Extra chap🌼

373 33 13
                                    

~•HAPPY READING•~
------------

Ya emg komennya blm smpe 50 sih, tpi kasian ini nganggur;)

!Bocil diharap menjauh!:)

"Yang, cepetan dong, kamu dandan udah dua jam ini. Aku bilang kan gausah cantik-cantik." Doyoung menatap Jena dengan frustasi.

"Bawel kamu, tuh Kinara aja diem." Jena menunjuk anaknya yang sedang duduk tenang di kasur sambil menatap Bundanya yang dandan.

"Ck." Doyoung mendecak sebal.

"Kamu marah?" Tanya Jena.

"Siapa? Aku?"

"Iya."

"Nggak."

"Bohong, Kinara kamu liat kan tadi Ayah 'ck ck' gitu kan?" Jena beranjak dari duduknya dan menggendong anaknya.

"Bububun yah yah!" Bukannya menjawab Bundanya Kinara malah sibuk memanggil orang tuanya.

"Apa sayang? Iya kita berangkat sekarang yuk, Ayah tinggal aja ya?"

"Yu yu yu." Ucap Kinara.

Jena pergi meninggalkan Doyoung di kamar sendirian.

"Sayang jangan tungguin aku lah!!"

Jena melihat Doyoung yang mengejarnya dari belakang.

"Ayah kamu lucu Na, masa iya Bunda tinggalin? Orang Ayah kamu yang nyetir."

"Hai Kinara!!" Ucap Mark sambil menoel pipi Kinara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hai Kinara!!" Ucap Mark sambil menoel pipi Kinara.

"Congrats Bro!" Ucap Doyoung sambil menepuk pundak Mark.

Jena beralih pada perempuan pendamping hidup Mark.

"Makasih atas semuanya, gue bener-bener minta maaf kalo gue ada salah, langgeng terus sama Mark ya! Kalo dia jahat, tonjok aja."

"Kejam banget sih lu Je." Ucap Mark, Sejeong tertawa lepas.

"Santuy Je, kalo dia jahat gue langsung lempar ke hutan amazon. Dan lu gak perlu minta maaf, gue yang harusnya minta maaf, maafin gue ya!"

"Gue maafin kalo lu mau jadi sahabat gue selamanya, deal?"

"Of course deal!"

Setelah memberikan selamat Jena dan Doyoung kembali ke rumahnya, karena Kinara harus tidur siang.

Jena mengecup dahi anaknya sebelum pergi menuju sofa ruang tamu, ia ingin menonton televisi sebentar.

Baru sejenak ia memejamkan matanya, ia merasakan sesuatu yang berat pada pahanya.

Doyoung membaringkan tubuhnya di samping Jena dengan kepala yang berada di paha Jena.

"Doy, kamu kalo mau tidur di kamar gih." Ucap Jena. Bukannya pergi Doyoung malah mendusel ke perut Jena.

"Gamau, enak disini, sama kamu."

Jena hanya pasrah dan melanjutkan menonton televisi. Melihat istrinya yang fokus kembali pada televisi Doyoung mengubah posisi kepalanya menjadi memandang istrinya.

"Emang seseru itu?"

"Seru banget ini sedikit lagi selesai." Jawab Jena.

Doyoung bangun dan duduk di samping Jena, dengan mudahnya membawa Jena ke pangkuannya.

"Doy!" Jena tersentak kaget karena pergerakan Doyoung yang tiba-tiba.

"Seruan televisi daripada aku?"

"Doy kamu apaan sih, diem deh aku lagi nonton, awas dulu."

"Jawab dulu."

"Ih kamu mah aneh, kamu sama televisi mah beda!"

"Bedanya?" Doyoung menaikkan sebelah alisnya.

Jena tersenyum, "Televisi cuma menyenangkan aku sementara, tapi kalo kamu menyenangkan aku selamanya."

Seketika Doyoung merasa salting karena digombali istrinya.

"Haha pipi kamu merah!" Jena menangkup kedua pipi suaminya.

"Maaf kalo dulu aku sering bikin kamu sakit hati, dan terima kasih kamu udah nerima aku sejauh ini. Sampai kita punya Kinara. Makasih udah selalu ada untuk aku, selalu jadi penyemangat aku, i love you so much than i love myself. Jangan pernah pergi dari aku, karena kamu dan Kinara itu rumah aku. Aku akan jaga kalian sebisa mungkin meskipun itu naruhin nyawa aku, karena gimana aku hidup kalo gak ada kalian? I love you, tolong tetap cintai aku selamanya."

"I love you too, Doy makasih karena kamu udah nerima aku yang manja, bawel dan tukang marah ini. I will love you 'till the end. Makasih karena kamu udah izinin aku untuk jalan di samping kamu dan jadi pendamping hidup aku, Love you sayang." Ucap Jena lalu mengecup singkat bibir Doyoung.

"Apa tadi kamu bilang? Sayang? Coba bilang lagi."

"No, itu limited edition!"

Doyoung tersenyum lalu memegang kedua tangan Jena, menariknya pelan kebawah, kedua tangan Jena dalam genggaman Doyoung sehingga Jena tak bisa menarik tangannya.

Doyoung menampikan senyum yang membuat Jena bergidik ngeri, dengan cepat mencium bibir istrinya dengan lihai. Semakin lama ciuman itu berubah menjadi lumatan dan ia sengaja tak membiarkan istrinya mengambil oksigen.

Jena memukul berkali-kali dada Doyoung, ia kehabisan oksigen. Akhirnya Doyoung melepaskan tautan bibir mereka, sambil tersenyum gemas.

"Gila kamu! Mau aku mati?!" Jena mengatur napasnya.

"Abis kamu gemesin." Ucap Doyoung dengan benar-benar menatap istrinya gemas.

"Ya kamu kasih aku kesempatan hirup udara dong! Kamu mau ak—hmmph—" Doyoung kembali melumat bibir istrinya, kali ini menuntut, sampai Jena tak sadar dirinya sudah berada di kamar mereka.

"Ya kamu kasih aku kesempatan hirup udara dong! Kamu mau ak—hmmph—" Doyoung kembali melumat bibir istrinya, kali ini menuntut, sampai Jena tak sadar dirinya sudah berada di kamar mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bener-bener tamat guys!
Jangan lupa vote nya ya!

All pict from:pinterest
Edit: Inshot

SAYA SELAKU PENULIS TIDAK MENOLERANSI PENJIPLAKAN ATAU MELAKUKAN HAL TANPA SEIZIN SAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN CERITA SAYA.

INI MURNI KARANGAN SAYA, SAYA HARAP SEMUA MEMBACA DENGAN BIJAK!

Salam manis saya, RedBerryJoy
Selaku penulis cerita I Think I'll Be There, sampai jumpa di cerita-cerita selanjutnya:)

I love you very-very much untuk pembaca setiaku♥

I THINK I'LL BE THERE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang