•ITIBT|22

341 40 10
                                    

Selisih vote sama readers nya jauh banget:(

~•HAPPY READING•~
-----------

"Pulang Doy, istirahat. Mereka dah dateng tuh. Aku juga udah gapapa kali. Kamu kan harus liat keadaan Sejeong juga."

Doyoung terlihat tak ingin pulang, ia juga sebal Jena masih menganggap dirinya sebagai pacar Sejeong.

"Emang aku disini gak boleh ya?" Doyoung memajukkan bibirnya.

Jena yang melihat itu rasanya seperti terhanyut di sungai, kenapa Doyoung terlihat sangat imut saat manja begini?

Ini terlihat seperti Doyoung yang dulu, Jena merindukan itu. Tapi, Jena tak boleh terbawa perasaan, ia yakin Doyoung hanya merasa kasihan padanya.

"Gak boleh, kamu belum mandi, liat Sejeong juga udah makan apa belum."

"Aku bilang aku dah putus sama dia Je, malah dia yang mutusin. Kalo soal belum mandi, kamu juga belum mandi. Jadi aku boleh ya disini?"

"Kok malah balikin sih? Aku mah gak mandi wajar lagi sakit. Lah kamu, jorok. Sana pulang!"

"Iya Doy sana pulang aja dulu, kasian Bunda kamu sendirian di rumah. Nanti lagi kesini nya ya." Ucap Farah, sambil terkekeh melihat kelakuan Doyoung yang keras kepala.

"Yaudah, Doyoung pamit tante, om." Doyoung menyalimi Farah dan Farhan, tanpa melihat Jena.

"Cas, Le, gue balik." Setelah itu Doyoung keluar dari ruangan Jena sambil mengerucutkan bibirnya.

'Doyoung ngambek?' Batin Jena, kenapa Doyoung membuat perasaannya campur aduk gini sih.

Jena jadi ingat Doyoung menemaninya semalaman, laki-laki itu tidur di sofa yang tak jauh dari brankar Jena. terlihat lucu.

"Jena juga bisa, Ma." Jena hendak mengambil sendok makannya.

"Gausah, udah Mama aja, aaaa." Farah menyuapi anaknya.

"Bang, Jena mau tanya." Ucap Jena pada Lucas.

"Kenapa?"

"Yang donorin hati buat Jena siapa?"

Lucas dan Chenle menegang mendengar pertanyaan Jena, pasalnya Lucas masih tak tahu siapa yang mendonorkan hati pada adiknya itu. Sedangkan Chenle, tegang karena masih berkecamuk dengan pikirannya.

"Makan dulu aja napa."

"Udah sih, Bang jawab aja. Mama juga penasaran." Ucap Farah.

Flashback on

Lucas ikut masuk ke kamar Chenle, ia benar-benar yakin Chenle menyembunyikan sesuatu.

"Le." Panggilnya.

"Gue udah terlanjur penasaran dan ini penting, karena lo adik kandung gue, Jena juga, gue sayang kalian berdua, kita semua saudara, gue harap jangan ada yang disembunyiin,"

"Terlalu lama lo sembunyiin malah bisa bikin orang kecewa, kalo masih sekarang-sekarang ini kecewanya masih bisa diundur dulu dengan kemarahan, 'marah gampang diobati, tapi kalo kecewa lo siap-siap menyesal' Gue sering nasehatin lo kata-kata ini kan?"

Chenle membuang nafasnya kasar, "Oke, gue emang..."

"Gue emang udah niat, niat banget buat donorin hati gue buat Kak Jena. Gue capek, gue kasian, liat Kak Jena yang selalu kesakitan, kalo gue donorin sebagian hati gue, gue pikir Kak Jena bakal sembuh, gapapa kalo nantinya mungkin gue sakit, yang penting Kak Jena baik-baik aja. Gue mau dia bahagia kaya perempuan lain di luar sana,"

I THINK I'LL BE THERE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang