"Eomma.."
"Iya sayang.." Sahut Sooyeon lembut sembari terus membelai rambut panjang Soojung.
"Ap-pa.. "
Soojung menggumam tidak jelas dalam dekapannya. Sooyeon mengira putrinya itu merasa kesakitan. Sontak seraut wajah cemas semakin tergambar di paras ayunya.
"Appaseo? Katakan pada Eomma di mana yang sakit?" Gerakan Sooyeon yang memeriksa tubuh Soojung terhenti saat putrinya itu malah menggelengkan kepala.
Hari ini sang anak merengek ingin ikut ke kantor. Sooyeon terpaksa membawanya karena kedua orang tuanya juga sedang melakukan perjalanan bisnis di luar negeri. Appa tidak bisa jauh dari istrinya. Oleh karena itu, kemana pun lelaki tua itu pergi turut membawa serta sang istri.
Sooyeon kembali mengecek suhu tubuh Soojung. Tampak lebih panas dari sebelumnya. Pantas saja sejak pagi Soojung terus merengek dan tidak ingin jauh dari dirinya. Ketika sedang sakit Soojung akan lebih rewel. Maka Sooyeon mengikat rambut hitam panjang putrinya, agar Soojung bisa lebih leluasa dan merasa nyaman.
Tatapan sayu yang diikuti ucapan Soojung selanjutnya sanggup membuat wanita CEO itu tidak bisa berkata-kata.
"Appa.. Soojung ingin Appa.. Soojung merindukan Appa juga Oppa.."
Deg!
Ketukan pintu yang diikuti kedatangan Sekretaris Hwang menarik Sooyeon dari pikirannya yang sempat kosong.
"Ms. Jung, rapat sebentar lagi akan dimulai. Para investor sudah menunggu Anda di ruang rapat."
Sekretaris Hwang masih menunggu tanggapan dari Jung Depyo. Namun wanita CEO itu tampak bimbang. Dia berkali-kali melempar pandangan pada jam di dinding ruang kerja dan Soojung yang menempel di atas pangkuannya. Sekretaris Hwang langsung paham, mungkin saja dia khawatir bila harus meninggalkan Soojung.
"Anda tidak perlu khawatir, biar saya yang akan menjaga Nona Soojung. Jadi-
"Batalkan rapat."
"Ne?" Sekretaris Hwang tentu saja terkejut.
"Tolong atur kembali jadwal pertemuan. Beri pengertian pada mereka. Aku tidak bisa meninggalkan putriku dalam keadaan seperti ini."
"T-tapi Ms. Jung mereka adalah investor penting kita yang akan-
"Aku tahu. Tapi putriku lebih penting dari segalanya. Satu lagi, hari ini aku akan pulang cepat. Aku harus memeriksakan anakku ke dokter. Aku mengandalkan mu Chorong-ssi."
"Ne Ms. Jung aku akan mengurus semuanya. Kau bisa mengandalkan ku."
Sekretaris Hwang membalas senyuman wanita CEO. Setelah dia ikut mengantarkan Jung Depyo ke lobby, sebuah mobil telah menunggu. Selepas kepergian mobil itu senyumnya surut dan bahunya meluruh. Sekali lagi tugasnya belum selesai, dia harus menemui para investor penting yang mungkin sekarang kesal karena telah menunggu cukup lama. Bukan hanya itu, Sekretaris Hwang harus kembali menjadwalkan ulang pertemuan penting mereka.
Seketika wanita yang sebentar lagi berulang tahun yang ke-30 itu memijat kepalanya pusing sambil berjalan tergesa menuju lift.***
Teh chamomile-nya telah dingin. Awan mendung di luar sana telah merintikkan hujannya di bulan Desember ini.
Maka setelah membayar tagihan atas makanannya, Sooyeon melangkah pergi dari restoran yang setengah jam lalu dia datangi. Salju sedang turun. Kantor Blanc Group tepat berada di seberang jalan namun wanita itu memutuskan untuk berdiri di depan restoran.
Sesekali dia merespon sapaan beberapa pegawainya yang juga menghabiskan makan siang di restoran ini.
Mata cokelat tajam itu tampak menerawang. Lebih tepatnya pikiran Sooyeon sedang berkelana. Winter, December dan Christmas. Selalu memberikan efek melankolis baginya, terutama sejak dua tahun ini. Karena sejak dua tahun lalu Christmas tidak lagi sama.