Amor Fati : VII

416 51 25
                                    

***

Setelah menyelesaikan acara makan malam, Appa Jung mengajak Yoong berbicara di ruang kerjanya. Ulang tahun Appa Jung dirayakan dengan sederhana. Beliau menolak mengadakan pesta, hanya menginginkan makan malam bersama keluarganya, berkumpul bersama anak menantu dan kedua cucunya.

Sempat berpikir lama, Yoong memutuskan memberikan hadiah dengan cara lain. Yoong tidak bisa memberikan barang karena ia tahu mertuanya itu sudah memiliki segalanya.

"Aboenim, mengenai pembangunan villa dan resort di Jeju sudah 100% rampung. Aku bekerja keras menyelesaikan lebih cepat dari target sebagai hadiah untuk ulang tahunmu. Aboenim bisa memeriksanya sendiri."

"Aku senang mendengarnya Yoong. Terima kasih atas hadiahnya.. Kau sudah bekerja keras."

"Itu bukan apa-apa Aboenim. Aku hanya bekerja menjalankan tugas. Semua ini berkat para pekerja yang bisa bekerja sama dengan baik hingga proyek ini cepat selesai."

"Yeoksi, aku tidak salah pilih menantu. Biarpun kata orang aku kurang beruntung karena putriku satu-satunya menikah dengan orang biasa. Tapi aku bisa menilai dirimu, kau orang yang sangat bertanggung jawab dan bekerja keras. Aku tidak membutuhkan menantu kaya, untuk apa karena aku sudah kaya. Aku hanya ingin putriku bahagia.
Terlepas dari alasan kalian menikah, apa kau pernah berpikir untuk menceraikan Sooyeon? Apa selama ini putriku memperlakukan mu dengan baik?"



Sesaat Yoong tercekat mendengar pertanyaan yang diajukan oleh mertuanya. Yoong sama sekali tidak menyangka akan pertanyaan itu. Lidahnya kelu. Apa selama ini Yoong berbuat kesalahan?
Yoong akui meski diawal sempat memperlakukan Sooyeon kurang baik tapi setelah itu ia sadar. Bahwa Jung Sooyeon adalah istrinya yang secara resmi. Tidak hanya menghormatinya, bersikap baik atau melindunginya. Peran Yoong sebagai suami lebih dari itu. Sooyeon berada dalam tanggung jawabnya, seumur hidup. Meski sering kali mereka berselisih sama sekali Yoong tidak terpikir untuk menceraikan Sooyeon, terlepas dari perjanjian mereka dulu. Yoong sudah benar-benar melupakan kesepakatan itu.

"Aboenim.."

"Yoong, kau tahu.. meski terdengar kasar tapi sebelum aku memutuskan memaksamu untuk menikahi Sooyeon, aku telah menyelidiki semua latar belakang mu. Semua ini kulakukan demi kebaikan Sooyeon. Aku menyewa lebih dari satu detektif swasta. Ketua jaksa Seo pasti akan menyesal sudah menyia-nyiakan orang seperti mu. Sedikit banyak aku tahu apa yang telah mantan mertua mu lakukan padamu. Pasti sulit kan selama ini, terima kasih telah bertahan. Dan maaf, aku telah memanfaatkan kelemahan mu. Sungguh, aku melakukan ini demi Sooyeon."
Setelah menyelesaikan perkataannya Appa Jung menepuk-nepuk bahu Yoong.

Yoong menundukkan kepala. Demi apapun ia sangat terharu. Sungguh beruntung Yoong menjadi bagian dari keluarga Jung, dikelilingi orang-orang baik. Jikalau ada yang disesali, Yoong menyesal karena sempat berpikiran buruk pada mertuanya, orang tua Sooyeon.

"Aku tahu bagaimana kau bekerja keras menghidupi mendiang istri mu di Tiongkok. Kau mengumpulkan pundi-pundi uang dengan bekerja sebagai pegawai proyek. Tapi aku masih tidak mengerti mengapa kau kembali ke Korea? Padahal saat itu posisimu sudah di atas dan mendiang istrimu menjadi dokter residen di rumah sakit swasta terbesar di Tiongkok."

Setelah lama menunduk Yoong memberanikan diri mengangkat kepalanya. Appa Jung menatapnya teduh. Yoong memutuskan dia akan jujur, menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Itu semata Yoong lakukan karena tidak ingin mengecewakan Appa Jung yang sudah mempercayai, menerima dan memperlakukannya dengan baik.

Iris rusa itu menatap langit-langit ruang kerja sang mertua. Kilasan memori yang ia kira sudah memudar nyatanya kembali terkumpul rapi saat Ayah mertuanya menyinggung tentang masa lalunya.

EpitomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang