Pagi itu seorang pria berjalan terburu-buru. Langkah kaki terayun dengan cepat semata-mata bukan karena ia ingin cepat sampai di tujuan ataupun ada hal yang menantinya. Ia hanya tidak tahu mengekspresikan perasaannya. Tak dipungkiri rasa gelisah itu menggelayuti hatinya.
Langkah kaki itu melamban seiring tiba waktunya untuk menyeberang. Sambil menunggu lampu lalu lintas berubah warna, ia memperhatikan sekelilingnya. Biasanya ia tidak memperdulikan hal itu. Hanya saja ia perlu menenangkan diri dari perasaan gelisah itu. Pria itu mendongak mendapati di atasnya burung-burung yang berterbangan bersama angin, mereka bebas dan tidak perlu khawatir akan apapun.
Apakah di kehidupan selanjutnya ia memilih untuk menjadi burung saja? Desahan lolos dari mulutnya ketika sadar betapa konyol pikirannya itu.Sepanjang perjalanan pria dewasa itu terus saja kepikiran tentang sesuatu yang baru terjadi pagi ini. Pagi di mana seharusnya ia merasa ceria dan semangat justru ia menjalaninya secara muram.
Langit terlihat mendung, senada dengan apa yang dirinya rasakan. Pikirannya sedikit kalut tidak lain karena malaikat kecilnya kembali merengek padanya.Orang yang paling dicintainya itu sedang dalam kondisi kurang baik dan celakanya ia tidak bisa melakukan apapun walau hanya sekedar untuk menemaninya.
Ia harus bekerja, resiko bekerja pada orang ia tidak bisa mengajukan cuti seenaknya sebelum masa kerja tiga bulan. Dikarenakan dirinya baru bekerja dua bulan, ia tidak mungkin melanggar kontrak atau resikonya akan dipecat. Oh ayolah bahkan mendapatkan pekerjaan ini merupakan suatu keajaiban baginya.Dua tahun belakangan ini hidupnya seolah diruntuhkan, dan memperoleh pekerjaan adalah hal yang mustahil baginya. ia tidak tahu harus bagaimana jika pekerjaan yang sekarang mengharuskannya berhenti.
Bukannya ia tidak memiliki skill, dirinya bahkan mengantongi ijazah sarjana. Tapi seluruh perusahaan dan tempat kerja di Seoul serentak menolaknya bergabung. Ini tentu saja karena ulah seseorang yang sangat membencinya. Dan kebetulan orang itu merupakan seseorang berpengaruh yang mempunyai kekuasaan untuk melakukan hal itu.Bangunan restoran bertingkat dua tampak dalam pandangan. Di sanalah ia bekerja Clareu Restaurant. Bukan posisi yang penting, ia hanyalah asisten Chef tapi setidaknya pekerjaan itu bisa menghidupi keluarganya.
Beberapa meter lagi sampai di restoran tempatnya bekerja, ia melihat seorang wanita dengan pandangan kosong dan penampilan yang berantakan sedang berdiri di tepi jalan. Apa yang akan wanita itu lakukan? Mata dengan iris rusa itu menyipit.Dengan terhuyung wanita itu langkah demi langkah berjalan menuju jalan raya. Apa wanita itu ingin menyeberang? Tapi tidak ada zebra cross di sana. Salahkah bahwa saat ini ia berpikiran buruk? Seorang pengendara motor yang melaju kencang nyaris menyerempet namun wanita itu tidak bergeming. Apa wanita itu akan bunuh diri?!
Pria itu, Im Yoong terusik, dari kejauhan ia merasa gusar. Tidak Yoong! Jangan libatkan dirimu dengan hal merepotkan. Tentu ada orang lain yang melihatnya bukan cuma dirinya kan?
Batinnya bersuara. Terakhir kali ketika Yoong berusaha menolong orang lain justru dirinya terjebak dalam hal merepotkan.Kepala Yoong celingak-celinguk memandang orang-orang yang berada di sekitar. Tidak ada yang menyadari keadaan wanita itu selain dirinya, atau lebih tepatnya mereka merasa masa bodoh.
Sial! Dari kejauhan sebuah sedan hitam melaju cukup kencang. Tidak ada waktu lagi!
Yoong berlari. Meski pikirannya melarang tapi tubuhnya seakan tidak bisa diajak berkompromi. Yoong reflek menarik kencang wanita itu dari tengah jalan.Baru saja Yoong ingin menyuarakan kekesalannya justru wanita itu berteriak padanya.
"Yakk! Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku!!!"Sesaat Yoong mengerjapkan mata terkejut. Tapi dalam hitungan detik kekesalannya bertambah manakala wanita yang baru saja ditolongnya justru meneriaki nya dan kembali menuju jalan raya.
Yoong kembali menarik wanita itu menjauh, tapi wanita itu tetap berontak membuat Yoong tidak bisa mempertahankan keseimbangan tubuhnya sehingga membuat mereka berdua terjatuh bersama.