-COMPLETE-
Tidak apa jika aku harus selalu berlutut, tidak apa jika aku harus selalu menuntun, tidak apa jika aku yang harus selalu menjaga, tidak apa jika kau selalu berada di depanku dan aku dibelakangmu, tidak apa jika aku harus berjongkok untuk...
Hari-hari ujian sudah terlewati, rasa santai dan juga khawatir menyelimuti Jena, ia senang karena ia sudah libur tetapi khawatir dengan hasil ujiannya. Ia tak berhenti berdoa agar hasil ujiannya lebih bagus diantara yang bagus.
"Je, itu ada si Doyoung di bawah." Ucap Lucas di depan pintu kamar Jena.
"Doyoung? Ngapain?" Jena membuka pintu kamarnya.
"Mau main kali."
Jena turun ke bawah dan benar saja Doyoung sedang berada di ruang tamu ditemani Chenle yang fokus dengan laptop nya.
"Tamu itu dikasih minum!" Tegur Jena ke Chenle.
"Ga liat kalau ada tamu."
"Kotok itu matanya." Ucap Lucas yang menuju ke ruang tamu.
"Gua lagi pake kacamata warna hitam, nggak keliatan jadinya." Ucap Chenle santai.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Adek siapa sih lu?" Lucas terlihat gondok. Chenle tak mengindahkan ucapan Kakak pertamanya.
"Imut kan gua?"
"Najis." Lucas menoyor kepala Chenle.
"Doy kamu mau minum apa?" Tanya Jena.
Doyoung menggeleng, "Aku mau ajak kamu ke taman, ada yang mau aku omongin."
"Yaudah bentar ya aku ganti baju dulu."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gimana ujiannya?" Tanya Doyoung.
"Lancar sih, aku takut aja hasilnya gak sesuai sama apa yang aku inginkan." Jena menggembungkan pipinya.
"Lucu." Doyoung menyubit pipi kanan Jena, "Gausah terlalu dipikirin yang penting kamu udah berusaha sisanya tinggal berdoa dan pasrah."
Jena mengangguk, "Kamu mau ngomongin apa? Katanya ada yang mau diomongin."
Doyoung terlihat membuang nafasnya kasar. Setelah itu menatap Jena. "Sebenernya aku bisa bilang ini nanti-nanti, tapi aku gak mau nunda." Ujar Doyoung yang membuat Jena penasaran.