bagian 5

5 4 0
                                        

Suasana disini masih pagi. Suasana diluar rumah kediaman almarhum profesor Zohrd. Tapi, suasana hati Lion sangat tidak baik-baik saja.

Kejadian pagi ini membuatnya ingin mencurahkan semua isi hatinya saat ini.

Ia ingin berteriak. Keadaan pria muda itu sekarang sangat terpuruk. Bukan wanita yang ia harapkan. Tapi, kesembuhan profesor, Arson.

Delion melangkah setapak demi setapak. Kali ini, ia tak akan goyah lagi. Kemarin, ia sudah menghabiskan seluruh waktunya untuk menjelajahi pulau ini.

Meskipun belum semua terjelajahi. Ia sadar, profesor lebih membutuhkannya saat ini.

Jadi, Lion menunda keinginannya untuk menjelajahi pulau ini sampai ke akar-akarnya.

Raut wajah lion yang biasanya ceria, sekarang benar-benar murung.

Tatapan matanya yang kebawah dan bibirnya yang tidak menggoreskan senyuman kecilnya yang biasanya diperlihatkan pada orang banyak.

Dan mimik wajahnya yang lesu. Pagi ini, pria muda itu memang belum sempat sarapan. Lion merasa tidak lapar sedari tadi. Pikirannya terus disibukkan oleh masalah mengenai kesembuhan profesor.

Lion hanya melangkahkan kaki kedepan. Walaupun ia tak tahu ini ke arah mana.

"Nak." Celetuk seseorang dibelakang Lion. Seperti suara wanita yang familiar bagi Delion.

Langkah lion terhenti ketika mendengar panggilan itu.

Siapa ya...
Dari suaranya, sepertinya aku kenal...?

Lion menoleh kebelakang. Pandangannya sedikit turun kebawah, karena tinggi orang itu tak dapat dijangkaunya ketika melihat kedepan.

"Eh ibu..." Ucap lion santai.

Tak lama kemudian, ia membelakkan matanya.

Heh? Ini kan ibu yang kemarin! Yes! Ibu yang kemarin! Yang tiba-tiba ngilang!

Ibu?! Kemana aja bu, kemarin??" Tanya lion dengan mimik wajah serius penuh rasa penasaran. Karena, kemarin ia di pandu oleh ibu itu. Tapi, ditinggal seorang diri di kota Ertos saat sedang melihat-lihat.

"Hehehe. Kemarin ya...." omongannya seperti orang yang sedang mengingat sesuatu.

"Anu... saya lupa...." Ucapnya lirih. Lion dapat merasakan hawa kebohongan yang kuat dari ibu paruh baya ini. Tapi, dirinya mencoba tidak memperdulikan hal itu.

"Hmm yaudah Bu. Saya mau nanya. Dokter disekitar sini ada ga ya, Bu?"

Ibu paruh baya itu memasang wajah seperti memikirkan sesuatu.

"Kayaknya ada. Di kota Ertos, sih. Mau kesana lagi?" Tanya ibu itu untuk memastikan akankah mereka kesana atau tidak.

Kota Ertos, ya. Kota yang penuh misteri. Kota yang menurutku menyimpan banyak rahasia.
Tapi...

Oke lion. Kamu harus fokus.
Jangan melupakan profesor lagi!
Ya! Semangat lion!

"Ya." Ucap lion tegas. Kali ini, pria muda itu tak akan menanyakan hal lain yang tidak berkaitan dengan kesembuhan profesor Arson.

"Yaudah langsung aja yuk. Tapi, Delion, kamu kan belum makan? Ada baiknya makan dulu," omongan itu membuat Lion semakin terheran-heran. Mengapa wanita paruh baya ini tahu kalau Lion belum makan?

Sepertinya aku mengenal wanita paruh baya ini.
Dari cara bicaranya.
Tapi, entah dimana....

Ah, yaudahlah gausah ambil pusing. Benar juga kan omongannya.

Delion (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang