Hari ini update karena ada reader yang nagih.. wkwk.
Happy reading!
Sooyeon beberapa kali menghapus air di sudut matanya karena lelucon Yoong. Dia tidak tahu Yoong ternyata memiliki sisi kocak.
Pria Im itu berkali-kali melempar lelucon yang membuat Sooyeon sampai tertawa terbahak-bahak. Sooyeon sempat berpikir pernahkah sebelumnya mereka seperti ini?Lima tahun pertama pernikahan memang bisa menjadi masa-masa sulit. Namun bisa pula menjadi masa-masa yang menyadarkan kita, betapa kehadirannya begitu istimewa dalam kehidupan kita. Seperti yang sedang Sooyeon rasakan.
Saat bertambahnya tahun demi tahun pernikahan mereka, Sooyeon menganggap pasangannya hanyalah sebatas orang biasa yang sudah terbiasa ada dalam hidupnya. Tak ada hasrat pada dirinya untuk membuat Yoong terkesan, tak ada ikhtiar untuk membuat diri Sooyeon meyakini bahwa kehadiran Yoong teramat berharga dalam hidupnya.
Menikah itu mudah, namun merawat pernikahan untuk tetap terikat kuat saat ujian berkali-kali menempa, jelas membutuhkan ketangguhan diri dan komitmen yang luar biasa. Sooyeon telah gagal. Dia gagal memahami perjuangan yang tidak terlihat, kesulitan yang harus dilalui, dan kesedihan yang dilewati oleh Yoong. Nasi sudah menjadi bubur. Dia telah melepaskan ikatan suci mereka, tidak ada jalan kembali.
Im Yoong melepaskan apron dan mulai menata makanan di atas meja. Sooyeon sudah duduk rapi di tempatnya menunggu. Dia tidak sabar untuk mencicipi masakan mantan suaminya yang sudah lama tidak dia rasakan. Sejujurnya akhir-akhir ini Sooyeon sangat ingin memakan masakan Yoong. Sooyeon tidak berselera memakan apapun karena terus memikirkan makanan yang dimasak oleh Yoong. Jika saja Sooyeon memiliki sedikit keberanian, dia bisa meminta Yoong memasakkan sesuatu untuknya. Tapi Sooyeon sadar, dia tidak memiliki hak apapun lagi untuk mengusik hidup Yoong. Pada akhirnya Sooyeon memohon maaf pada bayi dalam perutnya karena tidak bisa menuruti keinginannya. Hingga kejadian semalam terjadi, akhirnya Sooyeon mendapatkan keinginannya dan bayi mereka bertemu dengan ayahnya untuk pertama kali.
Jung Sooyeon sudah selesai makan beberapa saat lalu. Kini dia tengah mengamati Yoong makan dengan lahap. Benaknya mengatakan bahwa Yoong hidup dengan baik tanpa dirinya. Apa pria itu akan baik-baik saja jika sekarang Sooyeon mengatakan tentang kehamilannya?
Perkataan Appa kembali terngiang-ngiang di telinganya, Sooyeon memutuskan untuk memberitahu Yoong sekarang. Yoong harus tahu kalau dia adalah ayah dari janin yang kini berada di dalam kandungan Sooyeon. Apapun respon Yoong nanti biar Sooyeon yang menanggung konsekuensinya. Dia tidak ingin dihantui oleh rasa bersalah karena menyembuhkan tentang kehamilannya.
Sooyeon meraih tangan Yoong di atas meja lalu menyentuhnya. Tindakan kecil itu mampu membuat Yoong terkejut. Seperti ada aliran listrik yang menyengat kulitnya, tidak hanya itu jantung Yoong juga ikut berdebar hanya karena sentuhan kecil dari Sooyeon.
"Yoong, ada sesuatu yang harus kau tahu. S-sebenarnya a-aku..."
Ting Tong~
"Sooyeon-ah, tunggu sebentar aku harus membuka pintu."
Dengan agak terpaksa Yoong melepaskan tautan jari mereka. Sooyeon mendesah karena pembicaraan penting itu harus di tunda padahal dia sudah berusaha keras menyiapkan diri."Hyung???"
Sosok Yuri berdiri di depan pintu dengan raut wajah khawatir.
"Yoongie-ya, apa Sooyeonku berada di sini? Semalam dia tidak pulang dan aku tidak bisa menghubunginya. Aku sungguh khawatir terlebih Sekretaris Hwang memberitahuku apa yang terjadi pada Sooyeon kemarin malam."Yoong membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan Yuri masuk.
"Sayang, apa yang terjadi? Kau baik-baik saja hm?"