Kalau ceritanya seru janji buat beri dukungan ya? 1,2,3 oke deal!🥰🤝
Perkenalkan, aku Delion. Berjenis kelamin, pria. Terbiasa dipanggil Leon. Aku adalah salah satu warga bawah tanah. Di bawah tanah, terdapat kehidupan layaknya di atas tanah atau bisa juga disebut kerak bumi.
Suku Ogbin dikenal dengan ciri ciri seluruh tubuhnya berwarna hijau. Tepatnya, hijau persis kacang hijau. Kami hidup di daerah antara inti bumi dengan kerak bumi.
Saat ini, disini tak begitu panas. Tempat ini tergantung pada cuaca kerak bumi. Namun, ketika tsunami, gempa bumi, atau bencana lain melanda, kami akan mengungsi di dalam akar akar besar dari pohon yang kuat menahan beban kami. Akar akar itu sangatlah kokoh. Dibuat 1000 tahun lalu dan sekarang masih berfungsi dengan baik.
Kami sudah memperkirakan hal itu akan menjadi ancaman besar untuk kami. Jadi leluhur kami sudah membuatnya lebih dahulu untuk cucu cicitnya kelak.
Disini sangatlah damai. Jarang ada pertengkaran. Karena kami sangat menjunjung tinggi persaudaraan. Saling menyayangi satu sama lain.
Di sekolah kami tidak mengajarkan segala hal seperti di kerak bumi. Sekolah kami hanya menanamkan prinsip-prinsip mencintai tanah air kelahiran kami.
Tidak ada Matematika, fisika, dan kimia. Mapel yang biasanya orang-orang kerak bumi pelajari. Kudengar, orang bumi selalu bilang kalau mapel-mapel tersebut sangat sulit dan menyebalkan.
Dan juga setelah lulus, kami diwajibkan memilih satu dari dua pilihan. Yaitu, Menjadi tentara dunia bawah tanah atau pergi merantau untuk misi menghancurkan kerak bumi.
Kami lulus setiap 100 tahun. Ini memang sangat berbeda. Setiap 100 tahun, pasti ada 1 lulusan yang pergi untuk merantau untuk misi tersebut. Dan boleh pulang kembali minimal saat usia 77 tahun, lebih 7bulan, 17 hari.
Entah saat misi itu berhasil atau pulang hanya sekedar untuk melaporkan pembaruan/updatean kehidupan orang orang kerak bumi. Yang jelas itulah peraturan yang masih berlaku hingga sekarang.
Dan pada tahun ini, akulah yang dikirim merantau untuk misi tersebut.
________________________________
Ruang Laboratorium.
"Delion... Anda cek bagian kepala ya..." lirih kakek tua berpakaian jas putih yang sudah kusam. Tangannya terus mengutak-atik pasien yang ada di depannya. Beliau sudah tua, namun semangatnya tak pernah surut.
Aku yang sedang mencuci tangan segera mengiyakan perintah guruku itu. Segera kulangkahkan kaki menuju kepala pasien.
Kami sedang meneliti tipe darah yang cocok berdasarkan buku panduan turun temurun dari teman professor.
1 mayat, 2 mayat, 5 mayat, 10 mayat. Sudah 9 hari berlalu. Tapi tipe darah yang kami cari belum juga ditemukan. Padahal kondisi diluar tempat ini sangat genting.
Ini hari ke-11. Tak ada yang spesial di hari ini. Kami bekerja keras untuk menemukan tipe darah yang dimaksud. Tapi tetap hasilnya nihil.
Hari sudah petang. Kami istirahat sejenak untuk mengisi perut. Sejak tadi siang belum ada yang mengisi lambung kami.
Trriinggg triinggg!
Bunyi telpon rumah di sebrang sana. Tepatnya didekat kamar prosesor.
"Biar aku saja yang angkat" Celetukku. Segera kutaruh piring berisi setengah nasi dan ayam yang sudah terkoyak masuk ke lambungku.
"Halo? Kediaman penelitian Sel darah disini. Ada yang bisa dibantu-" terpotong oleh suara dari sebrang sana.
"HEY! BAGAIMANA?! SUDAH SEMINGGU LEBIH INI!! KALIAN TAHU TIDAK INI SANGAT GAWAT!!!!!" Pekik pria berusia sekitar 35 tahun diseberang sana.
Deg!
Hatiku terasa sesak. Raut wajahku yang tadinya ceria kini berubah suram.
Aku ingin menangis. Ingin sekali..
Merasa tak ada jawaban dariku, pria itu berbicara kembali.
" HEY! JAWAB BODOH! MANA PROFESSOR ARSON?!!!" Pekiknya lagi. Ah aku tak tahu harus menjawab apa. Segera ku berikan genggaman telpon itu ke Professor."Iya.. halo.." lirih Professor Arson.
"Sudah seminggu lebih, prof! Bagaimana!? Apakah anda sekalian sudah menemukan cara!? Saya disini mengisolasi diri..! Anak.. istri.. keluarga saya.. sudah tak ada yang selamat...!" Pekik pria itu seraya menahan Isak tangis dan cemas.
Professor tampak bingung juga sangat sedih. Raut wajah tua nya dan juga tatapan matanya sangatlah suram seperti tak ada harapan.
Professor hanya mendengus. Pertanda ia tak tahu harus menjawab apa. Karena yang ia kabarkan adalah hal buruk. Tentu ia bimbang.
"Kami disini masih sangat mengusahakannya, pak... Anda mohon lebih bersabar-" omongannya dipotong lagi oleh pria disebrang sana.
"CEPAT USAHAKAN! SAYA AKAN MENELPON ANDA SEKALIAN KEMBALI!" pekik pria sebrang sana kemudian memutus sambungan telpon secara sepihak.
Masalah itu membuat kami bagaikan bekerja rodi. Lebih tepatnya seperti robot.
"Prosessor... Makan dulu.. nanti kita pikirkan lagi" ucapku lemah lembut.
"Oke segera habiskan makanan anda. Ada suatu hal yang harus saya tunjukkan pada anda." Ucap tegas Professor.
Itu membuatku kembali bersemangat. Kami segera menghabiskan makanan.Sekarang malam.
Kami bergegas pergi. Entah kemana Professor mengajakku malam ini.
"Disana dingin... Pakai bajumu yang lebih hangat ya..." celetuk Professor membangunkan lamunanku.Setelah makan malam, kami segera bergegas pergi.
Ini pertama kalinya sejak 2 tahun aku tidak keluar dari tempat penelitian Professor.
Banyak sekali orang orang diluar...
Professor melambaikan tangannya. Dan kami segera masuk taksi tersebut.
Aku melamun lagi. Mungkin efek bekerja selama 2 tahun belakangan ini. Sangat sibuk. Sangat seru juga. Sedikit menjenuhkan. Ya, impianku saat di dunia manusia adalah menguasai sains.
"Delion... Maaf merepotkan anda... Selama 2 tahun ini, saya akan menceritakan segalanya kepada Anda. Jadi, mohon dengarkan..." Omongannya membangunkan lamunanku lagi.
Aku mengangguk. Pertanda siap Mendengarkan cerita Professor.
"Dulu, saya diangkat menjadi murid oleh seorang Professor tak dikenal. Dia mengajarkan berbagai ilmu kepada saya. Di tempatnya, saya diajak bergabung ke perkumpulan besar ilmuwan dunia. Disana banyak sekali orang-orang hebat. Kamu tau? Disana saya belajar dengan giat. Yah, hingga saya seperti sekarang ini. Dan... Saya ingin kamu juga bisa melampaui saya.." ucapnya sembari senyum tipis.
"Disana saya bertemu dengan banyak sekali ilmuwan. Ada muda ada tua ada juga beberapa anak-anak kecil seperti saya. Namun mereka sepertinya jauh lebih pintar dari saya. Disana saya melakukan berbagai penelitian. Meneliti sel darah, meneliti kulit, meneliti kuku, meneliti kromosom, meneliti segala yang terdapat pada makhluk hidup. Disana adalah praktek. Jika saya membutuhkan teori, disana juga terdapat perpustakaan besar. Sangat besar. Ada sekitar 40 tahun saya menghabiskan waktu saya disana. Setelahnya saya keluar sebagai lulusan terbaik sel darah. Makanya saya bisa mendirikan tempat kita tinggal." Senyumnya lagi.
"Saat menempuh ilmu dalam waktu yang sangat lama, saya juga memiliki banyak teman dekat. Kamu tahu? Yang kamu bilang Professor Zoni? Itu adalah teman dekat saya.." ucapnya diakhiri tertawa kecil.
Yah, sepertinya Professor telat menceritakan kepadaku. Itu membuatku agak sedih. Namun mengetahui bahwa Professor adalah teman dekat beliau adalah suatu kebanggaan.
"Profesor Zoni bilang kepada saya dan teman dekat yang lain, kalau ada suatu tempat rahasia yang dikatakan gurunya. Guru yang mengajaknya bergabung saat ia kecil. Tempat itu benar benar tak terawat. Mitosnya dijaga oleh banyak leluhur makhluk halus yang sudah berubah menjadi roh jahat. " Lagi lagi profesor tertawa kecil.
"Makanya Zoni ga berani masuk ke sana. Dan sekarang, kita akan kesana untuk mengambil buku pengetahuan yang sudah beribu tahun disimpan disana."
Mau tau cerita lanjutannya? Please voment dan juga follow akun author ya☺️ makasih 🥰❤️
![](https://img.wattpad.com/cover/271799988-288-k749837.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Delion (SELESAI)
Fantasy-Delion- Sara atau elena? Aku ingin menjaga keduanya. Tapi, Elena, aku tak akan mencintai wanita lain selain dirimu. Jika kamu terlahir kembali. Menikahlah denganku. ___________________________________________________ Kisah ini adalah kisah fantas...