Dua tahun kemudian..
Tokyo, Japan
Suara alarm berbunyi nyaring menyadarkan seseorang dari pekerjaannya. Sudah waktunya makan siang. Orang itu meletakkan mouse yang sejak beberapa jam lalu di genggaman. Dia meregangkan otot dan syarafnya yang tegang akibat duduk terlalu lama menghadap komputer.
Sekali lagi netra seperti rusa itu melihat jam di dinding untuk memastikan. Kemudian dia meraih ponsel dan jaket lantas pergi meninggalkan ruangan yang setahun ini di tempati olehnya. Di perjalanan dia fokus pada ponsel sambil sesekali memperhatikan jalan di depannya. Senyum di bibirnya merekah ketika satu notifikasi masuk. Setelah membacanya dia segera mempercepat langkah karena seseorang sudah menunggunya.
Langkah kakinya berhenti di depan sebuah bangunan. Dari luar mata rusanya mencari sosok tubuh yang sangat dihafalnya. Benar saja, sosok itu kini sedang duduk tepat di pinggir jendela kaca. Tidak perlu berpikir, dia segera menghampiri sosok itu.
"Ju Young-ah.."
Sosok itu menoleh dengan cepat seraya melambaikan tangan menyambut kedatangannya.
"Appa!"
Seseorang yang baru saja dipanggil Appa itu mendekat lalu mengacak rambut putranya gemas.
"Oh Yoong-san, Konnichiwa.."
こんにちは
(Oh Yoong-ssi, Selamat siang..)
Seorang wanita yang sejak tadi menemani putranya berdiri menyapa Yoong. Belum sempat Yoong balas menyapa wanita itu kembali mengeluarkan suaranya dengan ramah.
"Shibaraku deshita. Ogenki desu ka?"
しばらくでした。お元気ですか。(Sudah lama tidak bertemu ya. Apa kabar?)
"Hai, okagesama de, genki desu."
はい、おかげさまで、元気です。(Ya, berkat doa mu, sehat.)
Wanita itu tersenyum manis kemudian kembali duduk. Yoong berdehem lalu mengikutinya duduk di samping putranya, entah kenapa sekarang dia merasa sedikit canggung."Sensei, sudah berapa kali ku bilang untuk berbicara bahasa Korea saja denganku."
"Yoong-ssi, sudah berapa kali ku katakan jangan panggil aku sensei."
Dengan cepat wanita itu membalas ucapan Yoong.
"Yoong-ssi, Apa kau masih merasa canggung denganku?"
"Tidak bukan begitu. A-aku.."
Wanita itu menunggu Yoong melanjutkan ucapannya.
"Benar, terima kasih sudah menemani anakku."
"Tidak masalah. Lagipula Ju Young adalah murid ku."
Bae Irene, selaku guru Bahasa Korea yang mengajar di sekolah tempat Ju Young melanjutkan pendidikannya, setelah Yoong memutuskan pindah ke Tokyo dua tahun lalu. Selama ini Bae Irene banyak membantunya, selain menjadi tutor mengajarkan bahasa Jepang dia juga sering menemani Ju Young seperti saat ini.
Yoong sama sekali tidak menaruh kecurigaan pada wanita itu. Sebelumnya Irene pernah bekerja sebagai guru les anak-anaknya. Hingga suatu ketika dia mengundurkan diri memutuskan untuk pergi ke luar negeri dan mereka kembali bertemu di Tokyo. Sungguh kebetulan yang aneh, menurut Im Yoong. Tapi lelaki polos itu tidak memikirkannya lebih jauh. Malahan dia bersyukur dipertemukan dengan orang yang dikenalnya di tempat asing. Lagipula Irene banyak membantunya sehingga dia tidak perlu menaruh rasa curiga yang tidak berdasar.