•Tulisan bercetak miring adalah flashback atau kata asing
Draft Epitome direvisi, sebagian bab sengaja di unpublish. Maafkan atas ketidaknyamanannya. Author terpaksa melakukan hal ini untuk mengubah sebagian struktur ceritanya.
***
"Sica-ya.."Malam itu Yuri baru pulang kerja. Setelah membersihkan diri ia menghampiri Sooyeon yang sedang berbaring di kasur. Kekasihnya itu kurang sehat, sejak pagi mengalami mual. Oleh karena itu Yuri melarang Sooyeon untuk pergi bekerja.
Ngomong-ngomong, di Hongkong mereka tinggal bersama. Keduanya bertemu di negara ini dalam kondisi kurang baik. Awalnya mereka hanyalah orang asing yang tidak sengaja bertemu karena Sooyeon adalah salah satu pelanggan di restoran tempat Yuri bekerja. Sooyeon kerap kali mabuk dan Yuri terpaksa mengantar wanita itu pulang. Sejak saat itu mereka mulai mengenal hingga hubungan mereka berlanjut ke tahap yang lebih serius.
Panggilan dari Yuri membuat Sooyeon mengalihkan fokus dari kegiatannya yang sedang bermain ponsel. Tapi ada yang berbeda dari tatapan kekasihnya itu.
"Ne Seobang.. Waeyo? Kenapa kau menatapku seperti itu?"
Ucap Sooyeon dengan nada merajuk."Aniyo. Kau sangat cantik hingga aku kehilangan kata-kata karena memandang wajahmu."
Blush! Pipi Sooyeon tentu saja bersemu merah. Sebagai kekasih Yuri tidak pernah gagal membuat Sooyeon merasa sangat dicintai. Tapi Sooyeon tidak mungkin terang-terangan membiarkan Yuri melihat rona merah di pipinya.
"Tidak mempan! Kau itu suka sekali menggombal..""Mwo? Aku tidak menggombal, lagipula itu kenyataan eoh.."
Sooyeon membuang pandangannya karena pipinya memerah atas pujian Yuri. Ia berusaha menahan senyum di bibirnya.
"Coba sini lihat. Sepertinya ada sesuatu di wajahmu.."
"Hmm? Benarkah? Apa itu?"
Cupp~
Yuri mengecup singkat bibir mungil Sooyeon. Sooyeon membelalakkan mata kaget mendapat perlakuan seperti itu.
"Yakk! Kenapa kau suka sekali mencuri ciuman dariku! Dasar menyebalkan!!!"Bugh~ bugh~
Sooyeon terus memukuli tubuh Yuri. Yuri dengan sigap menangkap tangan kekasihnya.
"Memangnya jika aku meminta izin terlebih dulu untuk mencium mu kau akan mengizinkan?""I-itu.."
Sooyeon menggigit bibir bawahnya merasa malu untuk menjawab. Melihat itu Yuri tidak menyia-nyiakan kesempatan hingga ia kembali mendaratkan ciuman di bibir Sooyeon. Kali ini bukan hanya sekedar kecupan, Yuri melumat lembut bibir tipis kesukaannya itu. Sooyeon balas mencium dengan lembut.
Ciuman terlepas, Yuri kembali menatap kekasihnya. Tangannya bergerak menggenggam Sooyeon, memberikan usapan-usapan kecil di sana."Sica-ya, ku pikir kita tidak bisa terus begini.. hubungan kita.."
Tatapan Yuri yang sedemikian intens membuat Sooyeon gugup sehingga berpikiran macam-macam. Sebelumnya Yuri belum pernah menatapnya seperti itu. Ada rasa kekhawatiran di diri Sooyeon.
"A-apa ma-maksudmu? Jangan bilang kau akan-"Aniya. Apapun yang kau pikirkan saat ini tidak benar."
Yuri menyentil kening lebar Sooyeon.
"Aw! Mengapa kau menyentilku?!"
Sooyeon menatap sewot sambil mengusap keningnya yang tadi disentil Yuri. Yuri menyingkirkan tangan Sooyeon, sebagai gantinya dia mencium tepat di titik dia menyentilnya tadi.