Yoong berhenti lalu dengan wajah datar menatap mantan istrinya. "Wae?"
"Saranghae, pabo-ya!"
Yoong masih mencerna ucapan Sooyeon. Dia hanya berdiri mematung dengan wajah bingung. Melihat reaksi Yoong justru membuat Sooyeon menjadi gemas. Berikutnya wanita CEO itu berhambur memeluk Yoong, menyembunyikan wajahnya di lekukan leher serta menghirup keras aroma tubuh mantan suami yang dua tahun tidak dijumpainya.
"Im Yoong, aku mencintaimu bodoh!"
Di musim semi dan bunga Sakura sebagai saksi, hati yang dulu telah hancur berkeping-keping kini perlahan mulai menyatu kembali hanya karena ucapan cinta dari seorang Jung Sooyeon, wanita yang diam-diam masih menjadi pemilik hati Im Yoong.
Meski di pikiran menyuruhnya untuk mendorong wanita itu menjauh, Yoong tidak akan pernah bisa melakukan itu. Terlebih dia mengingat percakapannya dengan Appa Jung pagi tadi. Setelah Ju Young dijemput oleh orang suruhan mantan istrinya, Yoong mendapat panggilan dari Appa Jung. Lelaki paruh baya itu meminta Yoong untuk berkunjung di kediamannya.
"Sebagai Ayah aku tidak akan terima bila putriku di sakiti. Bahkan aku akan mencari orang yang menyakiti putriku untuk membalas atau sekedar memberi perhitungan padanya. Tapi ketika putriku justru menyakiti orang lain, aku tidak bisa berbuat banyak Yoong. Bahkan untuk sekedar menghukumnya aku tidak tega. Kasih sayangku lebih besar dari murka ku. Untuk hal itu, aku meminta maaf padamu."
"Aniya Aboenim. Jangan meminta maaf atau merasa bersalah padaku. Itu bukan kesalahanmu."
"Aku meminta satu hal padamu, saat nanti kalian bertemu tolong jangan berlaku keras padanya. Dia memang bersalah tapi selama ini dia sudah melalui banyak hal sulit Yoong. Setelah kepergianmu, dia menderita depresi. Dan kami baru mengetahui bahwa selama bertahun-tahun Sooyeon rutin melakukan bimbingan psikologis dengan psikolog. Aku bertaruh bahwa kau juga baru mengetahuinya sekarang. Anak itu sukses menyembunyikan hal sepenting ini dari semua orang.
Oleh karena itu, jika kau belum bisa memaafkan dirinya setidaknya jangan bersikap keras padanya. Mau bagaimana pun dia adalah putriku yang berharga."
Sesuatu yang harus dipelajari. Jangan pernah menghukum orang dengan kesalahan atau jalan yang mereka pilih untuk hidupnya. Karena kita tidak tahu seberapa berat bahu dia untuk menguatkan diri dengan segala lika-liku yang telah dia lalui. Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk mendapatkan pelajaran dalam hidup. Ketika seseorang melakukan kesalahan sebesar apapun, dia memiliki hak untuk memperbaiki dan tidak mengulangi.
Maka yang dilakukan oleh Yoong adalah melepas pelukan wanita itu dengan pelan. Tindakan Yoong membuat wanita pemilik nama Jung Sooyeon mendongak untuk menatap langsung wajah pria rusa yang selama dua tahun tidak dilihatnya. Netra laksana rusa itu memilih memutus pandangan seraya mulai bersuara.
"Kembalilah.."
"Kau harus ikut denganku." Tidak hanya dengan permintaan tegas, wanita itu turut memegangi ujung kemeja Yoong. Tindakan itu tidak luput dari penglihatan Yoong dan dia mengerutkan kening akan tingkah Sooyeon yang tidak biasa.
Sooyeon melanjutkan ucapannya. "Bukankah kedatangan mu untuk menjemput Ju Young?"
Yoong mengangguk. Lantas tanpa mengatakan apapun Sooyeon menarik tangan Yoong kemudian berjalan lebih dulu. Mau tidak mau Yoong hanya pasrah mengikuti.
"Soojungie?"
Yoong memanggil Soojung. Anak perempuan itu berhenti kemudian menatap laki-laki yang selama ini diketahui sebagai Ayahnya. Yoong memberikan senyum terbaiknya. Tapi senyuman Yoong berubah getir saat Soojung melengos dan memilih berbalik. Dia menarik tangan Ibunya mengajak untuk segera pergi dari tempat itu.