بسم الله الرحمن الرحيم
Dimulai dengan hati yang berdo'a, mata yang berharap, dan kaki yang melangkah berjalan mengejar impian.
•••
Dengan seizin Allah, aku akan berlari untuk mewujudkan setiap harapan.
•••
Seoul, Korea Selatan.
Hari ini, untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Korea Selatan. Masyaallah, aku begitu sangat terharu. Pasalnya tak pernah aku berharap atau bermimpi sedikit pun bisa ke Seoul. Maha besar Allah yang mengetahui segala apa yang ada di dalam lubuk hati hamba-Nya. Aku mendarat di Bandar Udara Internasional Gimpo, Seoul.
Kini aku, Afifah, dan Maura, perwakilan dari jurusan desainer fashion sedang menunggu angkutan yang sudah di sediakan untuk kami.
Tak lama angkutan kami sampai. Aku terus memandangi setiap jalanan yang angkutan kami lewati, indah sekali. "Maura, jangan kaku gitu sama kita. Kita gak gigit, kok," lontar Afifah memecah keheningan.
Gadis pemilik rambut sebahu itu terkekeh kecil. "Ngantuk aja, pegal-pegal banget."
"Bentar lagi sampai, kok. Habis beres-beres kita bisa istirahat," timpalku.
Sekitar satu jam lebih kami sampai Hanyang University. Sudah banyak orang yang berlalu lalang di sana. Ntah kami yang terlambat atau mereka yang terlalu bersemangat. Di seberang sana, sudah terlihat universitas kami.
Aku menyeret koper memasuki asrama diikuti Afifah dan Maura. "Excuse me (permisi)," detik selanjutnya, "I want to take my room key (saya ingin mengambil kunci kamar saya)," lanjutku kepada penjaga di sana.
Penjaga itu tersenyum ramah kepadaku. "Where do you come from? (Kamu berasal dari mana?)."
"Indonesia, on behalf of Keinara, Afifah and Maura (Indonesia, atas nama Keinara, Afifah, dan Maura)," jawabku. Afifah dan Maura hanya menyimak percakapan.
Penjaga itu memberikan 3 kunci dengan gantungan monas kepadaku. "Have a good rest (selamat beristirahat)," katanya.
"Thank you (terima kasih)." Aku, Afifah, dan Maura seraya undur diri. Asrama ini sangat mewah, bersih, dan tertata rapi. Sepertinya aku akan betah di sini. Kamar kami berada di lantai 4. Aku tidak tahu pasti ada berapa lantai di asrama.
Aku menatap pintu dengan nomor 567. Aku buka dengan mengucap bismillah. Di dalam asrama, gisuksa, atau biasa disebut dormitory ini terdiri dari tiga kasur, lemari pakaian, meja, rak buku, kursi, air conditioner, radiator, air conditioner, wifi, kulkas kecil, dan mesin cuci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wa'alaikum, Sunbaenim!
SpiritualPerbedaan memang selalu menyakitkan. Bukan lagi menyangkut tentang kasta dan usia, tapi ini perihal agama. Landasan hidup setiap manusia. Antara lonceng yang berdentang, dan adzan yang berkumandang harus membuat seorang gadis berusia 18 tahun itu m...