بسم الله الرحمن الرحيم
Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas. (Q.S Az-Zumar: 10)
•••
Ketika pikiran tidak bisa lagi memberi arahan. Bismillah... aku akan menggunakan hati untuk mencari jalan.
•••
20.10 KST
Seoul, Korea Selatan.Aku kini sedang berada di dapur umum Dormitory untuk memasak nasi goreng karena tadi sore aku tidak sempat mampir ke cafetaria karena harus ke perpustakaan untuk mencari jurnal guna membantu persiapanku menghadapi ujian. Tidak terasa sudah tiga bulan lebih aku berada di negeri para Oppa ini.
Aku di sini ditemani oleh Jae Hwa yang juga sedang memakan Jajangmyeon.
"Hi, Nara-ya," sapa Daniel yang baru masuk ke dapur sambil membawa satu gelas coffee Americano. Sepertinya dia baru pulang dari luar.
Aku hanya tersenyum kecil sebagai balasan. Aku merasa sangat canggung dan tidak enak hati pada Jae Hwa.
"Nara-ya, kau sedang apa?" tanya Daniel padaku. Tapi perhatiannya tidak beralih dari benda pipih yang berada di genggamannya.
"Aku sedang memasak nasi goreng, Sunbae," jawabku sambil mencoba nasi gorengku yang sudah jadi.
Dia menatapku dengan satu alis yang terangkat. "Nasi goreng?" beonya.
"Iya, nasi goreng. Sunbae, kan, pernah tinggal di Indonesia. Jadi aku rasa Sunbae sudah pernah memakan ini sebelumnya. Cobalah!" kataku sambil menyodorkan sepiring nasi goreng buatanku ke meja yang ada di depan Daniel.
Daniel mengangguk. "Gomawo¹ (terima kasih)."
Tiba-tiba Jae Hwa berdiri membuat aku dan Daniel langsung menatapnya. "Aku akan kembali ke Dorm sekarang." Dia tersenyum kecil.
Aku mencekal tangannya saat hendak berjalan pergi. Astagfirullahal'adzim, aku hampir saja melupakan Jae Hwa. Pasti dia merasa sedih sekarang.
"Aniyo (tidak), Jae Hwa-ya. Biar aku yang pergi dari sini dan kembali. Kamu lanjutkan makannya saja," kataku sambil tersenyum kecil.
"Jika dia ingin ke Dorm, biarkan saja dia pergi, Nara-ya." Daniel menatap kami berdua.
Aku menggeleng kuat. "Tidak, Sunbaenim. Biar aku saja yang kembali ke Dorm."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wa'alaikum, Sunbaenim!
EspiritualPerbedaan memang selalu menyakitkan. Bukan lagi menyangkut tentang kasta dan usia, tapi ini perihal agama. Landasan hidup setiap manusia. Antara lonceng yang berdentang, dan adzan yang berkumandang harus membuat seorang gadis berusia 18 tahun itu m...