saya beneran sakit,dok! (book version)

10.6K 344 3
                                    

hah, hari yang memang Riana akui melelahkan. pasien ramai, dengan keluhan masing masing dan gadis itu di tuntut untuk tetap berwibawa, tenang dan fresh dalam menghadapi masalah. Tetapi, yang aneh aneh memang tidak pernah bisa dihindari, justru pasien yang datang kepadanya hanya untuk curhat masalah pribadi perihal diri si pasien yang belum bisa move on. tadi pagi, seorang pasien laki laki datang kepada Riana dengan selembar tissue dan mata sembab mirip panda cina. Riana hanya menatapnya aneh kebingungan, dan jutru pasiennya itu kembali menangis.

"dok, bisa susternya disuruh keluar aja? saya mau curhat dok" setelah mendengar perkataan si pasien, Riana mendehem. Ia bingung, kalau sudah seperti ini, bawa bawa perasaan, bisa bisa masalah jadi lebih panjang.

dengan gaya sok tenang Riana menjawab, " maaf mas, tapi prosedur di rumah sakit ini suster harus mendampingi dokter untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, jadi kalau ada hal penting yang ingin di bicarakan, saya yakin suster friska juga ngga kalah hebatnya ngasih solusi dari saya, iya kan sus?" tanya dokter cantik itu sambil membesarkan matanya , memberi kode agar Friska memberi jawaban yang sepadan dengan pertanyaan Riana.

akhirnya dengan muka memerah menahan tawa, Friska mengangguk risih kepada pria yang akhirnya ketahui bahwa namanya adalah Dion, remaja labil ini mendatangi Riana sambil menangis, aduh untuk apa?

"sekarang coba katakan sama saya, keluhan anda apa ya?" tanya Riana sambil bersiap siap menulisnya di status pasien. Riana menatap Dion yang mulai membuka mulutnya dan menatap dirinya dengan mata berkaca kaca. "saya diputusin dok"

hah?

what?

'aku bukan dokter cinta mas, jangan curhat ke aku dong!', batin Riana. andai saja Riana bisa bilang begitu. sayangnya sisi baik gadis itu lebih tinggi daripada sifat judesnya. Riana kembali tersenyum , membenarkan sedikit kacamatanya, dan bertanya lagi,

" em, lalu mas, apakah putusnya mas dengan pacar mas membuat mas mengalami penyakit kulit?" tanya Riana polos, dengan tampang seadanya.

"bukan gitu mbak dokter, tapi hati saya sakit mbak dokter, sakit sekali" Riana ternganga dan mengalihkan pandangannya ke friska yang ternyata lebih menganga dibanding dirinya.

" ta.. taa... tapi saya ini dokter kulit loh mas, saya bukan dokter cinta atau penyakit dalam yang bisa periksa hati ma, kalau mas mau saya bisa hubungi teman saya yang dokter penyakit dalam biar mas kesana aja ya?" Riana krasak-krusuk bersiap siap mengangkat telfon, ingin menelfon si Rendy , dokter penyakit dalam sahabat Riana yang dia yakin mau nerima pasien aneh ku nya ini. tapi baru saja telefon itu mendarat di telinga Riana, tangis si Pasien tadi pecah makin menjadi jadi.

Riana panik dan melemparkan telfon itu kembali ke tempatnya. nah, friska? dia sudah gigit gigit papan status pasien dari tadi. "oke mas tenang tenang.. gak jadi ya, gak jadi saya oper ke teman saya, ya.. ayu tenang tenang, jangan nangis ntar pasien di luar ngira saya nyetrum mas lagi, yaa tenang mas tenang" ujarnya dengan wajah tak karuan sekarang. akhirnya tangis Dion pun reda, dan sekarang giliran Riana yang jadi pengen nangis.

"oke mas, jadi apa yang bikin mas ngotot tetep pengen di sini?" tanya Riana setengah takut. Jujur, dua hal yang ditakuti Riana selama menjadi dokter. Satu, orang gila, yang kedua pasien histeris. Dan bad luck, Riana sedang menghadapi yang nomor dua.

"harusnya dokter lihat dong muka saya! ini nih yang bikin saya diputusin sama Dera, pacar saya! huuhuuu deraa... hiks hiks" akhirnya dia mengangkat tissue yang sedari tadi menutupi wajahnya. walah, sekarang Riana baru tahu masalah dia apa. dia memiliki jerawat yang ya, bisa di katakan banyak dan membandel, begitu lah istilah Riana. Riana menghela nafas dan meminum air mineral miliknya untuk menenangkannya dari kegeraman laki laki ini.

sesaat kemudian Riana mulai tenang dan berkata kembali,"oh, begini toh. tenang mas, tenang, jangan bikin saya panik gitu dong, bilang saya punya masalah jerawat dok,tolong diobatin, selesai kan mas? ya sudah, ayo ke meja periksa!" Riana memeriksa kadar minyak dan segala sesuatu dari wajah laki laki aneh ini. Gadis itu memberikan treatment kecil di wajah laki laki itu, dan serum yang biasanya dipercaya ampuh membunuh dan mencegah jerawat itu datang kembali. setelah tindakan Riana selesai, dokter itu memberikan kaca agar Dion dapat melihat penampilan barunya.

seorang dion yang awalnya terlihat kusam dan penuh jerawat, kini terlihat lebih cerah dan jerwtnya pun semakin sedikit dan menipis. Riana puas dengan hasil kerjanya, dan saat si dion keluar dari ruangan praktek Riana,, dapat dengan jelas Riana dengan jelas ia dengar para pengunjung rumah sakit berteriak dan mengelu elukan ketampanan si dion.

hah, pasiennya sekarang sudah dewasa, tampan, dan menawan rupanya.

Riana memilih untuk menghabiskan waktu istirahatnya di ruang diskusi dokter. secangkir teh hangat dan kue kedelai kering rendah lemak yang baik untuk kesehatan dan tidak akan membuat Riana gemuk. dengan 3 sahabatnya, Fonda, Rendy, dan Gilang. berbincang bincang hangat, masalah pekerjaan mereka, anak anak fonda dan rendy, rencana pernikahan Gilang dengan kekasihnya. Dan Riana tidak dapat bilang apa apa saat mereka menanyainya masalah hubungan dirinya dengan Adam.

"Riana, kamu gimana sih? masak kalian udah pacaran selama ini belum punya rencana?" tanya fonda yang asyik mengemil sembari menyenderkan kepalanya di bahu rendy.

"ya begitu lah, fon, kami masih sibuk sama urusan masing masing. dia dengan pekerjaan nya yang sibuk kesana kemari, aku dengan pasien pasien ku, dan ya, hubungan kami yang terpisah oleh jarak. Jadi, ya aku jarang bisa bareng sama dia. dan jujur tingkah kalian berdua buat aku iri, fon" ujar Riana sembari menatap lagi cincin pemberian Adam. Mendengar ucapan Riana, Fonda dan Rendy lalu mengembalikan posisi duduk mereka masing masing, takut Riana justru jadi sedih.

"kalian berdua itu sama sama sukses ,Na, sama sama punya masa depan cerah, kamu cantik,dia ganteng, apa yang kurang kalau kalian bersama? hati hati loh, dengan kecantikan mu yang seperti ini, banyak laki laki yang ganteng suka sama kamu, dan begitu juga sebaliknya, dengan ketampanan dan kekayaan pacar mu, bukan berarti wanita disana ngga banyak yang suka sama dia kan?" ujar gilang menambahkan dan membuat Riana sedikit tersedak dalam tegukan teh hangat yang diminumnya.

gilang menatap gadis itu polos, dan dia berujar lagi,"gue paling tau kalian berdua sejak SMA, riana, gue tau kalian berdua emang setia banget, tapi gue juga gak mau kalau kalian berdua saling nyakitin" ujar gilang sambil memegang kedua pundak Riana. Riana mengangguk mencari ketenangan.

Riana bingung dan sekaligus takut. Dia butuh adam. Dalam hati ia hanya bisa berujar,'dam, kamu gak akan selingkuh kan?'


she's my love doctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang