau yang berapa persen? Gue ada deh" Candaan rafan membuat rahman tergelak sambil memasang penutup kepala khas operasi.
"Fan, gantengan juga gue daripada afgan! Ga perlu gue obat obatan lo buat bikin istri gue fly high. Gue cuma... Ga tau juga nih, tiba tiba galau" rahman kembali duduk di kursinya. Rafan duduk di kursi yang berhadapan dengan rahman sambil memainkan miniatur pisau bedah milik rahman.
"Lo berantem sama riana? Ck, kenapa?" Rafan sudah seperti abangnya sendiri memang, namun kalau rahmannya justru tak tahu apa kesalahan riana yang membuat dia begini, apa yang mau diceritakan?
"Gak tau gue. Sumpah gue gak tau fan. Apa salah riana juga gue gak tau. Cuma aja, akhir akhir ini dia cuek, gak seperti dia yang biasanya. Gue gak mau aja dia berubah. Mana kemaren mantan orang yang pernah ngelamar dia datang ke rumah lagi. Bingung gue, kenapa gue yang sewot"
"Lo salah makan kali" ucap rafan serasa nggak perduli. Rafan benar benar bingung. ini hal yang jarang terjadi. apa tadi propofol yang ada di atas meja diminum lagi sama Rahman karena bentuknya mirip susu? waduh, gawat. Rafan segera celingak-celinguk ke arah meja dorong berisi obat anestesi yang ada di pinggiran ruangan, dan ia segera menghembuskan nafas lega setelah ia yakin kalau propofol tadi masih tersegel rapat.
"fan" tegur rahman sambil melepas handscoen nya, lalu memencet anti septic hand sanitizer yang tertempel di meja beberapa kali.
"apaan?" balas rafan yang langsung fokus penuh pada wajah Rahman.
"lo dan istri lo pernah punya rahasia yang kalian sama sekali gak tau satu sama lain?" kali ini pertanyaan rahman intens. Rafan melepas kacamatanya dan meletakkan di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
she's my love doctor
RomanceArti cinta sebenarnya. Itu yang mungkin dapat digambarkan jelas dari cerita ini. Jika biasanya kau melihat cinta itu samar, tapi dua sejoli rahman dan riana ini membuktikan, cinta dapat bertahan dalam suatu keselarasan. Bagaikan rythme denyut nadi y...