Kini kami sudah sampai di stasiun Donmegat. Pria tua itu bergegas membayar tarif taksi itu dan kemudian kami keluar dari mobil taksi tersebut.
" Ya.. Ini masih jauh. Kita bisa naik kereta untuk melanjutkan perjalanan ini." Celetuknya. Lalu ia pergi mengantre.
Aku duduk sembari memakan salah satu cemilan favoritku saat malam hari. Juga susu stroberi kesukaanku. Kami membawa banyak sekali persediaan pangan.
"Sudah. Tinggal tunggu 25-30 menit lagi." Jelas kakek tua itu duduk di sebelahku. Ia membuka salah satu cemilan favoritnya, juga minuman penghangat untuk menghangatkan tubuhnya sekarang.
Banyak kereta berlalu lalang dihadapan kami. Tetapi tak satupun kami naiki. Aku pikir ini akan cukup lama untuk menunggu kereta jurusan kami. Tak sadar aku pun tertidur.
"Anda bangunlah.. kereta sudah didepan kita sekarang. Bergegaslah" ucap pria tua itu sembari mengangkat barang-barang kami.
Aku hanya berdehem. Lalu cepat-cepat tersadar. Aku membantu Professor membawa 2 tas jinjing lainnya. Kami membawa 3 tas jinjing besar.
Bergegas kami naiki kereta itu. Mata lelaki tua itu cepat-cepat mencari kursi kosong untuk 2 penumpang.
"Kalau tidak buru buru, tentu saja kita tak akan mendapat tempat duduk." Ucapnya sembari merapikan posisi tas.
"Lagipula, mana ada orang yang akan empati pada saya. Kita tak tahu tempat asing ini. Bagaimana sikap atau kepribadian orang-orang disini pun kita tak tahu."
Aku hanya mengangguk, masih mengunyah sisa sisa cemilan tadi. " Anda tidur saja. Nanti kita ganti sift berjaga. Anda bisa berjaga di siang hari. Sekarang, tidurlah." Profesor itu membuka halaman demi halaman dari buku yang digenggamnya. Delion tak tahu kakek tua itu mencari informasi apa.
Sudah 2 jam berlalu. Profesor sepertinya tidak menemukan apa yang dia cari. "Prof...?" Celetuk Delion memecah keheningan kereta api ini.
Profesor menoleh. " Anda tidur saja... " Seraya menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskan dengan panjang. Mendengar hal itu, Delion segera menutup matanya. Takut-takut kalau profesor menunjukkan amarahnya.
Lagipula selama 2 tahun bersama, Delion tidak pernah sekalipun melihat kakek tua itu marah. Delion semakin penasaran, apalagi kejadian waktu itu membuat Lion bergidik ngeri. Tapi anehnya, profesor tetap menanggapi dengan kepala dingin juga lemah lembut.
Mungkin karna profesor sudah tua sekali? Entahlah.Tak sadar lion tertidur cukup lama. Sebenarnya anak lelaki itu tidak bisa tidur, ia hanya memejamkan mata agar tidak mengganggu profesor. Hingga akhirnya lion bukan berpura pura melainkan tidur layaknya orang orang tidur.
POV 1
"Anda bangun.. Sudah pagi"
"Lion... Lion...." Seperti ada yang memanggil namaku. Mustahil jika itu profesor. Sejak hari pertama kami bertemu, ia tak pernah memanggilku dengan nama. Yah, walaupun beliau tahu namaku."Hmmm..." gumamku seraya menggeliat. Hampir terjatuh dari kursi, tapi segera tersadar bahwa sekarang ini kami masih berada di kereta.
"Delion... Anda bangun" terdengar kembali suara lelaki paruh baya seraya merapikan sarapan yang telah diantar pramugari cantik berkulit putih dibalut stocking hitam.
Eh?! Siapa itu? Masa sih Profesor...?
Segera membuka kedua mata untuk memastikan siapa yang memanggil namaku. Sementara disampingku hanya ada profesor seorang.
Mungkinkah ada orang lain yang namanya sama denganku? Sepertinya tidak."Ah... Prof.. maaf, apa tadi ada yang memanggil nama saya ya...?" Aku bertanya penuh keraguan.
"Saya" jawabnya singkat seraya menuangkan kopi kedalam gelasku.
Deg...!
Ini... seriusan? Profesor yang memanggilku, dengan nama....?
![](https://img.wattpad.com/cover/271799988-288-k749837.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Delion (SELESAI)
Fantasi-Delion- Sara atau elena? Aku ingin menjaga keduanya. Tapi, Elena, aku tak akan mencintai wanita lain selain dirimu. Jika kamu terlahir kembali. Menikahlah denganku. ___________________________________________________ Kisah ini adalah kisah fantas...