last time, or future?

5.3K 187 0
                                    

"Adam aku mau pulang aja, ya." ujar ariana sembari mengemasi pakaian nya. "tapi, Ri, kamu kita masih punya 2 hari lagi sebelum pulang ke Indonesia.. kamu gak mau sabar sayang? ada apa sih?" tanya Adam yang masih di punggungi oleh Riana. Riana berbalik arah dan menatap adam sebentar, lalu kembali fokus kepada barang barang nya. "aku sudah gak sanggup untuk menjalani liburan ini lagi, Dam. aku .. aku butuh waktu untuk melupakan semuanya. lagi pula aku sudah kangen jakarta, Rumah Sakit, pekerjaan ku.. ya, kita atur lagi lain waktu ya untuk liburan selanjutnya" ujar riana yang enggan menatap ke arah Adam. Adam melingkarkan tangan nya di pinggang riana dan menenggelamkan kepalanya di sela sela rambut Riana, mencium dalam dalam wangi Rambut Riana yang menggambarkan kecantikan dirinya. "Ri, maafkan aku ya.. seharusnya semua nggak seperti ini" ujar adam yang suaranya terdengar penuh penyesalan. Ariana berbalik dan mulaimempertemukan mata mereka, dan tersenyum ikhlas menatap adam. "ini bukan karena aku belum maafin kamu, Dam. tapi, ya.. aku butuh waktu untuk menghilangkan jejak Arista dan kelakuan nya ke kamu kemarin itu, Mon cheri.. Aku yang minta maaf,ya. aku belum bisa melupakan itu dalam waktu dekat, karena dia melakukan itu ke kamu di waktu  yang sangat dekat setelah kamu  cium aku, kan? aku.. belum bisa Adam" ujar Riana dengan mata berkaca kaca. Adam menarik gadisnya itu kedalam pelukan nya seakan takut Riana menangis. "stt.. Ri.. udah jangan nangis gitu,cantik.. iya, kita pulang ke indonesia ya.. maafin aku" ujar Adam sembari sesekali mencium puncak kepala Riana.

--- Back To Jakarta ---

Ariana berjalan memasuki pintu Rumah sakit, dengan kemeja Pink dan celana berwarna biru membuat kulit putihnya itu semakin menyatu dengan warna pastel yang diberikan pakaian nya. rambutnya dibiarkan tergerai sempurna,dengan poni yang dia naikkan ke atas dan di jepit rapi. jas putin nya masih berada di tangan nya, begitu pula dengan tas kerja nya.

" Guten Morgen, Dok!" ujar Friska sambil berjalan cepat menghampiri dokternya itu. "oh, hai, Friska! gimana praktek selama aku tinggal?" ujar Riana sambil menatap ramah sahabat kerja nya itu. "sejauh ini baik, Dok. cuma ada beberapa pasien yang memang menunggu dokter pulang dan gak mau di oper ke dokter lain" Riana mengangguk pelan. "yasudah , Fris. nanti kamu langsung hubungi mereka kalau aku sudah stand by, dan masuk kan mereka ke list urutan pasien, ya" friska mengangguk mengerti.

pasien pasien yang rindu kepadanya di tangani secara profesional oleh Ariana, termasuk Yunita Bramantyo, business woman kaya besar dan Ibu kandung dari kekasih nya, Adam Bramantyo. Yunita sengaja menunggu kepulangan Riana dari maldives kemarin, karena selain calon isteri anaknya, riana memng dokter muda yang sangat telaten menurut Yunita. satu lagi kelebihan Riana yang membuat nya sangat berbeda dari yang lain, yaitu di ruang prakteknya, dia menyediakan box besar pink yang bertuliskan 'terimakasih sudah mempercayai saya, itu sudah penghargaan termahal yang anda berikan pada saya. silahkan sumbangkan se ikhlas anda untuk saya' dan kotak itu tidak menuntut takaran bayaran yang mahal, tapi justru upah seikhlas pasien yang tak di patok riana. namun justru karena manufer uniknya itu, para pasien tidak segan segan memberikan nominal yang besar untuknya. itu yang di sukai Yunita atas diri Riana. 

matahari sudah tinggi, dan Riana mulai merasa lapar karena pekerjaan nya. hari ini jelas berbeda, karena biasanya Adam sudah siap siaga menelfon dan mengajak riana makan siang bareng. tapi mungkin dia masih sibuk, batin  Riana. Riana berjalan keluar ruang prakteknya yang berada di lantai 5 itu, lalu menuju lift dan membaur dengan para pasien yang menatapnya ramah dan kagum atas keramahan Riana. Dia mau menuju kafetaria. menunggu lift menghantarkan nya ke lantai dimana letak kafetaria berada, Riana masih saja berharap mendapat ajakan lunch dari adam, tapi hasilnya masih saja nihil. Ariana menghela nafas dalam dalam sambil berjalan keluar lift namun matanya terus saja menatap layar handphone nya.

BUKK!!

seorang lelaki berbadan tegap dan besar menghantam tubuh mungil riana sehingga wanita itu sedikit sempoyongan, namu sosok yang menabraknya itu justru dengan cepat merangkulnya agar tidak terjatuh. "Aduh, mas, jalan lain kali lihat lihat dong, jangan nyosor aja! mana tu badan keras banget lagi kayak tembok , minum suplemen apaan sih?! gila saya sampai pusing gini!" omel Riana yang masih memegang kepalanya dan mengedip ngedipkan matanya agar kembali fokus dari kekaburan matanya. "Yah, nih dokter malah marahin gue! Dok, tadi anda yang jalan sambil main handphone dan nyeruduk saya jadi bukan salah saya kalau anda pusing! lagian jadi dokter gak tau etika banget sih?! ngomong sama orang kok nggak ngelihatin lawan bicara nya?!" suara berat dan serak laki laki itu mulai keluar tak kalah omel nya dari Riana. Riana mulai mengalihkan wajahnya perlahan menghadap laki laki yang merangkulnya sekarang itu. "namanya juga orang pusing habis nabrak tuh tembok berlin tuh, dada kamu , kayak tembok--- A-- A-- ARON?!!" mata riana sempurna membulat melihat wajah pria yang ada di hadapan nya itu. Riana masih ingat betul mata biru , rambut coklat, dan lesung pipi laki laki yang ada di hadapan nya itu. he's totally handsome. "Hani?!" ujar laki laki itu setengah kaget namun melembut saat menatap gadis yang ada di hadapan nya.

"ka-- ka-- kamu--, emm.. kamu--" Riana masih tergagap gagap sangking kagetnya bertemu orang yang sudah sangat lama tidak ia temui itu. "kok lo gugup banget gitu, sih, han?"tanya Aron dengan senyuman maut wang membuat para wanita yang lewat pingsan dan lari ke UGD minta oksigen. Ariana menggeleng gelengkan kepalanya agar tidak terlena dalam pesona Aron yang masih berada sangat dekat dengan nya, dan belum sempat Ariana berucap, Aron langsung menarik lengan Ariana ke kafetaria. "wajah kamu kelihatan banget lagi lapar, han. kita makan siang bareng, ya?"

-------------------------

ariana memakan nasi goreng nya dengan lahap, dan Aron hanya menatap gadis itu sambil sesekali menyeruput   kopi nya. "Ron, kamu kok liatin aku gitu sih? laper juga? mau? nih" ujar riana menyodorkan piring nasi gorengnya ke hadapan Aron, tapi justru dibalas senyum sopan Aron 'aku udah kenyang kali, Han. udah, kamu makan aja. aku kan emang suka ngelihatin kamu makan dari SMP dulu, makin imut sih. hahaha" ujar Aron dengan tawa yang semakin menyempurnakan ketampanan nya. "lo tuh ya, dari masa lalu juga, kerjanya godain gue aja. berhenti kenapa sih? hahaha.. eh, Ron, kamu bukan nya di London? kenapa sekarang di indonesia?" tanya Riana di sela sela makan nya. "gue.. kangen sama lo dong, Hani"ujar Aron dengan wajah yang menggemaskan tapi lebih cocok di lempar sendal karena dari tadi kerjanya hanya menggoda Riana. 

"serius kali, Ron.. kamu tuh bicara seakan akan kamu gak banyak pacar aja setelah kita putus waktu SMP dulu.. cewek bule pasti udah pada lo pacarin kan? ngaku deh!" ujar Riana yang terpingkal menahan tawa karena tingkah Aron "hahaha.. iya iya.. sebenarnya gue balik kesini itu karena permintaan papa ,Han. papa minta aku yang handle Rumah Sakit ini. ya, jadi mulai hari ini, secara resmi aku jadi direktur rumah sakit ini, bos kamu, Han" ujarnya sambil mencubit hidung mungil Riana. "wah.. pak boss" ujar Riana spontan sambil tertawa ke arah Aron.

diluar sepengetahuan Ariana, handphone nya sedari tadi ternyata didatangi pesan singkat dari Adam.

------------------------------------------------------------------

Hallo everyone, Miss Uday here! :D maaf ya kalau part ini gak se greget part part yang lain -_-" hope you all like it! :D ditunggu vote dan comment nya yaa! Lovelove <3

she's my love doctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang