***
"Soojung-ah, cepatlah turun! Kita akan sarapan bersama.."
Seperti biasa, teriakan Nyonya Im mengawali rutinitas pagi hari di rumah itu. Tak berselang lama sesosok tubuh datang. Justru si sulung yang pertama hadir, anak bungsunya selalu datang paling akhir.
Ju Young datang dengan wajah kusut. Dia langsung menempati kursinya, pandangannya tertuju pada kursi paling ujung, tempat yang biasa Ayahnya duduki.Kemudian Ju Young beralih memandangi Ibunya yang sedang menyiapkan sarapan.
"Eomma.. Appa belum pulang? Kapan uri Appa akan kembali? Sudah tiga hari Appa tidak menghubungi ku. Dan ketika aku mencoba menghubungi Appa tapi panggilannya tidak aktif. Apakah Appa menghubungi Eomma?"
Mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari Ju Young membuat Sooyeon terbungkam. Benar juga, setelah pertemuannya terakhir Sooyeon tidak mendapat kabar apapun tentang Yoong. Lelaki itu tidak pulang ke rumah. Dan sejak kemarin anak-anak menanyakan keberadaan Ayahnya.
"Ju Young-ah, Appa-mu pasti sedang sibuk sehingga dia tidak sempat menghubungi mu. Nanti Eomma akan mencoba menghubungi Appa. Kau jangan khawatir eoh?"
Ju Young menganggukkan kepala sebagai jawabannya. Meski dia percaya dengan alasan yang diberikan Ibunya tapi tidak bisa menyembunyikan ekspresi wajahnya yang terlihat menyendu.
Sooyeon memberikan sepiring omelet pada si sulung.
"Nah sekarang habiskan sarapan mu. Di mana adikmu? Mengapa dia belum turun juga? Astaga.. jangan bilang dia masih tidur.""Soojung-ah! Segera kemari atau kau akan terlambat~"
"Ne Eomma.. Soojungie datanggg..."
Si bungsu datang dengan berlari. Butuh dua kali teriakan dari ibunya agar Soojung datang. Lebih dari ini ibunya pasti akan kembali mengomelinya."Huh, Appa masih belum pulang?"
Sama seperti Ju Young. Soojung kembali mempertanyakan ketidakhadiran Ayahnya.
"Kapan Appa kembali? Soojung merindukannya, Appa bahkan tidak menghubungi Soojung. Oppa, apakah Appa menghubungi mu?"
Ju Young kembali menggelengkan kepala lemah sebagai jawaban.
"Sebenarnya apa yang dilakukan Appa? Sebegitu sibuk kah hingga Appa melupakan putri kesayangannya? Bahkan Appa juga tidak menelepon! Lihat saja Soojung akan marah jika Appa melupakannya janjinya!"
Soojung menyendok oatmeal yang baru saja Ibunya sajikan.
"Janji? Janji apa?" Sooyeon merespon gerutuan putri bungsunya.
Soojung menatap Ibunya. Pipi bocah itu mengembung karena berhenti mengunyah untuk menjawab pertanyaan Ibunya.
"Aku, Oppa dan Appa berjanji untuk mencari kado natal bersama. Sebentar lagi Natal akan tiba dan Appa belum menyelesaikan pekerjaannya."Mendengar anak-anak yang terus mempertanyakan ketidakhadiran Ayahnya, Sooyeon menelan ludah gugup. Sebisa mungkin dia berusaha mengalihkan pembahasan tentang Yoong.
"Oh iya, anak-anak hari ini Ms. Bae ijin tidak bekerja jadi dia tidak bisa mengantar dan menjemput kalian.""Kalau begitu siapa yang akan mengantar kami? Eomma?"
"Tidak. Maaf Eomma tidak bisa mengantar kalian karena pagi ini Eomma ada rapat penting. Kalian akan di antar oleh-
Ting Tong..
Sooyeon menghentikan ucapannya karena mendengar bel berbunyi. Secara otomatis senyum kecil terulas di bibir tipisnya. Tanpa perlu menebak dia tahu siapa yang pagi-pagi bertamu.
"Orang yang kita bicarakan datang. Tunggu sebentar Eomma akan membukakan pintu..."
"Samchon?"
